Column

Pilihan yang Menentukan

Oleh Editor
Pilihan yang Menentukan
Ilustrasi Foto Istimewa
Ilustrasi Foto Istimewa

Mengambil pilihan yang tepat dalam kehidupan tidak mudah dilakukan karena kita tak pernah tahu dinamika yang ada, yang dalam banyak hal berada di luar kontrol kita. Variabel yang ada serta rumus yang baku tidak pernah akan ada di matematika kehidupan. Semua serba tidak pasti, dan itu membuat kehidupan ini menjadi misteri.

Dalam lorong misteri inilah terjadi banyak kemungkinan, seperti keberuntungan, kegagalan, peluang, tantangan, dan segala macam kejadian yang tidak bisa direplikasi untuk mendapat hasil yang sama. Di sinilah faktor natural dan supranatural berinteraksi. “Faith and fate,” kata orang bijak.

Apa pun kebenarannya nanti, kita memang selalu dihadapkan pada pilihan. Dan ada pilihan yang harus kita pilih, sekali lagi kewajiban, tanpa ada waktu untuk jeda atau berpikir secara mendalam. Pilihan harus dilakukan detik itu; kalau tidak, orang lain akan memilihkan buat kita. Ini yang saya sebut pilihan yang mengubah jalan hidup.

Saya lalu teringat, memilih jurusan ketika saya kuliah di IPB, ternyata sangat menentukan karier saya selanjutnya. Mau menempuh karier sebagai peneliti, ingin bergelar profesor doktor, ternyata pilihan ini ditolak. Saya diberi nasihat calon atasan agar saya sebaiknya berkarya di swasta karena karakter saya dianggap tidak cocok menjadi peneliti.

Karena kepiawaian dan kebijaksanaan beliau, saya merasa wejangan itu sangat tepat. Sehingga, saya berani memilih pilihan baru yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan, yakni menjadi pegawai swasta.

Tapi rupanya, pilihan itu tepat. Nasihat beliau, yang bergelar Profesor Doktor Insinyur, memberi wawasan baru sehingga saya bisa mengubah arah hidup saya dengan pilihan baru.

Hidup bergulir terus, pilihan bermunculan. Mau jadi tenaga penjual mesin fotokopi atau trainee bidang teknologi informasi (TI) yang asing secara kelilmuan bagi saya. Lalu, terus berkarier di bidang komputer atau masuk ke bidang SDM yang waktu itu masih dianggap anak bawang dalam peta karier korporasi.

Selanjutnya, menjadi staf kepresidenan dan berkantor di pusat atau mencoba menjadi pemimpin lapangan bisnis TI yang sedang goyah. Menikmati kesuksesan di bisnis TI atau berani menerima tantangan menjadi pemimpin di sektor pertambangan. Nyaman sebagai wakil presiden direktur perusahaan publik sektor alat berat dan pertambangan atau berani menerima tantangan membenahi sektor infrastruktur yang mandek. Berani menerima tantangan untuk mengembangkan sektor properti dan digitalisasi yang juga merupakan sektor baru di kelompok perusahaan tempat saya berkarya atau cukup dengan posisi yang ada.

Setelah menetapkan pilihan itu, banyak interupsi dengan berbagai tawaran untuk pindah perusahaan dengan imbalan yang menarik. Tapi, itulah akhirnya yang membawa saya bisa menjadi salah satu direksi perusahaan publik terkemuka di negara ini.

Setelah pensiun, banyak pilihan muncul. Tawaran menjadi CEO dan tawaran menjadi advisor muncul banyak dan berbarengan. Sekali lagi, pilihan hidup harus dilakukan. Saya memilih tidak menjadi eksekutif lagi, karena ingin fokus pada keluarga dan membantu perusahaan yang mau jadi perusahaan terbuka, termasuk UMKM yang ingin naik kelas menjadi perusahaan profesional.

Pilihan bukan untuk menghasilkan uang banyak tapi dampak besar. Saya sudah mendapat banyak selama 38 tahun berkarya dalam ilmu, kompetensi, serta pengalaman, dan kini saatnya mengembalikan buat negeri tercinta dalam bentuk lain.

Pertanyaannya, apakah pilihan saya tepat sehingga karier saya bisa melesat tinggi? Tidak ada yang tahu jawabannya secara pasti. Yang jelas, pasti tidak salah, tapi soal tepat itu relatif.

Saya pernah salah memilih ketika mendapat tawaran investasi di perusahaan rintisan dengan nilai pasar US$ 6 juta. Tawaran itu saya tolak karena belum yakin bahwa ini akan jadi besar. Nyatanya, perusahaan itu menjadi unicorn enam tahun sesudahnya. Andaikan saya mau, investasi US$ 100.000 saja, saat ini sudah menjadi triliuner. Dalam hal ini saya salah, yang waktu itu saya anggap benar.

Lalu, apa kesimpulannya ?

Kita tidak pernah tahu hasil akhir sebuah keputusan. Itu sebabnya, keberanian kita untuk, pertama, Acknowledge new opportunity adalah sikap awal sebuah kemajuan. Bersikap santai di posisi saat ini yang sudah aman dan nyaman bukanlah pilihan yang tepat. Risiko itu selalu ada, tapi bukankah kita mafhum bahwa “high risk high gain” formula itu ada.

Kedua, Bold move without turning back: begitu memilih, jangan mudah goyang. Kita tidak pernah tahu hasil akhir, tapi kita bisa melakukan proses yang terbaik. Selalu ada risiko di tempat baru, tapi keraguan akan membuahkan kegagalan. Keberanian menantang risiko adalah langkah awal menuju horizon baru dalam hidup kita.

Ketiga, Commitment all out at all time. Jangan setengah-setengah, sukses atau gagal, maju atau mundur. Komitmen seperti ini yang akan membuat energi kita tercurah sepenuhnya.

Kalau formula ABC ini kita jalankan, pilihan kita memang bisa salah, tapi peluang tetap akan datang. Jangan mau mentok, ayo cari yang lain. Itu adalah pilihan. (*)

Paulus Bambag WS

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved