Listed Articles

Tiga Rahasia Indoexim Tembus Ekspor 5 Benua

 Tiga Rahasia Indoexim Tembus Ekspor 5 Benua

Bidang furnitur bukan barang baru bagi Basuki Kurniawan, Presiden Direktur PT Indoexim International (Indoexim). Sejak 1997 ia sudah mengenalnya. Namun membangun usaha sendiri baru dilakoninya mulai tahun 2006 dan langsung membidik pasar ekspor. Tak heran bila 100% produknya tersebar di 5 benua, meliputi 74 negara dengan jumlah pelanggan mancanegara mencapai 259 perusahaan.

Menurutnya, dalam menggarap pasar ekspor, yang terpenting ada tiga hal. Yaitu menjual barang yang berkualitas, memberikan harga yang rasional, serta membangun kepercayaan bagi produsen dan konsumen/distributor.

Menjual barang berkualitas mutlak bagi lulusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ini. Makanya tahun 2008 lalu ia melengkapi produksinya dengan sertifikasi ISO 9001. “Kualitas Cina tidak bisa lawan produk saya, karena mereka juga beli dari saya,”ujar Basuki.

Kedua, masalah harga. Ia konsern memberikan harga yang rasional. Maksudnya, ia berupaya lebih efisien dalam operasional maupun pembelian bahan baku tanpa mengurangi nilai kualitasnya. Dari proses produksi yang dilakukan dengan cara outsourcing ke hampir 300 pengrajin di wilayah Jepara, Semarang dan Kudus, dengan memberikan bahan mentah kepada pengrajin kayu yang telah mendapat pembinaan dari pihak Indoexim agar sesuai dengan standard operation procedure (SOP). “Kami tak hanya menggunakan kayu jati, untuk variasi kami gunakan kayu lain seperti mahoni,” klaimnya.

Sementara itu, untuk membangun kepercayaan juga sangat dijaga. Tak heran bila 90% dari total 259 pelanggannya masih terus repeat order. Jumlah pelanggannya terus naik, karena 90% repeat order dan selebihnya ia mendapatkan buyer-buyer baru.”Kalau ada pameran biasanya para buyer akan berada di satu pesawat yang sama.

Furnitur dengan bahan dasar kayu jati yang ternyata masih cukup diminati pasar luar negeri. Ia pun melihat peluang pasar yang cukup baik di kategori produk outdoor furniture dengan model-model simpel. Banyak ekspatriat yang membeli furnitur kayu jati dari Bali. Makanya tahun 2005 ia memberanikan diri membangun bisnis ini dengan mengikuti pameran di luar negeri. Kebetulan ia sudah memiliki beberapa kolega juga di negara-negara seperti Eropa dan Amerika Serikat. Tahun 2006 melalui beberapa pameran dan promosi lewat internet, ia berhasil menggapai pelanggan dari 8 negara tujuan ekspor dunia. Dan tahun 2010 kemarin sudah mencapai lebih dari 30 negara tujuan ekspor.

Jerman dan Italia rupanya menjadi salah satu negara tujuan ekspor yang potensial untuk produknya. Terbukti sejak 2006, porsi kedua negara wilayah Eropa ini cukup besar. Dari total nilai ekspor sebesar US$ 176,518 ribu, sekitar 26% kontribusi penjualan di Jerman. Kedua, kotribusi penjualan dari Italia yang mencapai 23,57%. Tahun 2008, angka penjualan menembus angka US$ 2,412,541 juta karena pasar tujuan ekspor berkembang ke 31 negara di dunia. Pada tahun ini penjualan di negara Perancis menembus angka tertinggi dengan kontribusi sebesar 19,38%. Penjualan terus naik di tahun berikutnya (2009) yang mencapai angka US$ 2,915 juta dari 37 negara tujuan ekspor.

Tahun 2010 omset Indoexim menurun karena situasi krisis moneter yang melanda negara-negara Eropa. Namun, tahun ini estimasi Basuki untuk nilai ekspor Indoexim pada Desember mendatang akan mampu menembus angka US$ 3,109 juta. Hingga Oktober ini menurut Basuki, total negara tujuan ekspor Indoexim mencapai 74 negara dengan total buyer 259 perusahaan.

Basuki tak patah arah ketika industri furnitur di tanah air sempat mengalami penurunan karena krisis dunia. Ditambah persaingan yang semakin ketat dari produsen seperti China dan Eropa. Menurutnya, Indonesia mempunyai kekhasan kayu jati, biaya tenaga kerja relatif kompetitif, inovasi produk yang tiada henti dengan colouring treatment system,efisiensi sistem produksi dengan sistem outsourcing ke pengrajin, Indoexim juga memiliki sertifikat ISO 9001:2008 dari SGS, serta memegang komitmen untuk kualitas produk dan serfis yang memuaskan juga harga yang bersaing.

Di bidang pemasaran, pada periode Mei sampai Oktober pesanan outdoor furnitur dari negara Eropa mulai berkurang sehingga produksi di bulan tersebut menurun dan pembayaran para importir atau buyer seringkali tersendat pada saat jatuh tempo. “Setiap masalah, kami berupaya mencari solusinya,”ujarnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved