My Article

Daya Tahan dan Daya Serang

Oleh Editor
(Covid-19 : ilustrasi shutterstock).
(Covid-19 : ilustrasi shutterstock).

Masa pandemi yang belum terlihat kapan akan berakhir, semakin membuat sulit perencanaan tahun depan. Banyak yang galau, mengingat pemimpin dunia maju saja banyak yang masih belum dapat memprediksi kapan vaksin yang efektif diproduksi massal dan vaksinasi yang masif dilaksanakan untuk menghentikan Covid-19 ini.

Kondisi tersebut berdampak pada strategi perencanaan bisnis di aspek makro dan strategi perencanaan hidup keluarga di aspek mikro. Keduanya, kesehatan dan kesejahteraan, berhubungan erat dan tak dapat dipisahkan. Itu sebabnya, kita harus mengambil keputusan sesegera mungkin agar tetap bisa bertahan dan sekaligus bisa mendapat peluang darinya.

Dalam strategi perang kehidupan ini, saya berprinsip bahwa “Kemenangan dalam kehidupan itu harus direncanakan” dan dalam menghadapi tantangan, moto saya adalah “There is no silver bullets plan but we should pursue the silver linings. ”Artinya, kita harus terus maju, merencanakan bahwa The best is yet to come and The great is yet to be. Menyerah itu jelas bukan solusi, pasrah itu bukan sikap yang baik, tetapi ada dua sikap utama yang membuat hidup kita –dalam bisnis dan kehidupan pribadi– tetap bersemangat, yaitu daya tahan dan daya serang.

Daya tahan adalah kemampuan untuk menanggung beban dari tantangan sampai pada titik nadir atau bahkan terjerembab di ring, tetapi tetap tegar tidak menyerah, lalu bangkit lagi sampai suatu saat harus give in karena tidak ada cara lain yang lebih baik daripada itu agar tidak mati konyol.

Ini lebih dari sekadar never give up, ini adalah sebuah mental baja yang melihat tantangan itu boleh knocked us down, tetapi tidak knocked us out. Knock down bisa tetjadi karena pukulan besar yang membuat terjerembab, tetapi knock out adalah pilihan kita untuk mengibarkan bendera putih.

Nah, di era ini saya melihat semangat ini justru harus membara. Daya tahan akan membuka pintu kreativitas baru, inovasi baru, bahkan paradigma baru. Tidak perlu malu melakukan hal hal yang pada masa normal tidak mungkin kita lakukan. Karena, untuk bertahan hidup harus berani meninggalkan prestise, yang penting halal dan tidak menjual harga diri.

Saya lihat semangat ini justru membara di kalangan wanita, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada sesama pria. Wanita justru memiliki daya tahan yang sangat kuat sehingga kreativitas untuk bertahan hidup menjadi lebih baik dibandingkan pria.

Tak segan mereka turun gunung dengan berjualan masakan dapur, menerima pesanan makanan dari luar daerah, membuat kaus dan kerajinan tangan, serta apa saja yang bisa dikerjakan untuk dimonetisasi jadi penghasilan. Termasuk perusahaan yang dipimpin oleh eskekutif wanita, mampu meluncurkan produk baru dan program baru yang sepertinya menentang arus tetapi dilakukan, dan ternyata menghasilkan sumber penghasilan baru.

Saya sering bercanda, mengapa wanita memiliki daya tahan yang lebih kuat dibandingkan pria? Saya jawab sendiri, “Karena, wanita diciptakan dari tulang rusuk, sedangkan pria dari debu.” Dan, itu terbukti di saat krisis global saat ini.

Itu sebabnya, saya mengajak, termasuk pria, untuk memiliki daya tahan ini karena dengan daya tahan kita bisa merancang kehidupan yang lebih baik ketika segenggam awan harapan mulai muncul.

Semangat kedua yang harus selaras dengan daya tahan adalah saya serang. Ini adalah kemampuan melakukan aktivitas balik yang melawan arah tantangan dan berusaha menguasai pertempuran karena tahu kelemahan lawan dan kekuatan kita.

Daya serang ini harus dimiliki korporasi ataupun individu yang mau sukses justru di masa sulit ini. Anda tahu kesulitan lawan, kelemahan lawan, dan prioritas mereka, maka Anda justru bisa melakukan serangan balik dengan kekuatan kita yang selama ini mungkin tersimpan rapi.

Pangsa pasar yang mengecil, ceruk yang sempit, justru harus dipikirkan jurus baru dengan produk dan layanan baru agar di kapasitas yang terbatas kita bisa menguasai pangsa sebesar mungkin. Secara agregat, pendapatan turun, tetapi kalau pangsa pasar dan mind share kita di pelanggan meningkat, hanya soal waktu, ketika pasar kembali normal, kita sudah jadi digdaya.

Nah, aspek yang kedua ini biasanya dimiliki para pria, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada wanita. Pria yang maskulin cepat sekali menemukenali area ini sehingga ketika ini dilakukan dengan sistematis dan cermat, kehidupan kita –bisnis dan pribadi– menjadi semakin bergairah dan kuat.

Itu sebabnya, kalau kita bisa menggabungkan daya tahan feminin dan daya serang maskulin, kita akan lengkap memiliki daya hidup yang kokoh. Seperti membangun rumah kehidupan di atas batu karang yang kuat.

Kalau begitu, kita bisa punya moto, “No weapons formed against me will prosper, they can knock me down but will never knock me out.” (*)

Paulus Bambang WS


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved