Listed Articles

Pelopor Bisnis Stimulansia Pohon Karet

 Pelopor Bisnis Stimulansia Pohon Karet

Layaknya makhluk hidup, tanaman karet pun bisa terganggu produksinya karena memiliki penyakit yang sangat sulit disembuhkan yaitu kering alur sadap (KAS). Namun, kini penyakit tersebut bisa diatasi karena hasil usaha dari Alihan Tjahjono, Direktur Eksekutif PT Prima Agro Tech. Dia berhasil mempopulerkan dan mengenalkan KaretPlus sebagai stimulansia untuk pohon karet.

“Dulu sebelum ada KaretPlus belum ada yang bisa menyembuhkan. Mereka (petani) hanya berharap dan berdoa pohon itu bisa sembuh dengan sendirinya. Kadang bisa 1 -2 tahun, bahkan bisa lebih lama lagi atau bahkan tidak sembuh,”kata pria berumur 36 tahun ini.

Alihan memang bukan seorang peneliti atau ahli kimia. Dirinya adalah seorang lulusan jurusan Bisnis dari University of Wisconsin at Madison, Amerika Serikat. Awal dia berkecimpung di perkebunan karet karena dipertemukan dengan seorang profesor dari Malaysia oleh temannya sejak lima tahun lalu.

Diceritakan Alihan, profesor tersebut berhasil menemukan formula penyembuh penyakit pohon karet dan stimulan peningkat produksi karet. Nah, setelah pulang ke Indonesia, Alihan mencoba untuk mengembangkan produk itu menjadi bisnis. “Kami kerja sama dengan profesor itu. Sekarang dia lebih kepada research and development,” kata ayah seorang anak ini.

Alihan langsung terjun untuk menawarkan langsung ke petani dan perusahaan perkebunan karet baik perusahaan plat hitam maupun merah. Sumatera menjadi target utamanya kala itu. Karena perkebunan karet utamanya berada di Pulau Sumatera. Tahun 2010 perkebunan karet di Sumatera menempati lahan seluas 2.433 juta hektar dan menghasilkan 1,892 juta ton karet alam. Sisanya tersebar di beberapa wilayah di Pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

Penyebaran penjualannya juga cukup merata. Yaitu di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. “ Di daerah Sumatra sudah hampir 60% memakai produk KaretPlus. Hampir semua PTPN juga pakai seperti PTPN III, V, VII, VIII, IX, XII dan XIII,” jelas Alihan.

Untuk menembus ke perusahaan dan PTPN itu bukan perkara mudah. Alihan harus door to door hingga akhirnya dipercaya oleh PTPN dan beberapa perusahaan karet lain. Pria campuran keturunan Pontianak dan Surabaya ini mengatakan bahwa dia juga menggunakan rekanan untuk bisa dipertemukan dengan pengusaha karet di daerah.

Tes pasar ke daerah mendapatkan respons bagus. Lalu, Alihan mendirikan PT Prima Agro Tech untuk menaungi penjualan KaretPlus ini. Selama 6 bulan pertama tahun 2005, produknya masih diimpor karena infrastruktur pabrik dan penjualannya masih kecil. Tetapi setelah itu, Alihan memutuskan untuk membuat pabrik di daerah Tangerang untuk manufaktur KaretPlus yang sebagian besar dijalankan oleh mesin dengan kapasitas mencapai 30 ton. Biarpun begitu bahan baku pembuatannya masih ada yang harus diimpor, terutama bahan kimia. Namun untuk bahan baku seimbang alokasinya 50% tetap diambil dari lokal.

Pendirian perusahaan ini hampir 90% adalah modal sendiri. Modalnya sendiri karena memang sebelumnya Alihan sempat bekerja di Singapura dan Amerika Serikat. Sekadar informasi, dulu dia pernah bekerja di bank dan wiraswasta. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved