Listed Articles

Pertumbuhan Super Cepat Tercapai Jika Gunakan Pendekatan Abnormal

Oleh Admin
Pertumbuhan Super Cepat Tercapai Jika Gunakan Pendekatan Abnormal

Pengamat bisnis dan pemasaran Yuswohady, mengatakan, sebenarnya ada banyak hal yang dapat membuat sebuah brand tumbuh dengan sangat cepat. Salah satunya adalah mampu memanfaatkan perubahan industri, misalnya bisa melihat kesempatan dalam hal konsumen, regulasi, kompetisi dan sebagainya. Contoh, Lion Air, menurut Siwo, demikian dia akrab disapa, Lion Air mampu menawarkan suatu keunggulan sendiri yaitu tarif murah di saat adanya peraturan mengenai tarif dan maskapai lain belum melakukan hal itu.

Untuk resto cepat saji KFC, lanjut Siwo, keunggulannya terletak pada mengerti perubahan perilaku konsumen, sehingga kini mereka mengarahkan konsep KFC tidak hanya sekadar tempat makan, tapi juga tempat hang out yang kini telah menjadi lifestyle di kota-kota besar.

Sementara itu resto D’Cost unggul dalam menerapkan strategi proses bisnis. Resto seafood ini mencoba menerapkan value for money. Meskipun harganya murah namun enak atau benefitnya bagus.

Begitu halnya donut J-Co. Produk ini berhasil melakukan proposition emotional, di mana konsepnya seperti Starbucks, tapi harganya lebih murah. J-Co mengadopsi Starbucks, karena di Indonesia itu bila ada konsep yang ‘berkesan’ Amerika atau barat biasanya akan lebih disukai.

Dijelaskan Siwo, pertumbuhan hypergrowth itu terjadi ketika ada pasar baru yang tumbuh dengan bukan main cepatnya. Jika tidak ada pasar baru atau produk baru atau demand baru, growth itu tetap ada, tapi hanya bergerak dengan normal saja.

Jadi, abnormal growth tercapai jika ada inovasi. Inovasi dapat terjadi di level produk atau servis maupun model bisnis. Dalam hal model bisnis ini Siwo mencontohkan dengan toko buku online Amazon.com, di mana sebelumnya tidak ada yang menjual buku melalui media online.

Adapun tahapannya adalah pertama, mencari Demand / market / industri baru. Misalnya produk Ipad dan Ipod. Kedua, monopoli, di mana pemilik brand menikmati monopolinya. Ketiga, munculnya pemain lain yang berfungsi memperbesar pasar. “Biasanya hypergrowth terjadi saat fase monopoli. Dan saat pemain lain atau pesaing bermunculan, maka pasar juga menjadi semakin besar,” ujar Siwo.

Agar pertumbuhan yang pesat (hypergrowth) ini langgeng, pemilik brand harus mampu loncat dari satu produk ke produk yang lain, atau dengan kata lain terus berinovasi. Misalnya Apple, salah satu produknya iPhone loncat ke iPad. Biasanya perusahaan yang seperti itu, selalu bermodalkan inovasi. Dan inovasi tersebut juga bermacam-macam, dapat berupa produk, model bisnis, maupun proses bisnis.

Siwo menilai, brand yang mampu mengalami hypergrowth biasanya produknya memang unggul. Dan sebelum mengalami hypergrowth, terpenting adalah consumer insight. Kebanyakan inovasi itu muncul baik setelah survei maupun interaksi langsung dengan konsumen yang menghasilkan consumer insight. Iniadalah hal yang paling krusial.

Sementara itu, hypergrowth selalu tercapai jika produsen tidak menggunakan business as usual approach (pendekatan bisnis biasa). “Ketika kita mau mencapai abnormal growth, mindset kita harus dikosongkan, lalu kita melihat seperti melukis di kertas putih lagi. Kita dapat berpikir out of the box dengan tidak hanya melihat di dalam industri atau lingkup yang biasa dijangkau, tapi juga melihat ke luar industri yang kita geluti. Misalnya, yang biasanya berbisnis di B2B, melihat juga bagaimana bisnis ritel, dsb. jangan dibatasi pada apa yang ada di industri anda,” jelasnya.

Pada dasarnya, inti strategi ada 3 hal yaitu company, customer, dan kompetitor. “Jadi jika kita ingin sukses, kita tidak bisa hanya melihat ke pesaing saja atau ke perusahaan sendiri saja, tapi juga ke customer,” tegas Siwo. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved