Listed Articles

Prospek Investasi Saham 2004

Oleh Admin
Prospek Investasi Saham 2004

Pasar saham pun sebenarnya demikian. Instrumen pasar modal yang dianggap memberikan return cukup tinggi juga mendapat tekanan di akhir 2003. Padahal, pelaku pasar berharap banyak, IPO (initial public offering) Bank Mandiri dan BRI bisa menyedot minat investor menanamkan dananya di pasar saham hingga akhir tahun. Harapan terakhir di tahun 2003 tinggal IPO PT Perusahaan Gas Negara (PGN). Gaung rencana listing BUMN ini cukup santer terdengar. Namun, timing pencatatan saham PGN di akhir tahun terkesan dipaksakan. Kendati begitu, kita berharap, IPO PGN dapat berkontribusi pada peningkatan indeks hingga menembus 700 poin. Sebab, level indeks di 700 poin saya anggap sebagai level recovery. Amat disayangkan jika privatisasi BUMN itu tak berdampak bagi pertumbuhan pasar modal, minimal jangka pendek. 2004 merupakan tahun yang cukup kritis, baik bagi bangsa maupun pemodal Indonesia. Sebab, akan berlangsung hajatan lima tahunan, yakni Pemilu. Ini pula yang menjadi momok bagi investor. Tahun-tahun sebelumnya, kita dihadapkan pada berbagai perkembangan politik dan keamanan yang kurang kondusif seperti peledakan bom di Legian, Bali dan Hotel Marriot, ataupun tragedi Aceh yang tak kunjung usai. Drama kekhawatiran di tahun 2004 belumlah usai. Potensi atas getirnya perkembangan polkam dalam negeri masih membayangi prospek investasi di pasar modal. Kendati begitu, investor mesti mulai menyusun strategi investasi untuk memperoleh return maksimal.

Beberapa sektor saham yang saya nilai cukup prospektif di tengah iklim investasi yang kurang kondusif tahun 2004. Pertama, sektor telekomunikasi, yang pertumbuhannya tahun depan diperkirakan masih tetap baik. Bahkan, penetrasi pertumbuhan sektor ini di Indonesia relatif paling rendah untuk kawasan Asia, dan diperkirakan masih di bawah 5% hingga tahun 2003. Pertumbuhan sektor telekomunikasi pada 2004 masih didominasi telepon seluler. Hanya saja, munculnya fixed wireless berbasis CDMA tentu berdampak pada menurunnya margin bisnis seluler di Indonesia.

Di saham sektor telekomunikasi, saham Telkom dan Indosat diperkirakan masih berpeluang bergerak ke arah positif. Permasalahan di Telkom mengenai perbedaan laporan keuangan dan permintaan re-audit keuangan tahun 2002 lalu dari Securities Exchange Commission diperkirakan tuntas hingga akhir 2003. Jika ini terjadi, peluang saham Telkom masih berprospek cukup baik. Sementara itu, proses internal di Indosat seperti merger vertikal (IM3 dan Satelindo), penerbitan obligasi, serta perubahan standar akuntansi terutama pada depresiasi dan amortisasi merupakan hal yang cukup positif bagi kinerja perusahaan ke depan. Namun, seiring perbaikan kinerja keuangan, tentu utang perseroan membengkak pula dengan adanya penerbitan obligasi. Kedua, saham otomotif. Sektor ini pada 2003 masih menunjukkan pertumbuhan cukup baik. Kenaikan penjualan mobil nasional 12% per September 2003 (year on year) mencerminkan bahwa sektor otomotif mulai membaik. Adanya permintaan ini tak lepas dari iklim dunia usaha, dan investasi yang mulai berangsur pulih. Kondisi makroekonomi 2004 diperkirakan tidak terlalu jauh dari tahun 2003, baik dari sisi suku bunga SBI maupun nilai tukar rupiah terhadap US$. Inilah yang membuat saya optimistis, sektor otomotif masih akan bersinar pada 2004. Dari sisi emiten sektor otomotif, terutama PT Astra International, juga menunjukkan perbaikan kinerja yang signifikan. Selain meningkatkan penjualan, percepatan pembayaran utangnya merupakan langkah strategis yang dilakukan perusahaan ini guna memacu kinerjanya tahun depan.

Ketiga, saham agrobisnis dan kehutanan. Optimisme atas saham sektor ini berdasarkan peningkatan kinerja perusahaan publik yang membidangi bisnis ini pula. PT Astra Agro Lestari -? kode di bursa AALI — misalnya, sampai dengan September 2003 menunjukkan kinerja uang menggembirakan. Bahkan, kenaikkan crude palm oil dunia diperkirakan berkontribusi tinggi bagi kinerja perusahaan yang bergerak di bisnis ini. Emiten sektor agrobisnis seperti AALI, yang diperkirakan panen raya pada 2004, tentu sahamnya berprospek baik untuk investasi. Sementara itu, saham sektor kehutanan, dengan semakin dibatasi Hak Pengusahaan Hutan (HPH) oleh pemerintah, patut dicermati investor. Maklum, dengan pembatasan itu, perusahaan baru sulit masuk ke bisnis kehutanan. Ini menguntungkan bagi perusahaan yang sudah mengantongi HPH, karena persaingan tidak makin ketat. Di sisi lain, mereka berpeluang menaikkan harga kayu olahannya, lantaran pasokan tidak membanjiri pasar. Keempat, saham properti, yang diperkirakan diminati investor pada 2004. Sebagian besar saham sektor ini masuk dalam second liner. Membaiknya kondisi makro dan kebutuhan sektor ritel di properti, baik untuk perumahan maupun niaga, mengindikasikan peningkatan permintaan yang cukup baik pada 2003. Tentu, mengakibatkan kinerja saham properti kembali meningkat. Ini pun sebenarnya mulai terlihat sejak 2003, di mana demand di sektor ritel properti mulai meningkat. Perbaikan kondisi makroekonomi dalam negeri seperti membaiknya nilai tukar rupiah, menurunnya tingkat suku bunga SBI dalam tahun 2003, telah memberikan stimulus berbagai sektor riil, tak terkecuali properti. Perusahaan yang sahamnya bakal diminati investor, antara lain, Ciputra Realty, Ciputra Surya, Jaya Real Property, Summarecon Agung dan Duta Pertiwi. Melihat hal di atas, yang paling sangat berpengaruh bagi kinerja saham di bursa adalah kondisi makro dalam negeri. Jika hal ini mampu dipertahankan, misalnya bunga SBI di bawah dua digit, inflasi di bawah 7%, rupiah stabil di level Rp 8.500-9.000/US$, saham-saham sektor tersebut memang cukup menjanjikan. Namun, di sisi lain, yang cukup berpengaruh adalah kondisi polkam yang kurang menguntungkan, baik saat sebelum Pemilu maupun sesudahnya. Mudah-mudahan Pemilu berjalan lancar dan investor memperoleh return besar.

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved