Column

Berpikir Progresif

Berpikir Progresif

Di tengah kebingungan para pemimpin di Eropa, kesemrawutan di Timur Tengah, dan kegundahgulanaan yang terjadi di Amerika Serikat, kita selayaknya masih bisa tersenyum semringah dalam memasuki tahun baru ini. Bagaimana tidak, kondisi fundamental perekonomian kita sangat kuat. Ini diakui oleh banyak pengusaha dan praktisi dalam dan luar negeri, mungkin pengecualian hanya oleh pengamat dan politisi yang berseberangan dengan pemerintah.

Bahkan, sebagai hadiah akhir tahun, Flitch menaikkan peringkat utang negara kita menjadi kawasan yang layak investasi (investment grade). Flitch menilai ada peningkatan kinerja perekonomian, likuiditas eksternal yang kuat, rasio utang publik yang rendah dan terus menurun, serta kebijakan makro yang bagi saya mungkin malahan terlalu hati-hati. Karenanya, Flitch menaikkan peringat utang jangka panjang valuta asing kita dari BB+ menjadi BBB- dengan prediksi stabil.

Hadiah kedua, DPR juga menghadiahkan Undang-undang tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang sangat ditunggu oleh pengusaha dan aparat pemerintah untuk mempercepat pengembangan infrastruktur yang pada akhirnya bermanfaat bagi publik secara keseluruhan.

Buat saya, kedua berita menggembirakan itu seharusnya disambut dengan tepuk tangan oleh semua pihak. Ini adalah keberhasilan seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya pemerintah tetapi juga DPR dan seluruh jajarannya. Tidak boleh ada yang mengakui hal itu keberhasilan partai tertentu atau golongan tertentu, ini hasil bersama yang patut disyukuri dan ditindaklanjuti untuk kepentingan seluruh masyarakat.

Kalau itu yang menjadi paradigma seluruh komponen bangsa, kita sebagai rakyat harus mengawal para politisi, birokrat dan pengusaha agar tidak menghambat dan menahan potensi laju perekonomian yang terbentang di ujung sana. Rakyat harus berani berdiri di depan untuk melindas semua kekuatan negatif yang mengumbar dan mencari kesalahan masa lalu. Rakyat juga harus berani mengkritisi para politisi yang mengambil manfaat keberhasilan ini sebagai kinerja partai tertertu. Ini bukan kerja superman tetapi superteam seluruh komponen bangsa.

Untuk mengawal transformasi menjadi kawasan yang layak investasi, maka kita harus berani melangkah seperti kata bijak yang dituliskan oleh Apostle Paul yakni “Forgetting the things which are behind, and stretching forward to the things which are before, press on toward the goal.” Ajakan ini mengandung tiga hal prinsip yang harus dilakukan agar momentum pertumbuhan tidak menjadi masa yang layu sebelum berkembang.

Pertama, forgetting the things which are behind atau melupakan apa yang telah di belakang kita. Keberanian memilah mana masa lalu yang harus tetap diproses secara hukum dan mana yang seharusnya dilupakan karena tidak material. Pemimpin yang berkarakter negarawan dicirikan oleh karakter yang berani bersikap tegas dalam prinsip ini.

Kedua, stretching forward to the things which are before, atau mengarahkan diri pada apa yang di hadapan kita. Faktor kedua setelah beban faktor pertama yang menghambat dilepaskan dan hanya membawa hal masa lalu yang bisa memperkuat kondisi hari ini, maka fokuslah pada apa yang bisa diraih dengan peningkatan peringkat “layak investasi” dan pengembangan infrastruktur apa yang membuat rakyat banyak bisa menikmati kemaslahatan bersama.

Untuk meraih yang lebih baik, lebih tinggi, lebih makmur, lebih sejahtera dan lebih berkeadilan disertai implementasi yang lebih cepat harus ada pengorbanan yang dilakukan oleh segelintir orang untuk kebaikan bersama. Jer basuki mawa bea, menurut orang bijak. Mau sejahtera harus ada pengorbanan. Ini harus dimulai dari yang paling atas. Keberanian berkorban untuk rakyat banyak artinya berani tidak tampil untuk memberi kesempatan orang lain yang lebih pantas. Berkorban artinya berani menyetujui program yang baik bagi rakyat banyak walaupun akhirnya program itu bisa membuat lawan politiknya semakin cemerlang. Pengorbanan juga berarti berani bertindak tegas untuk rakyat banyak dan berani tidak populer, karena tindakannya yang mungkin akan dianggap beberapa pengkritisi sebagai pembela pengusaha.

Ketiga, press on toward the goal atau berlari ke tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Kalau kedua hal pertama sudah mampu dilewati dengan baik, prinsip ketiga ini menjadi pendorong yang kuat untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari potensi yang ada.

Namun ada tantangan yang besar yakni tujuan apa yang hendak kita raih. Sebagai bangsa dan rakyat apa yang menjadi impian yang ingin kita capai. Kesejahteraan dan kemakmuran rakyat atau kemenangan partai di pemilu berikutnya. Kemaslahatan kontituen atau kemaslahatan pundi-pundi pribadi dan keluarga serta partainya. Ini adalah tujuan yang harus disinkronkan secara harmonis. Bohong besar, ada politisi yang memiliki karakter seperti dewa yang berpolitik hanya untuk kepentingan publik tanpa ada pamrih pribadi. Selama masih ada darah dan daging yang menempel, tentu wajar banyak yang berpikir konsep return on investment, asal dibarengi dengan kontribusi yang nyata.

Ketiga prinsip itu secara sederhana, saya menyebutnya sebagai konsep berpikir progresif, moving forward. Pasti tidak negatif yang hanya mencari kesalahan dan kelemahan, atau sekadar positif yang menimbun fakta riil kelemahan dengan fokus hanya pada kekuatan dan kelebihan. Melainkan progresif yang berarti menerima fakta dan mampu menyiasatinya dengan paradigma maju terus untuk menghancurkan halangan meraih kemenangan. Kalau kita mau, pasti kita bisa. Ayo maju dan songsong tahun baru dengan semangat progresif.

Paulus Bambang WS adalah penulis buku laris Built to Bless, Lead to Bless Leader dan BalancingYour Life.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved