Listed Articles

Riset DBS : Dampak Kebijakan Trump Bagi Ekonomi Asia

Riset DBS : Dampak Kebijakan Trump Bagi Ekonomi Asia
dbs-asian-insights-conference-2

Ekonomi global telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Memang pertumbuhannya tidak secepat yang diharapkan, tapi perbaikan ekonomi di negara maju menandakan optimisme bahwa situasi pada 2017 akan semakin bergairah. Di Amerika Serikat (AS), tanda-tanda pemulihan itu terlihat dari menurunnya pengangguran ke tingkat 4,6%, terendah sejak era Perang Vietnam. Kondisi ini yang akan diwariskan pemerintah Obama kepada Trump. Chief Economist DBS Group Research, David Carbon, memprediksi pertumbuhan ekonomi AS akan mencapai 2,7% pada 2017.

Proyeksi membaiknya ekonomi AS tak pelak membuat nilai tukar dollar menguat. Penguatan ini sama sekali berbeda dengan yang terjadi pada 2013-2015 lalu yang disebabkan oleh kebijakan quantitaive easing QE) yang dilakukan untuk melemahkan mata uang yen dan euro.

Apalagi pemerintahan Trump diprediksi mengeluarkan kebijakan stimulus fiskal dan proteksi perdagangan untuk mendongkrak investasi di dalam negerinya. Kebijakan tersebut memang akan mendorong inflasi, tapi pada saaat bersamaan berhasil meningkatkan optimisme pasar. Kebijakan Trump dinilai dapat mengangkat pertumbuhan dari rata-rata 2% pasca krisis 2008 menjadi 3%- 4 %.

“Ini yang kami lihat sebagai pergeseran paradigma penting,” kata ekonom senior DBS Group Research Philip Wee dalam laporan berjudul “FX: USD Trump-hant”. Lebih lanjut Philip menjelaskan, belajar dari pengalaman Abenomics, kurs AS berpeluang menguat lagi jika Trump berhasil melaksanakan kebijakannya.

Sementara itu, the Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan hingga ke level 1,75% pada akhir 2017. implikasinya imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun juga akan meningkat signifikan. Sementara di zona Eropa, bank sentral Eropa (ECB) diperkirakan memperpanjang program QE yang akan berakhir Maret 2017.

Langkah ECB ini merupakan antisipasi atas dampak yang mungkin timbul dari pemilu di sejumlah negara Uni Eropa (UE). Belajar dari pengalaman Brexit dan Trump, UE kelihatannya ingin mengurangi risiko dampak meningkatnya sentimen kebencian terhadap imigran. Referendum Italia misalnya, yang jadi perhatian bukan hanya semakin lebarnya selisih imbal hasil obligasi Italia dan UE. “Rakyat Italia telah memilih ‘tidak’ dalam referendum dan ini bukancuma menunjukkan sikap anti UE tetapi lebih juga membuka pintu krisis politik dan perbankan di sana,” ujar Philip.

Kebijakan perdagangan Trump yang proteksionis memang bisa berdampak terhadap negara-negara Asia. Namun dampaknya belum bisa langsung disimpulkan segera. Ini mengingat sejumlah negara telah mencoba mencari alternatif pasar di luar AS, terutama ke Tiongkok yang saat ini telah menjadi pasar terbesar di Asia.

Di Asia Tenggara, perkembangan yang terjadi di AS nampaknya tidak membawa dampak yang menggembirakan secara ekonomi makro. Kenaikan suku bunga the Fed, dollar AS, serta proyeksi inflasi akan menambah ketidakpastian rencana investasi ke depan. Di tengah situasi ini, penguatan pasar domestik perlu ditingkatkan, terlebih investasi pemerintah dan belanja rumah tangga menjadi anadlan penggerak ekonominya.

Sementara performa Indonesia pada 2017 diperkirakan lebih baik daripada 2016. Namun risiko eksternal, dari kenaikan suku bunga the Fed tetap perli diperhatikan karena akan memperlemah nilai tukar rupiah.

Menurut ekononom DBS Group Research Gundy Cahyadi, ekonomi Indonesia 2017 diprediksi tumbuh ke 5,3% dari perkiraan akhir tahun ini sebesar 5,1%. pertumbuhan ekonomi seiring kenaikan investasi menjadi 5,6% pada tahun depan dari 4,5% pada 2016.

Dari sisi konsumsi diperkirakan stabil 5% yang didukung tingkat populasi. Sedangkan inflasi diprediksi rata-rata 4,5% pada 2017. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) pun dinilai mampu mengendalikan defisit kembar. Selain itu program amnesti pajak, dapat menekan defisit fiskal hingga 2,5%.

Sementara defisit neraca transaksi berjalan diprediksi berada di kisaran 2,1% terhadap PDB. “BI telah lebih aktif dalam mengendalikan volatilitas di pasar uang,” kata Gundy dalam laporan berjudul “ID: Investment to pick up”.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved