Listed Articles

Raih Konsumen dengan 'Keintiman' Emosional

Raih Konsumen dengan 'Keintiman' Emosional

Manusia rata-rata mampu mengingat 10 ribu brand / merek dagang di otak. Sayangnya, hanya segelintir brand yang dipilih untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara untuk meningkatkan posisi brand di mata masyarakat, perusahaan harus meningkatkan keintiman secara emosional dengan pelanggan.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Managing Partner Gordon & McCallum, Alastair Gordon, saat ditemui di Four Season Hotel, Jakarta. Pada dasarnya, emosi merupakan hal dasar yang memicu seseorang untuk melakukan sesuatu, berbicara dengan orang lain dan menentukan keputusan. “Emosi merupakan bagian dari insting sehingga seringkali, tanpa sadar digunakan untuk menentukan keputusan.”

Selain itu, emosi digunakan untuk menanggapi keadaaan dengan sedikit informasi. Misalnya, saat memilih ponsel dan kita tidak terlalu banyak tahu dan mengerti soal spesifikasi produk tersebut, emosi menjadi salah satu unsur yang berperan penting. “Kalau kita tidak tahu harus memilih apa tapi tanpa disadari, ketika mengingat produk X dari iklan dan merasakan suatu kebahagian, kita akan memilih produk X tersebut.”

Emosi juga dimanfaatkan untuk mengurangi risiko kehidupan dan mewarnai lingkungan sosial seseorang. “Unsur emosi membantu kita untuk memahami sesuatu karena tidak semua hal dimaknai dari unsur verbal ataupun teks. Kita bisa melakukan pemaknaan dari apa yang kita rasakan saat melihat ataupun membicarakan brand tertentu. Inilah fungsi emosi,” kata Alastair Gordon lagi. Selain itu, yang menarik, unsur rasional membantu manusia melakukan pembenaran atas sisi emosional.

Mengingat pentingnya emosi, Alastair menekankan kepada setiap perusahaan untuk tidak pernah melupakan unsur emosional dalam melakukan program pemasaran produk mereka. “Saat kita membuat iklan untuk suatu produk, pikirkan emosi seperti apa yang ingin kita timbulkan di benak masyarakat. Selain itu, paling penting untuk memahami kebutuhan masyarakat itu sendiri.”

Alastair mengambil contoh promosi produk kulkas X yang memiliki keunggulan harga lebih murah Meskipun yang ingin ditonjolkan adalah harga murah, produsen seharusnya tidak menekankan unsur murah secara straight to the point. Cari tahu kenapa harga murah begitu penting bagi konsumen. “Temukan alasan dibalik kebutuhan murah tersebut. Misalnya, Anda bisa menekankan kebutuhan lain dari konsumen. Contohnya, untuk memenuhi kebutuhan konsumen atas transportasi yang memakan biaya tinggi, pemilihan produk dapur seperti kulkas bisa dengan produk berharga murah.”

Menurut Alastair, ada tiga komponen penting dari proses pemasaran / marketing. Pertama, perusahaan harus melakukan sesuatu yang mempu memicu emosional penggan. “Pada dasarnya, manusia sangat cepat melakukan justifikasi / labelisasi terhadap sesuatu. Karena itu, perusahaan harus menciptakan unsur emosional yang positif agar nantinya, labelisasi produk di mata pelanggan juga positif.”

Kedua adalah motivasi atau kebutuhan. Pemahaman atas motivasi atau kebutuhan atas suatu unsur emosi saat melihat produk. “Saat berbicara soal mobil, emosi yang dibutuhkan oleh pelanggan mungkin adalah keamanan dan kenyamanan bersama keluarga. Inilah yang harus ditunjukkan dengan sebaik mungkin oleh perusahaan.”

Setelah menemukan unsur penekanan emosi, tugas perusahaan tidak lantas selesai. Unsur ketiga adalah pembentukan cerita. “Perusahaan harus membuat penceritaan atas produk itu. Kita tidak bisa serta merta menimbulkan emosi di pelanggan tanpa menciptakan suatu penggambaran keadaan.”

Untuk membangun emosional antara produk dan konsumen, dinilai Alastair, tidak harus mahal. Yang perlu ditekankan, produk harus digambarkan dengan unik dan berbeda dari produk lain. Selain itu, cerita yang dibangun oleh perusahaan sebaiknya sederhana dan jelas. “Tema yang ‘menempel’ di produk tidak boleh bertele-tele. Empati dan respect merupakan kunci untuk meraih hati konsumen.”

Meskipun begitu, ada tiga kunci penting yang harus dipahami oleh setiap perusahaan. Pertama, unsur emosional bukanlah segalanya. “Harga dan nilai produk yang ditawarkan produk juga berperan penting. Jangan sampai hal ini dilupakan oleh perusahaan,” kata Alastair. Kedua adalah mempelajari perilaku konsumen. Yang terakhir, melakukan proses pembentukan emosional di masyarakat terhadap suatu produk tidak dapat dilakukan terburu-buru. “Anda (Perusahaan) harus berprilaku objektif dan tidak boleh menganggap remeh setiap tahapan yang harus dilewati dalam membangun unsur emosional di masyarakat.”


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved