Listed Articles

KotakFoto 'Kawinkan' Kreasi dan Popularitas Facebook

Oleh Admin
KotakFoto 'Kawinkan' Kreasi dan Popularitas Facebook

Terkenang dengan popularitas photobox di pusat perbelanjaan pada masa lalu, pendiri KotakFoto, Mulyanto Djonni berambisi memperkenalkan kembali photobox di kalangan anak muda. Agar tidak kalah menarik dengan tren ponsel berkamera, Djonni menggandeng Facebook untuk mempromosikan produknya.

Sebagai pria lulusan teknik di Purdue University, Indiana, Amerika Serikat, Djonni pernah bekerja di AT&T Wireless selama 5 tahun. Namun, ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan membuka bisnis sendiri. Djonni tertarik dengan bisnis photobox karena ‘nilai memori’ yang terkandung di dalamnya. “Waktu zaman saya SMP dan SMA, photobox banyak sekali di pusat perbelanjaan. Rame dan heboh. Walaupun bukan kualitas tinggi dan kurang artistik, nilai kebahagiaan photobox tinggi sekali,” kenang Djonni.

Maka pada Desember 2009, Mulyanto membuat KotakFoto. “Desain photobox bikin sendiri. Sistem softwarenya juga bikin sendiri,” jelas pria berusia 32 tahun yang hobi fotografi ini. Berlatar belakang engineer membuat Djonni mengerti dan mampu mengembangkan perangkat lunak sendiri. Modal yang ia gelontorkan untuk bisnis ini, terutama untuk R&D pengembangan software, sekitar Rp 100-150 juta.

Sama seperti pemain lainnya di bisnis ini, KotakFoto juga menyediakan layanan pengaturan untuk backdrop dan frame sesuai dengan keinginan klien. Dalam setiap acara, KotakFoto biasanya menyediakan voucher yang diberi kode digital. Setiap tamu diberikan voucher untuk masuk ke KotakFoto. Lalu, foto dicetak ukuran 4R. Ia juga membungkus cetakan foto dalam amplop cantik. Agar foto tersebut bisa diperbesar atau diletakkan di Facebook, konsumen bisa mengunduh (download) foto di situs KotakFoto dengan memasukkan kode yang tertera di masing-masing voucher.

“Kode voucher inilah yang membedakan KotakFoto dengan pemain di bisnis yang sama. Jika klien menginginkan, seluruh foto tamu bisa dipublikasikan di Facebook. Meskipun, ada pula konsumen yang tidak ingin fotonya dipublikasikan,” kata Djonni lagi.

Untuk mempromosikan bisnisnya, Djonni kerap ikut pameran wedding. “Susah menjelaskan konsep ini,banyak yang belum ngeh,” katanya. Namun akhinya setelah dijelaskan konsep photobooth, banyak yang tertarik. Apalagi, foto hasil dari photobooth ini bisa dijadikan souvenir untuk tamu. “Kalau souvenir barang-barang biasanya kan sampai rumah digeletakin saja, tapi kalau fotonya sendiri pasti disimpan,” jelasnya.

Setelah tiga bulan beroperasi, KotakFoto mulai menyediakan jasa mini studio. Mini studio adalah tempat/spot yang disediakan dengan background khusus, lalu foto tamu ‘diabadikan’ oleh seorang fotografer. Ini konsep lama yang sudah familiar di berbagai acara pernikahan.

Untuk paket foto photobox pemakaian 4 jam sepuasnya harganya Rp 6 juta. Lalu untuk mini studio pemakaian sepuasnya dipatok Rp 5 juta. Selain event pernikahan, KotakFoto juga masuk ke pasar korporat seperti kegiatan family gathering korporat dan peluncuran produk. Beberapa kliennya adalah Guess, GAP, AMild, Marlboro, dan Unilever. (Acha)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved