Listed Articles

IPS: 'Gain the Taste, Be a Master'

IPS: 'Gain the Taste, Be a Master'

Saat bertandang ke Indonesia Patisserie School (IPS), Anda akan mencium aroma susu, keju dan cokelat. Wajar memang, institusi dengan misi ‘Gain the Taste, Be a Master’ itu mengajarkan pembuatan pastry dan bakery. Yang menarik, murid mereka adalah anak berumur belasan tahun.

IPS yang hadir pada Agustus 2010 didirikan oleh Djap Siau Kian, atau lebih akrab dipanggil A’ing yang juga pendiri Jesslyn K Cakes. Wanita kelahiran Singkawang 38 tahun silam ini sudah kenyang bergelut didunia pastry dan bakery. Aing mulai berkarya sejak tahun 1994 sebagai pembuat roti, cake serta cookies dan memulai bisnis pada tahun 2001.

Berkat kemampuan yang dimilikinya, A’ing berhasil memperoleh beberapa sertifikat dibidang pastry dari Belgia, Perancis dan Malaysia. A’ing yang bersekolah diluar negeri meamng sudah melanglang buana hampir kesetiap negara untuk mempresentasikan karya dan kemampuannya. Passion dalam pembuatan pastry menempatkan dirinya sebagai master handal spesialis pastry dan bakery. “IPS adalah sekolah pastry pertama di Indonesia. Kami menerapkan kurikulum berstandar international dengan tenaga yang qualified,” klaim ibu tiga orang anak ini.

IPS berbeda dengan institusi atau kursus sejenis lainnya. Sebagai sebuah ‘sekolah’, IPS menerapkan kurikulum yang diadopsi dari berbagai belahan negara seperti Perancis, Swiss, dan Australia. IPS bekerja sama dengan TAFE Institute Australia untuk menyempurnakan kurikulum. Sementara untuk kursus lain, tidak menerapkan kurikulum dan hanya sebatas demo serta pembekalan kemampuan saja.

A’ing sadar perkembangan bisnis Food and Beverage (F&B) di Indonesia makin bertumbuh pesat. Hal tersebut bisa dilihat dari maraknya usaha cafe, restauran dan hospitality lainnya. Kondisi tersebut mau tak mau menuntut sumber daya manusia yang terampil dan paham mengenaik seluk beluk pastry dan bakery. “Sekolah ini bukan berbasis pada profit oriented. Saya tulus ingin berbagi ilmu dan pengalaman. Jadi urusan keuntungan nomor sekian. Itu prinsip saya,” jawabnya merendah.

Niat baik A’ing didasari dari keprihatinan yang selama ini terjadi pada institusi atau kursus masak di Indonesia. A’ing bilang, siswa-siswa yang mengambil kursus di kursus tersebut tidak banyak dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan secara menyeluruh. Padahal membekali murid secara komperhensif adalah hal mutlak yang harus diberikan oleh sebuah institusi pendidikan. Misalnya, murid tidak hanya diajari bagaimana membuat kue, tapi mereka juga harus tahu bahan kue, kegunaan, dekorasi kue, keamanan bahan dasar kue, kandungan gizi hingga rancangan bisnis. “IPS ingin mencetak para pengusaha di bidang pastry dan bakery. To be owner and be great baker,” kata A’ing semangat.

Hingga saat ini, jumlah murid IPS sebanyak 250 orang. Mereka terbagi atas usia 11-15 tahun, 16-20 tahun, dan 25-40 tahun. Untuk usia belia (11-15 tahun) kelas berbeda dengan usia lainnya. Hampir 60% murid yang bersekolah di IPS adalah mereka yang ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi diluar negeri. IPS dijadikan sebagai tempat belajar dan memupuk ilmu sebelum melangkah ke level yang lebih mapan. Setiap bulan siswa yang bergabung dengan IPS tercatat sebanyak 30 orang.(Acha)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved