Column

Memetik Pelajaran Setahun Covid-19 di Indonesia

Apung Sumengkar, CEO Daya Qarsa

Tanggal 2 Maret 2021 menjadi ‘penanda resmi’ setahun kehadiran Covid-19 di Indonesia. Memang, umur panjang pandemi Covid-19 ini tidak diharapkan semua pihak di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Pun demikian, kita harus menerima kenyataan pahit, hingga kini Covid-19 terus mengamuk hingga memangsa korban jiwa jutaan penduduk dunia, termasuk di Indonesia. Hingga pertengahan Maret 2021 ini, jumlah korban jiwa terus merangkak hingga mencapai 38 ribu lebih penduduk Nusantara.

Kedigjayaan Covid-19 telah secara tragis memaksa seluruh komponen penduduk dunia, termasuk masyarakat bisnis untuk berkompromi dengannya. Tiada hal lain yang dapat dilakukan selain beradaptasi dengan situasi yang entah sampai kapan berlangsungnya ini, meskipun, vaksinasi Covid-19 gelombang pertama sudah dilakukan di berbagai penjuru dunia, juga di negara kita.

Kami di Daya Qarsa, berupaya mencermati situasi setahun pandemi Covid-19 ini dari kacamata pelaku bisnis. Secara umum, terdapat empat poin pembelajaran penting yang dapat dipetik oleh pemimpin dan pelaku bisnis keseluruhan dari kondisi di tahun 2020 demi keberlangsungan organisasi ke depannya. Kami membagi empat poin pembelajaran tersebut menjadi elemen 4-P, yakni proposition, people, process, dan promotion.

Elemen pertama Proposition: “Believe in the value of what you offer, embrace innovation, be agile & be adaptive to the market”. Untuk memperkuat dan memperjelas value proposition, penting bagi organisasi bisnis untuk menyesuaikan diri dengan distorsi yang memengaruhi perilaku dan permintaan pasar.

Singkatnya, bersikaplah agile dan adaptif sesegera mungkin demi keberlangsungan bisnis. Pelanggan berhenti mendatangi restoran? Genjot layanan antar. Jasa harus kontak langsung dengan pelanggan? Terapkan protokol kesehatan dengan ketat seperti yang dikampanyekan oleh jasa ojek dan taksi online. Produk lama jeblok tak diminati karena pandemi? Segera tambah lini dengan produk yang diminati di masa pandemi. Intinya, beradaptasilah sesegera mungkin agar tak terlibas mereka yang tanggap beradaptasi.

Lantas, dalam People & relationship pancangkan prinsip, trust is the key, networking is the real asset. Dalam hal ini, pandemi dapat menyebabkan employee distress pada karyawan yang dapat berdampak pada produktivitasnya. Secara umum, employee distress terdiri dari kekhawatiran (anxiety), distraksi dalam kerja (work distractions), dan kekhawatiran finansial (financial conerns). Membangun rasa empati, transparansi, dan komunikasi dengan karyawan sangat penting untuk dilakukan oleh organisasi karena “one size does not fit all”. Solusi yang diterapkan oleh organisasi dalam menjaga keamanan pekerjanya dapat berbeda dengan solusi yang diterapkan pada organisasi lain.

Penerapan aspek ini misalnya, pengelola bisnis harus lekas menyadari bahwa pola activities atau work from home, bagi sebagian orang adalah impian yang jadi nyata, namun untuk lainnya layaknya beban tak berujung. Memang, tidak semua karyawan cocok dengan pola activities from home atau remote working dengan beragam alasan masing-masing. Entah mereka terdistraksi oleh lucunya tingkah si buah hati, atau faktor lingkungan sekitar yang sedemikian ramai sehingga mustahil untuk memusatkan perhatian. Dalam konteks ini penting menerapkan hyper personalization, alias menyediakan beragam opsi cara bekerja terbaik bagi talenta-talenta unggulan perusahaan demi menjaga keselamatan sekaligus menyeimbangkan produktivitas mereka.

Membangun relasi dan networking yang kuat dengan partner bisnis maupun pelanggan juga penting untuk memperluas koneksi, stay updated dengan kondisi yang sedang berlangsung, dan untuk saling support. Hubungi pelanggan setia dan supplier kesayangan Anda. Kabari bahwa Anda masih akan terus berjuang dan beradaptasi dalam menghadapi pandemi ini. Pastikan mereka memahami bahwa mereka akan selalu menjadi prioritas Anda, meskipun bisa jadi beberapa kewajiban dengan berat hati terpaksa ditunda penuntasannya, atau dijadwal ulang lantaran bisnis Anda turut terdampak pandemi secara masif.

Selanjutnya dalam aspek process, act with speed, agility and security. Bertindaklah dengan cepat, gesit namun tanpa melupakan keamanan dan keselamatan pekerja maupun kelangsungan bisnis. Berkaca dari praktik pada firma konsultansi kami sendiri, di Daya Qarsa, kami belajar untuk membangun fungsi supporting yang kuat untuk mendukung jalannya bisnis. Contohnya, dari segi struktur organisasi & komunikasi, penting untuk mempercepat alur persebaran informasi agar organisasi senantiasa sigap dalam merespon, mengambil tindakan, mengeksekusi, dan melakukan iterasi. Dari segi finansial, penting untuk mengutamakan likuiditas dan meminimalisir cash burn. Dari segi infrastruktur, kami belajar untuk memanfaatkan penggunaan teknologi untuk mengoptimalkan proses bisnis.

Last but not least, jika ada yang mengatakan sia—sia berpromosi di masa pandemi, abaikan. There is no bad time for the right market. Contohnya sudah bertebaran di dunia maya tentang keberhasilan orang maupun organisasi dalam menangkap peluang di masa pandemi ini. Kuncinya, ya tentu saja, promosi. Di era pandemi di mana proses penyebaran informasi semakin bergantung pada kekuatan infrastruktur daring, promosi pun harus menyesuaikan dan berjalan seiring. Pastikan berbagai aktivitas maupun medium promosi sudah berbasis online atau daring sehingga semua dilakukan dengan serba cepat, dan mudah. Kami sendiri telah merasakan pentingnya melakukan customer centric marketing, mengoptimalkan customer experience dengan mengaplikasikan design thinking, dan mengaplikasikan strategi omnichannel marketing dalam menjangkau klien kami.

Tiada waktu yang lebih tepat selain saat ini mengaplikasikan omnichannel marketing, yaitu upaya pemasaran yang mengintegrasikan berbagai aktivitas pemasaran melalui berbagai kanal, baik konvensional secara offline maupun melalui daring dengan tujuan menghadirkan pengalaman pelanggan secara efektif, konsisten dan komprehensif.

Lantas, bagaimana, agar keempat elemen 4-P proposition, people, process, dan promotion tersebut dapat terus dijalankan secara berkesinambungan seraya terus ditingkatkan kualitasnya? Sederhana, kuncinya adalah komunikasi terus menerus kepada seluruh lapisan organisasi yang memungkinkan terciptanya koordinasi dan evaluasi secara kontinyu. Tanpa komunikasi yang baik dan tertata, bisa dipastikan implementasi keempat elemen 4-P tersebut akan menjadi berantakan lantaran berjalan tanpa koordinasi dan kesamaan tekad dari seluruh pelakunya.

Penulis:

Apung Sumengkar, CEO Daya Qarsa, perusahaan konsultan yang berfokus pada transformasi bisnis holistik.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved