Listed Articles

Quantum Leap Pasar Modal Indonesia

Quantum Leap Pasar Modal Indonesia

Diawali dari transaksi manual sejak tahun 1977, kini pasar modal Indonesia yang berusia 34 tahun telah bertranformasi menuju pasar yang modern dan terpercaya. Perubahan apa saja yang telah dilakukan?

“Usia 34 tahun itu cukup banyak, mudah-mudahan apa yang kita kerjakan untuk membangun pasar modal lebih baik lagi ke depannya,” harap Ketua Bapepam-LK, Nurhaida, saat konferensi pers “34 Tahun Diaktifkannya Pasar Modal Indonesia” di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (10/8/2011). Menurutnya, beberapa kemajuan dicapai pasar modal Indonesia mulai dari lonjakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai kapitalisasi pasar, jumlah emisi obligasi, dan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana. Bahkan, sistem perdagangan dan teknologi informasi (TI) pun makin canggih.

Pepatah asing bilang “Rom was not built in one day.” Begitu halnya kekuatan pasar modal Indonesia tidak dibangun semalam. Kemajuan dan keberhasilan yang dicapai saat ini merupakan akumulasi perjuangan keras yang telah dilakukan pendahulu insan pasar modal sebelum-sebelumnya.

Namun, seperti fluktuasi harga saham, perkembangan pasar modal Indonesia juga mengalami pasang surut. Sejak diaktifkannya kembali pasar modal di Tanah Air tahun 1977 oleh mendiang Presiden Soeharto ditandai dengan peresmian Lantai Perdagangan di Jl. Medan Merdeka Selatan 17, Jakarta Pusat. Sejak itu perdagangan saham masih dilakukan secara manual.

Dari tahun 1979-1987 kondisi pasar modal kita mengalami bearish. IHSG selalu berada di bawah 100, kecuali tahun 1983 sempat menyentuh angka 104,53. Lima tahun kemudian, tepatnya 20 Desember tahun 1988 posisi IHSG merangsek di posisi tertinggi 442,204.

Sejatinya, babak baru pasar modal dimulai tahun 1992. Sebab, waktu itu PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) dipivatisasi dan izin usaha sudah terbit. Wajah baru BEJ berubah total baik dalam perdagangan maupun infrastruktur lantai bursa. Perilaku pasar pun membaik karena tidak lagi merusak meja dan membanting telepon saat bertransksi dengan emosional lantaran sudah memiliki sense of belonging.

Hebatnya, saat krisis, BEJ mencatat rekor IHSG tertinggi baru pada awal tahun 2006 setelah mencapai level 1.500 poin karena adanya sentimen positif dari dilantiknya presiden baru, Susilo Bambang Yudhoyono. Lonjakan tahun 2004 itu sekaligus membuat BEJ menjadi salah satu bursa saham dengan kinerja terbaik di Asia pada tahun tersebut.

Tahun 2007 BEJ melakukan merger dengan Bursa Efek Surabaya berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Penggabungan ini menjadikan Indonesia hanya memilki satu bursa saham hingga sekarang.

Lantas, perubahan apa saja yang dilakukan selama 34 tahun masa transisi pasar modal kita menuju modern dan terpercaya?

Dari sisi BEJ, ada pembenahan sistem perdagangan dan TI. BEJ melakukan terobosan dengan mengaplikasikan Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 1995. Sistem ini mampu berintegrasi dengan sistem pengawasan perdagangan secara otomotis, sehingga mampu meningkatkan likuiditas saham.

Melalui JATS, lantai BEJ memliki papan elektronik yang memberikan informasi mutakhir tentang harga saham, volume perdagangan serta posisi IHSG. Selain itu, kehadiran JATS mengharuskan lantai bursa pindah ke Gedung Bursa Efek Jakarta di kawasan SCBD, Jl. Sudirman, Jakarta Selatan.

Selanjutnya, JATS dikembangkan ke JATS Remote Access atau Remote Trading. Belakangan ini berkembang teknologi Online Trading, sehingga anggota bursa bisa bertransaksi di kantor masing-masing dan investor dapat bertransaksi di rumah atau di mana saja asalkan online dengan laptop atau PC.

Selain itu, BEI telah merealisasikan dana pengembungan TI sebesar 60% hingga September 2011 dari dana yang telah dianggarkan sebesar Rp115 miliar pada 2011. Dana tersebut digunakan untuk pengembangan sistem TI bursa.

Tahun 2011 dinilai Adikin Basirun sebagai tahun infrastruktur. “Untk tahun 2012, kita tetapkan sebagai tahun stabilisasi dan optimalisasi,” uca Direktur IT BEI itu. Baginya, infrastruktur baru yang dikembangkan otoritas bursa akan lebih terintegrasi nantinya di tubuh Self Regulatory Organization (SRO). Dengan demikian, dalam rangka menghadapi jumlah order yang terus meningkat dan meningkatkan daya saing di masing-masing pelaku pasar modal, pengembangan infrastruktur mutlak diperlukan. Yang jelas, dengan infrastruktur yang handal harapannya pelaku pasar bisa lebih siap bersaing saat ASEAN Linkage yang akan dibuka tahun 2015.

Peningkatan kapasitas tersebut untuk mendukung Single Investor ID, Straight Throught Procession (STP), dan Data Warehouse. Kapasitas tersebut naik hampir lima kali lipat. Selain itu, sistem TIi BEI juga akan dimanfaatkan untuk penggabungan sistem derivatif dan JATS Next-G.BEI juga mempersiapkan TI untuk perkantoran karena keamanan informasi menjadi sangat penting ke depan.

Sementara dari sisi peningkatan fitur perdagangan, nantinya akan diperkenalkan pre closing dan post trading. Untuk dana capex juga akan digunakan upgrade perangkat yang nantinya memiliki kemampuan untuk mendukung infrastruktur menjadi handal.

Perihal virtual trading, Adikin mengharapkan sebanyak 10% dari pengguna virtual trading menjadi investor sesungguhnya. Adapun, saat ini sudah tercatat sebanyak 3.000 pengguna virtual trading atau meningkat dari tahun lau 2.000-an.

Sementara itu, dari sisi pertumbuhan investor juga pesat. Menurut Direktur Utama BEI Ito Warsito, saat ini pertumbuhan investor tidak bisa dikatakan stagnan. Pasalnya, jumlah investor tumbuh 200 ribu atau lebih dari 100% dari dua tahun lalu. Sebagai gambaran, Juni 2009 tercatat ada 335 ribu investor saham yang terdaftar di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan setelah dihapus yang tidak aktif menjadi 160 ribu.

Untuk jumlah investor pasar modal keseluruhan, sebanyak 1,1 juta investor termasuk reksa dana, obligasi, dan investor yang tidak memperdagangkan sahamnya.

BEI menargetkan pertumbuhan investor ke depan naik signifikan dengan cara menggenjot sosialisasi dan edukasi pasar modal. Salah satu strateginya yakni merevitalisasi trading floor. Seperti diketahui, berdasarkan data KSEI, total jumlah sub rekening efek sebanyak 346.864 pada akhir Juli 2011 dengan jumlah kepemilikan Single ID sebanyak 262.212. Dari jumlah tersebut, yang telah memiliki kartu AKSes sebanyak 93.301. Bila dibandingkan dengan data per akhir Juli 2010, jumlah sub rekening efek sebanyak 298.322 dengan jumlah investor yang telah memiliki kartu AKSes 23.860.

Untuk jumlah anggota bursa naik tinggi. Lihatlah jika tahun 1990-2000-an masih berkisar puluhan perusahaaan efek, tahun 2010 sudah tercatat 119 anggota bursa di BEI. Saat ini, ada sekitar 70 anggota bursa yang telah menggunakan online trading termasuk direct market access (DMA) untuk meningkatkan jumlah nasabah dan transaksi harian anggota bursa.

Dari sisi kapitalisasi pasar BEJ-BEI naik tajam. Coba bandingkan tahun 1992 total nilai kapitalisasi pasar BEJ cuma Rp 24,8 triliun setahun. Tahun 2011, BEI berani mematok target kapitalisasi pasar mencapai Rp4.000 triliun dengan nilai transaksi Rp 4,85 triliun per hari. Luar biasa lonjakannya.

Ito menjelaskan, untuk mencapai dan mengelola target ini, BEI berencana memajukan jam buka perdagangan 30 menit lebih awal dari waktu buka biasa. Rencana memajukan waktu transaksi bertujuan untuk menyamakan jam perdagangan bursa Indonesia dengan Singapura dan Hongkong sehingga meminimalisir pengaruh tren pergerakan bursa regional.

Jumlah emiten BEJ-BEI pun naik dahsyat. Tidak percaya? Tahun 1992 jumlah emiten hanya 153 perusahaan yang listing di BEJ. Namun, hingga 11 Oktober 2011, jumlah emiten di BEI mencapai 433 perusahaan dengan total nilai kapitalisasi pasar Rp 3.127 triliun.

Bagaimana perkembangan IHSG? Tahun 1992 posisi IHSG masih berkisar di angka 274,3. Namun, Agusts tahun 2011 sempat menembus rekor intraday tertingginya sepanjang sejarah di level 4.955,055. Ini merupakan rekor intraday tertinggi yang bisa diraih IHSG sepanjang sejarah.

Dalam perjalanan bursa 34 tahun ini juga ada penambahan indikator indeks. Jika sebelumnya hanya dikenal IHSG, BEI juga meluncurkan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Indonesia (MUI). Untuk saham-saham unggulan pun bertambah acuannya, dari sekadar LQ 45 ditambah dengan Indeks Saham Kompas 100, Indeks saham Bisnis, dan sebagainya.

Dari sisi manajemen juga terjadi transformasi. Misalnya di BEJ-BEI mula-mula manajemen dimotori oleh Dirut Hasan Zein Mahmud, lalu Darwin Cyrill Noerhadi, Erry Firmansyah dan Ito Warsito. Demikian pula Ketua Bapepam-LK awalnya Marzuki Usman, terus diganti I Gde Putu Ary Suta, Fuad A. Rahmany dan Nurhaida, satu-satunya srikandi dalam histori Ketua Bapepam-LK di Indonesia.

Namun, hingga sekarang yang masih sulit diatasi secara radikal di pasar modal kita adalah masalah kurang transparansi dan masih banyak aksi manipulasi data keuangan atau penipuan ke investor maupun nasabah. Contoh terbaru adalah kasus penggelapan dana nasabah di PT Falcon Asia Resources Management (Falcon).

Untuk itu, sudah menjadi tugas kita semua sebagai pelaku pasar modal untuk meningkatkan penerapan Good Corporate Govenance. Jika pasar modal kita sudah modern dan transparan akan makin dipercaya oleh pemodal dalam dan luar negeri. Ayo, majulah terus pasar modal Indonesia! Jadikan pasar modal kita yang terbaik di tingkat regional untuk mengulang kejayaan sebelumnya! Kemajuan pasar modal Indonesia sebagai yang terbaik di Asia Pasifik beberapa waktu lalu menjadi potensi besar untuk mampu setara dalam perekonomian dengan negara-negara Brazil, Rusia, India, dan China (BRIC) pada 10 tahun ke depan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved