My Article

Evolusi Kantong Uang

Oleh Admin
Evolusi Kantong Uang

Masih ingatkah ketika kita melihat dompet bapak yang tebal dan menekuk lalu mengganjal di belakang saku celana? Atau bahkan dompet kita sendiri yang begitu banyak selipan berkas struk belanjaan, uang cash dan recehan? Lalu sekarang, coba kita tengok sebentar dompet kita? Apakah terjadi perubahan menjadi lebih tipis dan dipenuhi dengan berbagai macam kartu kredit, kartu debit, kartu diskon brand tertentu atau bahkan sampai tiket berbentuk kartu yang ada di antara selipan dompet kita. Sebelum membahas lebih jauh mengenai transformasi bentuk dompet dan peralihan uang cash menjadi cash-less, kita akan meninjau mengenai asal mula dompet dan mengapa dompet ini menjadi bagian yang sangat essential bagi kita terutama kaum urban dan professional.

Jessica Natalie

Jessica Natalie

Asal Mula Dompet

Dompet sangat erat hubungannya dengan uang, uang adalah alat tukar yang digunakan untuk membeli atau menukar barang. Zaman dahulu alat tukar berupa koin logam sebelum manusia mengenal teknik pembuatan kertas yang lebih modern. Berhubung pada zaman dahulu bahan tekstil juga belum berkembang, maka dompet pertama yang dibuat manusia adalah dompet kulit asli kulit binatang. Berdasarkan ensiklopedi Britannica, istilah awal dompet berasal dari kata fiscus yang berarti tempat untuk mengumpulkan uang kaisar. Uang-uang hasil pajak ini awalnya dikumpulkan dari sebuah keranjang. Jika kita lihat dari sisi mitologi Yunani, dompet sendiri awalnya adalah karung yang dibawa oleh dewa hermes (kibisis). Dari sudut pandang sejarah modern dompet sendiri dimulai saat uang kertas pertama kali diperkenalkan di Massachusetts pada 1690. Dompet saat itu dikenal dengan istilah bill-fold, di mana uang kertas bias dilipat di dalamnya guna menghemat ruang penyimpanan. Pada tahun 1970 mulailah diperkenalkan dompet velcro yang booming karena terbuat dari bahan velcro. Pada abad ke 21, dompet telah berevolusi dalam banyak hal, termasuk bentuk, ukuran dan warnanya yang kebanyakan lebih menonjolkan sisi gaya dari pada fungsi. Jadi itulah dari mana dompet kita berasal, berawal dari dompet kulit asli produk olahan binatang lalu dompet yang terbuat dari bahan sintesis dan tekstil.

Fungsi dompet sendiri seperti yang biasa kita gunakan adalah sebagai alat simpan uang, kartu, foto, dan berbagai macam kertas-kertas penting lainnya. Kehidupan sehari-hari kita juga tidak bias lepas dari yang namanya dompet. Bayangkan ketika kita kehilangan dompetmu, maka rasa panik, cemasdan marah akan bercampur aduk menjadi satu. Apalagi jika isinya uang cash yang tidak sedikit ataupun kartu-kartu super penting yang susah proses pembuatannya.

Selamat datang, Cashless Era.

Adanya peralihan kuantitas banyaknya pengguna uang cash menjadi pengguna kartu telah mengubah bentuk dompet itu sendiri dipengaruhi oleh adanya pergeseran cara membayar. Dompet yang lebihbanyakmenyediakanselipanuntukkartuuntukdapat di display dengansusunan yang rapih tentu menjadi pilihan masyarakat. Perubahan cara membayar berubah seiring perkembangan jaman. David Wolman, seorang jurnalis Amerika, menulis sebuah buku mengenai senja kala uang, The End of Money. Menurut Wolman, uang kartal hanya merepotkan aktivitas sehari-hari. Uang kartal adalah uang berbentuk selembar kertas atau logam yang diterbitkan oleh bank sentral. Mengapa uang kartal dianggap menyulitkan? Ada beberapa alasannya. Pertama, transaksi tunai itu mahal untuk memindahkannya, menyimpannya, mengamankannya, mengawasinya, memproduksinya, meredesainnya, dan mahal juga untuk kita bawa kemana-mana,” kata Wolman seperti dikutip cbsnews.com.

Kedua, sisi negative dari uang kartal adalah sahabat bagi para kriminal seperti penyuapan, sogokan, dan aneka transaksi terlarang selalu menggunakan uang tunai agar tidak terlacak.

Padatahun 2014 yang lalu, Bank Indonesia kembalimencanangkanGerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Pencanangan tersebut dilakukan guna meningkatkan kesadaran masyarakat, pelaku bisnis, dan juga lembaga-lembaga pemerintah untuk menggunakan sarana pembayaran non-tunai dalam melakukan transaksi keuangan yang mudah, aman, dan efisien. Demi terciptanya masyarakat tanpa uang tunai, pemerintah juga telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik dalam Layanan Keuangan Digital. PP ini mengatur mengenai soal penyelenggaraan sistem elektronik, penyelenggara agen elektronik, penyelenggaraan transaksi elektronik, tanda tangan elektronik, penyelenggaraan sertifikasi elektronik, lembaga sertifikasi keandalan, dan pengelolaan nama domain.

Lalu apa dampaknya pada kita?

Kita merasakan belakangan ini berbagai transaksi layanan public perlahan mulai beranjak ke elektronik, mulai dari parkir, tiket bus Transjakarta, Commuter Line, dan pembayaran gardu tol dan meningkatnya transaski pembelian online melalui situs e-commerce. Mengutip kalimat dari Robert Reich, seorang politikus dan ekonomis asal Amerika Serikat berkata “There will be a time – I don’t know when, I can’t give you a date – when physical money is just going to cease to exist.” Berdasarkan pernyataan Reich di atas, sepertinya “Cashless Society” sudah mulai dating dan kita sudah berada di dalamnya. Mungkin masih diingat dalam benak kita kalau perlu meng-antre di loket untuk membayar tagihan listrik, air atau membayar keperluan rumah tangga lain nya.

Dengan adanya evolusi budaya kantong uang yang baru, selain dapat mengubah gaya hidup dan bentuk dompet, tentu juga dapat memberikan kita kemudahan membayar yang berpengaruh terhadap roda perputaran perekonomian bangsa.

Oleh: Jessica Natalie, Brand Consultant of DMID


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved