Listed Articles

Profit Semester Pertama Qantas 'Berantakan'

Profit Semester Pertama Qantas 'Berantakan'

Qantas Airways Ltd, maskapai penerbangan terbesar di Australia, mengalami penurunan keuntungan sebesar 83% di semester pertama 2011. Berita buruk itu terkait bencana alam di tiga benua yang memangkas jumlah permintaan perjalanan serta meningkatnya biaya penerbangan.

Laba bersih Qantas turun menjadi AUS$ 9 juta (US$ 9,5 juta) dalam enam bulan pertama yang berakhir pada 30 Juni, berbanding dengan AUS$ 54 juta di awal tahun, ungkap perusahaan yang berbasis di Sydney. Gempa bumi di Jepang dan Selandia baru serta letusan gunung berapi di Chile mengganggu layanan Qantas di tahun fiskal terbaru. Insiden itu melampaui keuntungan yang diperoleh dari pembayaran Rolls-Royce Holdings Plc dan tiket pesawat yang tinggi akibat kenaikan harga BBM.

“Kondisi makin sulit,” ujar Will Sedon dari White Funds Management. “Namun, berbagai efisiensi dan kondisi pasar mungkin memperbaiki prospek laba.” Armada itu sempat mengalami penurunan saham sebesar 0,7% di Sydney. Di tahun ini, total kejatuhan saham mencapai 40%.

Meskipun begitu, industri ‘mencium’ kabar spekulasi pengambilalihan Qantas. Namun, perusahaan langsung membantah hal tersebut. “Kami belum memiliki pendekatan formal ataupun informal dari setiap penawaran potensial untuk Qantas,” ujar CEO Qantas, Alan Joyce. “Kami melihat ini sebagai sebuah spekulasi bagi Qantas yang muncul di media sepanjang waktu.”

Laba sebelum pajak selama setahun penuh ini sebesar AUS$ 552 juta, berbanding dengan proyeksi perusahaan sebesar AUS$ 500 juta hingga AUS$ 550 juta. Qantas, Juni lalu, sempat menyebutkan untuk setuju menerima AUS$ 95 juta dari Rolls-Royce yang bertanggung jawab atas ledakan mesin Airbus A380, tahun lalu.

“Ada banyak hal yang mengganggu pasar dan berdampak pada profitabilitas,” ujar Joyce berbicara soal beberapa bencana yang terjadi. Qantas, minggu lalu, mengatakan akan membentuk dua operator baru di Asia untuk menghidupkan kembali penerbangan internasional. Salah satu penerbangan itu akan berbentuk premium carrier dan mungkin berbasis di Singapura atau Malaysia.

Perubahan di tubuh Qantas jgua terkait pemecatan 1.000 pegawai dan penundaan pengiriman enam pesawat Airbus SAS A380. “Perubahan yang dilakukan cukup signifikan,” ujar Colin Whitehead, analis ekuitas di Fat Prophets. “Tidak hanya berkaitan dengan biaya, mereka juga melakukan perubahan pada manajemen yang nantinya menjadi isu besar.”


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved