Listed Articles

R.I.P: Televisi Analog di Jepang

R.I.P: Televisi Analog di Jepang

Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia memanfaatkan televisi analog. Namun, ini tidak terjadi di negara tetangga, Jepang. Setelah melanglang buana selama 58 tahun, penyiaran televisi analog kini ‘wafat’ (Rest in Peace / RIP) di Jepang. Peristiwa itu menjadi tonggak pertama negara Asia bertransisi ke era transmisi digital.

Televisi berbentuk tabung dengan memanfaatkan sinar katoda itu biasanya memiliki layar melengkung dan menonjol di belakang. Televisi ini tidak dapat lagi menampilkan program tayangan tanpa menambahkan tuner khusus setelah proses peralihan yang terjadi kemarin, waktu setempat. Lembaga penyiaran publik NHK dan layanan seri kartun Pocket Monsters, tayangan paling populer di Jepang, kini sepenuhnya beralih ke transmisi digital.

Perubahan yang terjadi di Jepang mengikuti langkah serupa di AS dan Jerman selama tiga tahun terakhir. Tindakan tersebut untuk ‘membebaskan’ gelombang udara yang nantinya dapat dialokasikan untuk pemanfaatan jaringan operator ponsel seperti Softbank Corp yang ingin meningkatkan layanan. Dengan lebih dari 90% rumah tangga Jepang memiliki TV layar datar, ini terkait dengan insentif yang diberikan pemerintah, peralihan tersebut sayangnya membuat penjualan set TV baru mungkin stagnan.

“Konsumen yang terpaksa mengganti TV mereka karena kebijakan pemerintah tampaknya tidak akan memiliki motivasi untuk membeli televisi baru sementara waktu,” kata Koki Shiraishi, analis di Daiwa Securities Capital Markets Co. Setidaknya 100 juta televisi hadir di Jepang dengan 60 juta sampai 70 juta diantaranya sudah diganti dalam empat tahun terakhir karena transisi, kata Shiraishi lagi. Korea Selatan, Inggris dan Prancis juga berencana untuk menonaktifkan sistem analog agar memungkinkan penggunaan lain dari spektrum radio tersebut.

Jepang mengumumkan rencana untuk sepenuhnya beralih ke teknologi digital yang lebih efisien pada 1998. mereka berharap konsumen dapat menikmati gambar yang berkualitas lebih baik dan layanan yang memuaskan, seperti prakiraan cuaca dan profil pemain baseball misalnya. Proses rekaman program juga dapat dilakukan lebih mudah dengan TV digital serta memungkinkan adanya subtitles bagi masyarakat yang memiliki masalah dengan pendengaran.

Di lain pihak, televisi analog mengirimkan gambar dan informasi suara yang dikodekan melalui sinyal analog. Dengan transisi tersebut, Jepang memberikan kesempatan bagi operator seluler meskipun menurunkan jumlah permintaan televisi layarr datar. Ini akan menyakitkan bagi produsen tV yang mengandalkan pasar rumah tangga, ujar analis BCN Inc, Ichiro Michikoshi. “Dengan menyusutnya pasar domestik, harus ada perombakan di ranah produsen TV Jepang. Mereka harus mengincar pasar luar negeri.”


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved