Listed Articles

Setelah 3 Tahun, Boeing Dreamliner Jadi Kenyataan

Setelah 3 Tahun, Boeing Dreamliner Jadi Kenyataan

Mesin impian yang ditunggu begitu lama milik Boeing akhirnya diluncurkan. Pesawat ringan 787 Dreamliner diresmikan pertama kali untuk masyarakat Jepang. Boeing mengklaim rancangan pesawat berbahan serat karbon itu mampu menghemat bahan bakar hingga 20%.

Boeing memang tengah menggeliat melawan resesi dengan memberikan kenyamanan penerbangan kepada konsumen berupa udara kabin yang lebih baik serta jendela elektrik yang lebih besar. Pesawat pertama berharga US$ 200 juta tersebut diserahkan kepada armada All Nippon Airways (ANA), terlambat tiga tahun dari jadwal sehingga merugikan Boeing miliaran dolar.

“Butuh banyak kerja keras untuk sampai di hari ini,” ujar Scott Frencher, Wakil Presiden dan General Manager Program 787 Boeing. Pesawat panjang bewarna biru dan putih ini menawarkan desain baru yang anggun dengan sayap menukik. Dreamliner berangkat ke Jepang pada Selasa nanti dan masuk ke layanan dalam negeri pada 26 Oktober 2011. Boeng memiliki 821 pesanan untuk Dreamliner yang akan bersaing dengan Airbus A350, hingga 2013.

Serah terima paling ‘panas’ itu muncul satu minggu setelah penundaan pengiriman 747-8 Freighter. ANA, maskapai kesembilan terbesar di dunia dalam lingkup pendapatan, berencana untuk memanfaatkan pesawat baru itu ke layanan berute domestik sebelum masuk ke rute internasional seperti Frankfurt, Jerman. Pesawat baru itu 52% lebih panjang dari semua pesawat Boeing 767 dan menghemat 20% bahan bakar.

Dalam industri kedirgantaraan berisiko tinggi, Boeing melepaskan rencana produksi pesawat berkecepatan ‘setara’ suara Sonic Cruiser untuk fokus memproduksi jet ringan sebagai cara efisiensi dana. Teknologi berbasis komposit terbukti populer di dunia penerbangan sehingga memaksa Airbus untuk kembali memanfaatkan badan pesawat aluminium. Boeing memperkirakan hal tersebut akan menjadi standarisasi bagi pesawat berpenumpang di masa depan.

“Teknologi hanya akan memperkenalkan sesuatu yang lebih efisien dan ringan,” ujar Kepala Program 787 Boeing, Mike Sinnett. Pesawat yang ringan tersebut memungkinkan maskapai penerbangan mengoperasikan rute yang sebelumnya tidak mampu dijangkau pesawat yang lebih besar seperti Boeing 777 atau 747 ataupun Airbus 380. “Untuk dunia penerbangan, kami percaya ini sama pentingnya dengan kemunculan 707 di era jet,” kata Fancher.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved