Listed Articles

Kampanye Garnier Selalu Berbeda dengan Kompetitor

Kampanye Garnier Selalu Berbeda dengan Kompetitor

William Lumentut, Head of Marketing PT L’Oreal Indonesia mengatakan, pihaknya serius menggarap Garnier, produk pencerah wajah yang telah diluncurkan sejak April 2007. “Pasar pencerah wajah besar sekal. Lebih dari separuh pasar untuk wajah adalah whitening, karena orang Indonesia ingin lebih cerah wajahnya,” katanya. Maka itu L’Oreal fokus di whitening dalam meluncurkan produk-produk baru baik untuk pria maupun wanita.

Kegiatan aktivasi Garnier mengarah pada kegiatan yang lebih alami. Misalnya kunjungan ke sekolah untuk memberikan masukan positif untuk lebih menyayangi diri mereka. “Kami ajak para remaja untuk Sayangi Dirimu, seperti tagline Garnier juga,” tuturnya. Bukan saja Sayangi kulit mereka, tapi juga memperhatikan masa depan mereka.

Garnier juga lebih banyak menggunakan bintang non artis kala awal dikeluarkan. Ini terbukti tercapai dengan memperlihatkan hasil, bahwa mencapai kulit cerah bisa dicapai oleh siapa saja, bahkan orang awam dengan produk tersebut. Word of Mouth Marketing (WOMM) diyakini bahwa dikarenakan Garnier disiapkan dengan riset mendalam sehingga menghasilkan produk terbaik untuk kulit Asia.

“Kami belum tahu relasi antara WOMM dengan penjualan, belum tahu bagaimana mengukurnya,” tukas pria yang 9 tahun lebih berkarir di P&G di luar negeri. Ia mengaku Garnier saat ini kesulitan pada ketersediaan produk di pasar.

“Saya melihatnya positif, animo masyarakat besar sekali,” katanya. Pihaknya memiliki fanpage Garnier Indonesia di Facebook, yang jumlah fans nya puluhan ribu. “Kami di sana menggunakan Panda, untuk digital ambassador kami, sebagai sosok cute dan baik,” ujarnya. Jadi kalau di televisi ambassador-nya Laudya Cynthia Bella. Fans site dibangun dengan sosok itu membuat koneksi diskusinya bukan melulu tentang kulit tapi juga banyak hal tentang permasalah remaja. “Kami belum ada riset terakhir, tapi fans site kami termasuk yang tertinggi buzz di dunia maya” katanya. Kalau twitternya menggunakan akun @garnierpanda.

William memandang agar Garnier tetap berada di atas, bahwa kampanye Garnier selalu dengan diferensiasi dibanding kompetitor. “Bahkan memikirkan direktur pemasaran lain di negara lain. Kami tidak mengadopsi apa yang ada di internasional, tapi apa yang tepat untuk pasar Indonesia,” katanya.

Pilihan artis bukan super papan atas untuk produk Garnier, dikatakan lulusan Teknik Arsitektur UI ini, agar lebih membumi, sesuai dengan produk Garnier. Tahun 2010 pihaknya menyediakan kemasan shachet agar pengguna pemula bisa coba menggunakan tanpa takut kehilangan uang, jika mereka merasa kurang cocok. Ini menjadi terobosan Garnier dengan kemasan kecil yang murah hanya Rp 3900, yang terjangkau bagi pelajar. Kelengkapan kategori produk pun menjadi fokus bukan sekadar mencerahkan kulit wajah tapi ada produk-produk lain : krim malam, eye roll on (untuk kurangi kantung mata). (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved