Listed Articles My Article

Sinergi Digital Startup untuk Desa

Sinergi Digital Startup untuk Desa

Oleh: Eki Tisna Amijaya, pemerhati masalah inovasi teknologi dan business strategy

Eki Tisna Amijaya

Dunia itu datar, “It’s a Flat World, After All” adalah sebuah artikel yang ditulis Thomas L Friedman pada tahun 2005 di The New York Times, sebuah koran berpengaruh di Amerika Serikat. Artikel ini menjelaskan bahwa sejak booming-nya internet selepas krisis finansial tahun 2008, berbagai macam entitas bisnis di dunia ini mencari cara terefektif mungkin untuk berinovasi sekaligus mengurangi ongkos produksi. Ide yang mengemuka adalah batas geografi hanyalah batas khayal yang dapat ditembus oleh teknologi internet. Imbasnya, ide – ide cemerlang dapat berpindah lokasi dengan mudahnya untuk dimanfaatkan di lain tempat. Tidak hanya itu, biaya operasional untuk memproduksi ide menjadi berkurang drastis karena dipotongnya middleman atau broker dari supply chain.

Jargon startup atau juga financial technology (fintech) hadir di tengah–tengah masyarakat dengan tujuan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang dalam hal ekonomi. Tujuan mulia dari fintech adalah mengurangi biaya produksi suatu produk atau jasa sehingga konsumen dapat menikmatinya dengan harga yang jauh lebih murah. Sebagai contoh umum aplikasi GoCar dari GoJek. Dahulu perusahaan taksi konvensional dapat menetapkan tarif tinggi bagi pengguna, namun sejak adanya GoCar, seolah – olah peran perusahaan taksi ini hilang dan konsumen langsung terhubung dengan pemilik mobil untuk dapat menikmati layanan dengan harga yang jauh lebih ringan.

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari beragam pulau dan desa-desa permai, menyimpan potensi pengembangan yang sangat besar karena dikenal sebagai kota perdagangan. Namun, sayangnya, pelimpahan kemakmuran dirasakan belum merata dan hanya berpusat di kota Provinsi saja. Kebanyakan pedesaan yang kaya hasil bumi dan dan pertaniannya, ternyata mempunyai masalah dalam distribusi barang mentah. Dengan kata lain, penduduk yang ada di kabupaten dan pedesaan memiliki masalah dalam memasarkan produknya dengan harga sesuai. Oleh karena itu, marilah kita tinjau kemungkinan pemerataan kemakmuran dari sudut pandang baru yaitu teknologi informasi.

Ragam Startup Pedesaan

Pertanyaan berikutnya yang muncul, apakah terdapat bisnis startup yang membantu penduduk pedesaam agar meningkatkan level ekonominya? Beberapa rujukan fintech berikut ini adalah jawaban untuk permasalahan tersebut.

1. Limakilo

Limakilo pada awalnya hadir untuk mengatasi harga bawang di level petani yang tidak kunjung naik karena rantai distribusi yang terlampau panjang untuk sampai ke tangan konsumen. Limakilo berupaya untuk mengurangi tekanan tengkulak terhadap petani sehingga menurunkan selisih harga antara konsumen akhir dan petani menjadi kurang dari 80% seperti yang sekarang terjadi. Value preposition yang ditawarkan oleh Limakilo adalah memfasilitasi order retail berbentuk satuan dari banyak konsumen akhir, menggabungkannya menjadi order dengan jumlah yang lebih besar, dan memberikan order kepada petani dalam bentuk order partai besar. Singkatnya, Limakilo mengumpulkan order kecil (direpresentasikan dengan 5 kg per orang) dari banyak konsumen, sehingga menjadi order besar (setengah atau satu ton) agar petani dapat mengirimkannya ke konsumen tersebut. Menurut penulis, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, dan Lahat dapat menjadi pilot project penerapan aplikasi ini.

Saat ini platform Limakilo baru beroperasi di sekitar Jawa Barat dan Jakarta tetapi tidak menutup kemungkinan di luar daerah tersebut. Platform Limakilo pernah diundang oleh Presiden Joko Widodo ke Istana Negara untuk mempresentasikan business model yang mereka miliki dan juga telah berbadan hukum PT Limakilo Majubersama Petani dengan website resmi www.limakilo.id.

2. Tanihub

Startup ini menawarkan layanan e-commerce dimana para petani lokal dapat menjual hasil panen mereka kepada para individu maupun usaha UKM atau mikro di berbagai wilayah. Aplikasi Tanihub terdapat versi mobile yang dapat diunduh di gadget. Dalam rangka mendorong kesejahteraan petani, Tanihub juga menawarkan pelatihan keterampilan dan juga pendanaan modal kerja lewat Tanihub. Seminar pelatihan yang diselenggarakan oleh Tanihub disponsori oleh institusi keuangan seperti Bank BRI, Bank Mandiri, dan Bukopin. Tidak hanya sampai di sana, Tanihub mempunyai program kerjasama dengan e-commerce ternama yang terlebih dahulu ada seperti Tokopedia dan Lazada dengan cara diskon produk. Berbicara tentang produk, Tanihub menawarkan kepada konsumennya hasil pertanian dan peternakan yang masih fresh dan mempunyai nama unik seperti VIS untuk daging ikan, Fowler untuk daging unggas dan telur, dan Goldfarm untuk sayuran biasa dan organik.

Sistem yang dijalani Tanihub akan bermanfaat untuk menghubungkan Kabupaten yang relatif jauh dari ibukota provinsi sehingga petani di daerah tersebut dapat menjalin kontak dengan pedagang ataupun individu yang ada di ibukota provinsi. Saat ini Tanihub dinobatkan sebagai startup pertama berskala nasional di bidang pertanian karena mempunyai cakupan pelayanan di hampir seluruh pulau Jawa. Laman resmi milik Tanihub adalah www.tanihub.com.

3. Amartha

Berbicara tentang pendanaan petani, salah satu startup beken yang sering kita dengar adalah Amartha. Sebagai fintech yang memfokuskan pada pendanaan UMKM. Model bisnis yang digeluti oleh Amartha adalah Peer to Peer (P2P) lending, yaitu mempertemukan antara pemilik modal individu dengan peminjam modal. Semua proses dilakukan secara online dimana pemilik modal akan mendapat pengembalian dana berkala yang keuntungannya setelah dikurangi porsi buat Amartha.

Berdiri sejak tahun 2010 dan memiliki teknologi scoring system yang canggih, Amartha mampu menjanjikan bunga sampai dengan 15% kepada pemilik modal sekaligus mendanai UMKM yang membutuhkan dengan kualitas kredit yang hampir sempurna. Amartha adalah fintech yang terdaftar di OJK dan berbeda dengan fintech pembiayaan ilegal sejenis yang menawarkan kredit konsumtif dengan bunga tinggi layaknya rentenir online.

Saat ini Amartha hanya melayani seluruh kabupaten di Pulau Jawa. Namun, model bisnis Amartha dapat diterapkan di seluruh wilayah Indonesia terutama dalam mempertemukan pemodal yang berdomisili di ibukota Provinsi dengan para pelaku UMKM di kabupaten dan kota lainnya. Amartha dapat diseluncuri di www.amartha.com.

Pemerintah Daerah sebagai Sponsor

Startup yang telah ada di Indonesia, kecuali GoJek dan Grab, hanya berfokus di pulau Jawa. Hal ini dikarenakan secara bisnis pulau Jawa adalah pusat ekonomi Indonesia. Untuk menarik startup tersebut agar beroperasi di wilayah lain selain pulau Jawa, pelaku ekonomi memerlukan peran serta otoritas seperti pemerintah daerah yang mampu memberikan insentif penggerak perekonomian.

Terlepas dari berlimpahnya potensi bisnis yang ada, pemerintah daerah dapat menjamin bahwa investasi perusahaan startup di daerah yang relatif baru, setidaknya impas dari sisi operasional. Dengan kata lain, pemerintah daerah dapat bertindak sebagai penalang dana operasional startup dalam tahun – tahun pertama investasi. Startup adalah perusahaan yang tidak tergolong besar sehingga biaya operasional yang diperlukan dapat digotong royong bersama secara proporsional antara perusahaan dan pemerintah daerah.

Apabila startup merasa terjamin bahwa kerugian yang mereka dapat di tahun – tahun pertama investasi dapat dijamin maka mereka akan leluasa menggaet user baru di pedesaan yang merupakan tujuan semula dari inisiatif startup masuk desa ini.

Indiana USA, Agustus 2019


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved