Listed Articles

Rabobank: Indonesia Jadi Kunci Pertumbuhan Agrobisnis Asia

Rabobank: Indonesia Jadi Kunci Pertumbuhan Agrobisnis Asia

Rabobank Group, bank internasional yang berpusat di Belanda dan fokus pada pembangunan pertanian dan agrobisnis, menilai sektor pertanian Indonesia akan melanjutkan ekspansinya dengan baik pada dekade mendatang. Bahkan, keberadaan Indonesia mempengaruhi pertumbuhan pangan dan agrobisnis Asia.

Dengan berbagai keuntungan kondisi Indonesia ini, baik letak geografis, penduduk yang besar dengan komposisi usia produktif yang terbanyak, maupun penghasil terbesar sejumlah komoditas seperti cokelat, karet, kopi, atau kelapa sawit misalnya, sektor pertanian Indonesia akan menjadi kunci bagi pertumbuhan pangan dan agrobisnis di Asia. Hal itu terungkap dari hasil studi “Indonesia Food and Agribusiness Outlook” yang dilakukan Food & Agribusiness Research and Advisory Rabobank Internasional.

“Pertumbuhan sektor pangan dan agribisnis di Indonesia akan didorong oleh permintaan domestik yang kuat dari segmen berpenghasilan menengah dan rendah untuk produk pangan yang terjangkau,” ujar Managing Director Head of Food & Agribusiness Research and Advisory Rabobank, John Baker. Indonesia adalah pemain global pangan dan agribisnis, dan penghasil terbesar ketiga produk-produk pertanian di Asia.

Pertumbuhan sektor pertanian Indonesia, menurut Baker, bisa menjadi pendorong negara ini untuk bergabung dalam kelompok ekonomi BRIC (Brazil, Rusia, India, dan China). Indonesia memiliki basis yang signifikan di produksi hulu pertanian seperti kopi, cokelat, karet, dan gula. Di sisi lain, kata Baker, permintaan domestik atas produk hilir pertanian pun meningkat, sehingga mendorong sektor pengolahan makan untuk tumbuh.

“Minyak kelapa sawit, karet, kopi, dan cokelat, tetap akan menjadi komoditas ekspor unggulan. Khusus untuk minyak kelapa sawit, Indonesia akan melanjutkan kepemimpinannya sebagai penghasil terbesar di dunia,” ucap Baker. Sedangkan untuk karet, menurut Baker, akan banyak tergantung permintaan industri ban yang ada di China dan India.

Hanya saja, Baker menganalisis, sektor pertanian Indonesia menghadapi sejumlah tantangan yang tak ringan. Tantangan itu antara lain banyaknya petani yang menggarap lahan yang sempit, kualitas produk yang rendah, investasi yang rendah, infrastruktur yang belum memadai, dan kebijakan yang masih kurang menguntungkan petani. “Dukungan kebijakan pemerintah dan partisipasi swasta yang tinggi akan membuat Indonesia bisa mengatasi kendala-kendala tersebut,” tuturnya.

Baker mengajak Indonesia untuk belajar ke negara tropis lainnya yang berhasil mengatasi kendala sejenis, yakni Brasil. Kini, Brasil adalah pengekspor terbesar daging, kopi, gula, dan etanol. Saat ini sektor pertanian menyerap lapangan pekerjaan bagi 45% penduduk Indonesia. Sayangnya, kontribusi sektor ini pada GDP hanya 15%. Karena itu, pemerintah harus menjalankan program revitalisasi pertanian. Revitalisasi itu antara lain dijalankan di bidang benih, sumber daya manusia, infrastruktur, institusi pertanian, dan pembiayaan pertanian.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved