My Article

Didi Kempot, Industri Campursari dan Kearifan Lokal

Didi Kempot, Industri Campursari dan Kearifan Lokal

Oleh : Dr. Rio Christiawan,S.H.,M.Hum.,M.Kn., Dosen Pluralisme Universitas Prasetiya Mulya

Rio Christiawan

Masyarakat Indonesia dikejutkan dengan wafatnya penyanyi campur sari yang dikenal dengan nama panggung Didi Kempot. Bagi masyarakat almarhum Didi Kempot tidak saja dikenal sebagai penyanyi campur sari tetapi karya dari almarhum dapat disebut sebagai bentuk kearifan lokal. Dalam aspek sosiologis, dalam bermusik almarhum Didi Kempot tidak semata-mata mengikuti trend pasar namun dalam banyak lagu yang dibawakan oleh almarhum Didi Kempot terkandung pesan moral bagi masyarakat.

Kesantunan bermusik Didi Kempot juga nampak dari bahasa yang dipergunakan dalam musiknya. Almarhum tidak pernah menggunakan bahasa ‘prokem’, tetapi Didi Kempot selalu menggunakan bahasa yang santun. Kearifan lokal yang diangkat oleh didi kempot dalam lagunya nampak dari bahasa yang digunakan yakni bahasa daerah (Jawa), pemilihan diksi dalam lagu lagunya pun terkesan santun. Hal ini terlihat dari bahasa daerah yang digunakannya adalah bahasa yang halus.

Misalnya dalam potongan lagu Stasiun Balapan yang melegenda, ‘Janji Lungo Mung Sedelo, Malah Tanpo Kirim Warto…’ menunjukkan bahwa kesantunan senantiasa melekat dalam bahasa yang dipergunakan. Dalam lagu-lagunya almarhum Didi Kempot seolah mengedukasi masyarakat tentang kesantunan dalam menghadapi berbagai permasalahan. Karya Didi Kempot dapat diterima oleh seluruh kalangan tanpa tersekat kelas sosial, justru musik Didi Kempot menghapuskan sekat kelas sosial dalam menikmati campur sari.

Bahasa yang dipergunakan dalam karya Didi Kempot bukanlah bahasa borjuis yang menandakan hanya kalangan tertentu yang dapat menikmati karya Didi Kempot, sebaliknya dalam diksi dan lagu Didi Kempot tidak menggunakan bahasa yang terkesan ‘murahan’. Karya Didi Kempot dapat dikatakan sebagai kearifan lokal, mengingat selain dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat dan juga mempersatukan masyarakat, Didi Kempot juga memiliki misi yang hendak dicapai dalam karya-karyanya.

Karya almarhum Didi Kempot layak disebut sebagai kearifan lokal, mengacu pada definisi kearifan lokal sebagaimana diuraikan Susan maze (2011), kearifan lokal adalah budaya yang dipergunakan untuk memperbaiki kualitas kehidupan dan peradaban manusia menurut masanya masing-masing.

Nasionalis dan Pluralis

Lagu campur sari yang dibawakan Didi Kempot tidak sekedar memenuhi selera penikmat music campur sari, melainkan mampu membangun solidaritas sosial dengan membawa kerekatan tersendiri bagi masyarakat. Didi Kempot juga tidak menyelipkan pesan politik dalam lagu-lagunya, sehingga lagunya dapat merekatkan seluruh masyarakat tanpa tersekat oleh politik maupun kelas sosial ekonomi. Lagu campur sari ‘sederhana’ mampu mengantarkan kesadaran masyarakat sebagai satu kesatuan yang memiliki tujuan yang sama dalam berbangsa.

“Jaga jarak, cuci tangan pakai masker, Ojo lali nyenyuwuno sing banter, Jaga jarak, cuci tangan pakai masker, Maju bareng, Nglawan corona ben klenger, Neng ngomah wae…” .Petikan lagu berjudul Ojo Mudik tersebut menunjukkan di tengah pandemi Covid ketika pemerintah menyebarkan gerakan stay at home dan masyarakat banyak yang tidak mematuhi anjuran tersebut maka Didi kempot memiliki caranya sendiri yang persuasive melalui ‘sobat ambyarnya’ untuk mendukung program pemerintah.

Bahkan ketika pemerintah menerbitkan larangan mudik untuk mencegah persebaran Covid maka Didi Kempot juga mendukung program pemerintah. Melalui lagu terakhirnya yang berjudul ‘Ojo Mudik’ Didi Kempot kembali menyampaikan anjuran pemerintah pada masyarakat tanpa kesan menggurui. Didi Kempot juga seorang Pancasilais sejati, meskipun dalam lagunya yang berlatar budaya Jawa, namun kerap kali almarhum Didi Kempot menyampaikan pesan persatuan bangsa maupun pesan pesan pluralism lainnya. Pada saat terjadi kontestasi politik yang membelah masyarakat, dengan segala kesederhanaannya melalui media musik campur sari Didi Kempot mampu menyampaikan ideologi Pancasila dengan membumi.

Didi Kempot tidak memanfaatkan sobat ambyarnya untuk berpolitik secara praktis , namun Didi Kempot melalui musik campur sari yang mempersatukan seluruh lapisan masyarakat kembali menegaskan kembali ideologi Pancasila. Secara sosiologis, dapat dimaknai bahwa musik Didi Kempot itu sederhana sekaligus luar biasa. Sederhana dalam cara penyampaiannya, musik Didi Kempot dapat dinikmati dan diterima semua kalangan, luar biasa karena dengan cara yang sederhana, musik campur sari yang dibawakan Didi Kempot dapat membawa dampak yang besar dan merekatkan seluruh komponen bangsa.

Kearifan Lokal

Musik dan karya Didi Kempot layak disebut kearifan lokal, sebagaimana disampaikan oleh Fukuyama (2006), kearifan lokal terbentuk karena pemikiran , tindakan, budaya lokal yang memiliki dampak yang besar. Didi Kempot dengan cara sederhananya telah mengimplementasikan ‘think globaly act locally’. Konsep kearifan lokal tersebut telah diwujudkan Didi Kempot dalam setiap karyanya.

Demikian juga salah satu ciri kearifan lokal adalah pada esensi dan dampak karya tersebut di tengah masyarakat. Meskipun kini almarhum Didi Kempot telah berpulang pada sang pencipta namun esensi dari karya musik campur sarinya tetap memiliki dampak yang merekatkan masyarakat pada berbagai kelas sosial, demikian juga pesan-pesan santun yang terkandung dalam lagu campur sari tersebut tetap dapat ‘mengedukasi’ sekaligus menghibur masyarakat.

Didi Kempot mewujudkan konsep luar biasa ‘think globaly act locally’ , seperti yang dicontohkannya melalui musik campur sari Didi Kempot mewujudkan solidaritas bangsa dan berbagai di tengah adanya musibah pandemi Covid. Sebelum wafat, almarhum Didi Kempot bersama salah satu stasiun televisi masih melakukan konser amal untuk membantu meringankan beban masyarakat yang terkena dampak bencana Covid. Sekali lagi, almarhum Didi Kempot membuktikan musik yang sederhana dengan dampak yang luar biasa. Dengan musik campur sarinya ia berbagi, dengan musik campur sarinya ia mengabdi, bersama sobat ambyarnya ia mempersatukan bangsa.

Kearifan lokal yang merupakan dedikasi almarhum Didi Kempot dapat menjadi teladan dan panutan bagi artis lainnya. Meskipun menjadi salah satu selebritis dengan royalty terbesar, hingga lagunya yang banyak di’cover’ oleh penyanyi lain, namun almarhum Didi Kempot dengan segala kesederhanaannya tetap tulus mengembangkan seni campur sari. Hal inilah yang dapat diteladani oleh artis lainnya, yakni esensi mengembangkan seni adalah bagaimana pada akhirnya seni itu dapat diterima dan berdampak baik bagi masyarakat. Pada akhirnya, almarhum Didi Kempot mengajarkan bahwa seni adalah kearifan lokal yang membangun sekaligus menghibur masyarakat. Dalam banyak kesempatan almarhum Didi Kempot meninggalkan pesan kuat bahwa seni bukan persoalan komersial belaka.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved