Listed Articles

Suka Duka Pematangan Ide di 'Tubuh' Inkubator

Suka Duka Pematangan Ide di 'Tubuh' Inkubator

Berbeda dengan skema dana suatu Ventures Capital (VC) yang sekadar menyuntikkan dana bagi start up lalu ‘lepas tangan’ pengelolaan kepada sang pendiri, inkubator berperan dalam pematangan sebuah ide untuk menjadi bisnis. Karena itu, banyak suka duka yang dirasakan pihak inkubator di perjalanan ‘karir’ start up.

“Kebanyakan pemilik start up keras kepala dan merasa miliki ide paling bagus. Padahal seringkali, konsep mereka sulit diterima pasar,” kata Fandayani Soesilo, CEO PT. Emanur Pelangi Indonusa, perusahaan yang menaungi inkubator Maetrika. Berulang kali Fanda dan tim melakukan perbaikan atas start up yang mereka rekrut serta membantu mereka lakukan presentasi dan pitching yang bagus.

Untuk berhasil menarik ‘perhatian’ Maetrika, suatu start up haruslah berimplikasi pada masyarakat dan inovatif. Pinangan pun tidak hanya muncul dari orang-orang terdekat Fanda, tetapi juga murid-murid Fanda. Wajar memang mengingat Fanda menjadi pengajar mata kuliah Business development and Inovation di Prasetya Mulya.

Seringkali, dalam perjalanan pematangan ide bisnis, start up tumbang di tengah jalan karena ketidaksamaan visi dan misi. Tidak hanya itu, ‘gontok-gontokan’ pendapat pun muncul antara pihak inkubator dan start up. Biasanya, start up merasa lebih tahu dan berusaha keras mempertahankan ide mereka dengan tanpa perubahan. “Biasanya saya akan bilang, ‘konsep kalian belum bisa dikembangan. Tapi, saya tahu, ide kalian bagus. Bagaimana kalau kita mengembangkan di bagian ini?’. Biasanya mereka akan berpikir ulang,” kata Fanda.

Berbicara soal pendanaan, topik yang sangat dinanti para start up, bagi Maetrika, dana awalnya berasal dari kocek keempat pendiri. Namun masuk tahun kedua, mereka membuka pendanaan baru dari pihak ketiga. “Kami sangat berharap pendanaan itu datangnya dari dalam negeri. Jangan sampai justru banyak opportunity yang diambil oleh investor luar,” kata Fanda lagi.

Sampai saat ini Maetrika masih mengacu pada bidang Information Communication Technology (ICT) dan Technology Media Technology (TMT). Tidak menutup kemungkinan selanjutnya mulai merambah pada lingkungan, energi serta retail and hospitality.”Sementara ini, kami menyasar start up yang terkait dengan teknologi. Energi dan lingkungan memerlukan investasi yang luar biasa besar,” ujar Fanda.

Padahal Fanda mengusahakan agar investasi berasal dari investor lokal, bukan luar negeri. “Investor luar negeri itu banyak dan relatif lebih mudah didapatkan,” ungkap Fanda. Inilah ‘pekerjaan rumah’ besar Fanda dan ketiga kawannya untuk meyakinkan para konglomerat Indonesia bahwa start up bidang energi dan lingkungan berpotensi untung besar. (Acha)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved