Listed Articles

Inilah Tantangan Bisnis di 'Dunia Awan'

Inilah Tantangan Bisnis di 'Dunia Awan'

Berbicara soal komputasi awan (cloud computing), banyak pihak mengunggulkan sistem tersebut karena diklaim dapat menghemat biaya dan mempermudah pengaturan data. Namun berdasarkan survei terbaru, tingkat pengharapan / ekspektasi perusahaan tidak sejalan dengan ‘kenyataan’.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Regional Technical Director Symantec, Raymond Goh. Berdasarkan survei ‘2011 Virtualization and Evolution to the Cloud’. Para CEO dan CFO perusahaan masih khawatir dengan pemindahan aplikasi-aplikasi business-critical ke lingkungan virtual atau komputasi awan. Ini terkait keandalan, keamanan, ketersediaan dan kinerja. “Komputasi awan merepresintasikan perubahan besar dalam dunia teknologi informatika. Perpindahan ke awan adalah evolusi yang rumit bagi banyak perusahaan dan sangat penting bagi pihak IT dan eksekutif untuk bekerja sama,” tegas Raymond.

Survei ini menunjukan 47% dari CFO yang sedang mengimplementasikan komputasi awan ternyata kurang terbuka dalam memindahkan aplikasi bisnis mereka ke lingkungan cloud computing. Selain itu, 47% CEO turut pula berhati-hati memindahkan aplikasi mereka. Kekhawatiran tersebut terkait dengan kienrja (89%), keandalan (89%) dan keamanan (79%). Sayangnya, kekhawatiran tersebut tidak berdasarkan respon pihak departemen IT.

Ketidaksesuaian antara keputusan manajemen IT dan pihak eksekutif membuat virtualisasi data perusahaan tidak berjalan dengan baik. Akibatnya, efektivitas cloud computing tidak optimal. “Virtualisasi merupakan faktor pendorong bagi komputasi awan di dunia bisnis. Survei kami menunjukkan bahwa perencanaan perpindahan yang mulus sangat penting untuk mendapatkan kemudahan dan efisiensi,” kata Raymond.

Pengadopsian virtualisasi server sangat luas dengan 80% dari 3.700 responden di 35 negara mengaku telah mendiskusikan pemanfaatan cloud computing. Namun berdasarkan jenisnya, virtualisasi desktop adalah divisi ‘paling favorit’ dengan 40% perusahaan telah mengimplementasikannya. Di lain pihak, hanya 34% perusahaan yang mengadopsi prvate storage-as-a-service.

Berdasarkan survei tersebut, masalah rata-rata yang serimg timbul (28%) terkait kekecewaan yang muncul dalam kelincahan, skalabilitas akses dan tetap mengikuti perkembangan zamn. Ada pula kekecewaan pebisnis terkait penyediaan aplikasi. Karena teknologi virtualisasi dan private cloud semakin banyak diadopsi, biaya dan kinerja penyimpanan semakin jadi pemikiran utama. Namun, 47% responden mengatakan bahwa biaya penyimpanan secara signifikan meningkat dengan virtualisasi server.

Dari semua proses virtualisasi penyimpanan, ada 3 alasan yang mendasari pebisnis untuk melakukan implementasi yaitu kinerja penyimpanan (88%), penignkatan kinerja departemen IT secara keseluruhan (81%) dan meningkatkan rasio penggunaan penyimpanan (75%). Selain itu, 79% pengusaha yang mengimplementasikan virtualisasi server mengindikasikan bahwa keamanan adalah faktor yang sangat besar dalam meyakinkan konsumen untuk menempatkan aplikasi mereka di server virutal.

“Saat ini, fenomena pembajakan internet dan kejahatan dunia maya menjadi isu yang sangat penting. Secara global misalnya, kita masih ingat kasus Wikileaks, Amazon.com, Sony, Sega dan perusahaan lainnya yang terserang hacker. Tentu saja, pengusaha pun ingin jaminan kemanana yang tinggi agar kasus tersebut tidak menimpa mereka,” kata Raymond.

— Best Regards,


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved