Listed Articles

Kiat Menduduki Posisi Puncak di Perusahaan Multinasional

Kiat Menduduki Posisi Puncak di Perusahaan Multinasional

Betti Alisjahbana tidak begitu merasakan adanya kesulitan ketika menjadi CEO di perusahaan multinasional. Justru, dia melihat kesempatan menjadi petinggi perusahaan global terbuka lebar. Adanya sistem yang jelas dalam pembibitan dan pengembangan sumber daya manusia memudahkan siapa pun untuk menduduki posisi bergengsi tersebut. “Caranya sederhana saja. Kita hanya perlu kinerja yang konsisten,” ujar mantan CEO IBM Indonesia, itu.

Untuk memuluskan goal itu, Betti mempunya kiat-kiat sendiri. Contoh faktor visibility. Sebab, memiliki kinerja bagus, tetapi kurang dilihat, maka mengakibatkan tidak menonjol. “Caranya, kita harus berani menjadi volunteer pada proyek-proyek strategis sehingga kinerja kita bisa dilihat,” dia menyarankan.

Selain itu, memiliki mentor juga menjadi salah satu kunci. “Mentor selain memberikan feedback juga bisa mempromosikan kita,” kata dia. Tidak berdiam di satu bidang saja, juga memungkinkan profesional mengenal lebih dalam organisasi. “Dulu saya maksimal 3 tahun di satu divisi. Dengan berpindah divisi, kita jadi lebih tahu organisasinya dari kacamata berbeda,” imbuhnya.

Soal masih banyaknya ekspat di posisi kunci perusahaan multinasional di Indonesia, Betti menilai, hal itu semata-mata karena kepercayaan. “Ya kita harus rebut kepercayaan itu,” tukasnya. Caranya, dengan menunjukkan track record yang bagus selama berkarier. Pencapaian hasil kerja dengan performa luar biasa juga patut ditunjukkan. Dan yang paling penting integritas dan daya tahan untuk tidak mudah digoyahkan. Faktor leadership juga mutlak diperlukan.

Acapkali, profesional Indonesia menemui beberapa tantangan di perusahaan multinasional. Betti melihat masalah utama adalah pada keterbukaan. Profesional Indonesia kadangkala kurang berani mengambil risiko. “Memang ini tiap-tiap orang punya kekhasan, tapi umumnya begitu,” kata dia.

Lebih khusus lagi faktor percaya diri. Menurutnya, seringkali profesional Indonesia kurang percaya diri. “Mungkin ini karena kultur ketika kita dibesarkan,” dia mengkritik. Betti menilai kadang kala profesional kita kurang berani untuk mengambil tantangan penempatan kerja di luar Indonesia. Padahal, ini penting untuk perkembangan wawasan seorang profesional. Dengan ditempatkan di luar, kita bisa melihat bisnis dan organisasi dan bisnis dengan sudut pandang yang berbeda-beda.

Pengalaman internasional, menurut dia dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang. “Karena kadangkala kita kurang percaya diri saat bernegosiasi dengan kolega dari luar,” kata dia. Akibatnya, argumen atau logika yang dikemukakan menjadi tidak sistematis. Buntutnya, bisa menurunkan kredibilitas di mata headquarter.

Kultur ini pula yang dianggap Betti menjadi sebab kenapa orang India lebih menonjol. Menurut pengalamannya, orang India memiliki mindset internasional. “Kalau ditawarkan tantangan, orang India langsung bilang bisa dengan mantap,” ujarnya. Meskipun, ketika menyanggupi itu sama sekali belum punya bayangan bisa menyelesaikan. Namun kemudian, mereka mau berusaha mati-matian untuk membuktikan kesanggupannya tersebut. “Kalau orang kita kan lebih konservatif. Mungkin ini yang membuat India lebih meyakinkan,” tutur perempuan yang pernah menduduki posisi kunci di IBM ASEAN dan Asia Selatan ini. Walaupun, besar kemungkinan kinerja profesional Indonesia lebih bagus ketimbang India.

Terakhir, Founder dan Chairman PT Quantum Business International ini menyarankan agar profesional Indonesia punya exposure dunia global. Profesional Indoensia harus berani mengambil tantangan dari luar. Perlunya, untuk menyesuaikan diri dan menambah wawasan ketika berinteraksi dengan orang dari banyak kultur. “Sejak awal harus membiasakan diri mencoba untuk mendapat penugasan menjadi leader di luar Indonesia,” dia menyarankan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved