My Article

Kinerja Bisnis 11 Perusahaan Ritel di Tengah Anomali Daya Beli

Kinerja Bisnis 11 Perusahaan Ritel di Tengah Anomali Daya Beli

Oleh Hendry Ramdhan, ST. MBA, Praktisi Bisnis dan Penulis

www.hendryramdhan.com

Tanggal 31 juni 2017 menandakan berakhirnya semester satu 2017. Sepuluh perusahaan publik di sektor ritel telah merilis laporan keuangan tengah tahunan yang menjadi kewajibannya. Ditambah satu perusahaan non publik, yaitu PT Indormarco Prismatama, namun karena induknya adalah perusahaan publik, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. (DNET) maka kita masih bisa mengakses laporan kinerja bisnis Indomaret, jaringan ritel yang dikelola oleh PT Indomarco melalui laporan keuangan tengah tahunan DNET.Hendry Ramdhan

Sebelas perusahaan ini kesemuanya bergerak di sektor ritel. Dimulai dari sektor minimarket, supermarket, hypermarket, kemudian ada pula sektor ritel barang perkakas rumah tangga dan industri, ritel bahan-bahan bangunan, busana dan pakaian. Segmen ekonomi yang ditarget oleh perusahaaan ini juga bervariasi dari segmen menengah bawah seperti yang ditarget Ramayana, atau segmen menengah atas seperti yang dibidik oleh Mitra Adi Perkasa dengan lebih dari 150 merk yang dijual. Kesebelas perusahaan ritel tersebut siapa saja bisa dilihat di tabel 1.

Tabel 1. Sebelas Perusahaan Ritel

Untuk mengetahui kinerja bisnis 11 perusahaan ritel ini, kita akan melihat angka pendapatan bersih, laba komprehensif serta pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya. Saya akan menggunakan data dua tahun terakhir sejak 2015 sampai dengan 2017, yaitu perbandingan kinerja semester satu di tahun 2015 ke semester satu 2016, dan perbandingan kinerja semester satu di tahun 2016 ke semester satu 2017. Digunakan dua tahun perbandingan pertumbuhan agar kita bisa melihat apakah pertumbuhan di tahun 2017 ini lebih baik atau lebih buruk dibandingkan pertumbuhan di tahun 2016 silam.

Seperti yang kita ketahui bersama, di semester satu 2017, satu jaringan ritel ternama, Sevel menyatakan penutupan seluruh gerai karena kinerja bisnis yang memburuk. Apakah kinerja buruk hanya dialami oleh Sevel, dan tidak dialami oleh perusahaan ritel lainnya? Pertanyaan ini menjadi pemicu penulis untuk menggali dan menganalisa data kinerja bisnis sebelas perusahaan ritel di atas. Sampai akhir nanti anda akan mengetahui, bagaimana kondisi kinerja yang diperoleh masing-masing perusahaan ritel tersebut.

Beberapa analis mengatakan bahwa saat ini sektor ritel mengalami kelesuan karena daya beli yang menurun, dan ada pendapat yang menyatakan bahwa yang terjadi bukanlah penurunan daya beli, tapi perubahan cara masyarakat berbelanja, dari yang semula offline menjadi online. Sebagai tambahan informasi, sektor minimarket merupakan sektor yang langsung berhubungan dengan masyarakat karena sektor ini menjual jenis barang yang sangat jarang dibeli melalui online sehingga hampir tidak terjadi perubahan pola belanja di sektor ini.

Pendapatan Bersih Semester Satu 2015 – 2017

Dari 11 perusahaan ritel yang dianalisa di dalam tulisan ini, saya dapatkan hanya dua perusahaan ritel yang tetap tumbuh dengan baik, yaitu pertumbuhannya di semester satu 2017 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di semester satu 2016. Dua perusahaan ini adalah Ace Hardware Tbk. (ACES) dan Catur Sentosa Adiprana Tbk. (Mitra10, dengan kode CSAP) yang menjual dan mendistribusikan masing-masing barang-barang perkakas rumah tangga dan industry, dan bahan-bahan bangunan. Kinerja bisnis ACES tampak kuat di semester satu 2017, di mana pertumbuhannya mencapai tiga kalinya dibandingkan pertumbuhan di semester satu 2016, yaitu dari 6% menjadi 18%. Sedangkan CSAP yang merupakan perusahaan pengelola toko ritel bahan bangunan Mitra10 mengalami pertumbuhan semester satu 2017 sedikit lebih baik dari tahun 2016, yaitu dari 10% menjadi 12%.

Di dalam tabel 2, pertumbuhan bagus saya beri warna hijau, sedangkan warna kuning pertumbuhan melambat, yaitu di 2017 lebih rendah dibandingkan di 2016. Bahkan yang terburuk adalah yang berwarna merah, yaitu pertumbuhan minus, yang diderita oleh dua perusahaan ritel, yaitu Hero Supermarket Tbk. yang mengelola supermarket Hero, Hipermarket Giant, Guardian dan Ikea, dan perusahaan Matahari Putra Prima Tbk. yang mengelola Hypermart dan Foodmart. Pertumbuhan dengan warna kuning didapat oleh tujuh perusahaan. Mereka tetap tumbuh di semester satu 2017, namun pertumbuhannya ini tidak sebesar pertumbuhan semester satu 2016.

Di sektor minimarket, Alfamart dan Indomaret mengalami pertumbuhan melemah, dimana masing-masing Alfamart yang sempat tumbuh 21% di semester satu 2016 menjadi hanya tumbuh 14% di semester satu 2017. Sedangkan Indomaret mengalami pertumbuhan yang sangat melemah, dari 28% di semester satu 2016 menjadi hanya 9% di semester satu 2017.

Pertumbuhan melemah lainnya diderita oleh jaringan departemen store, Matahari, yang menjual busana, turun melemah hampir 1/3 – nya, yaitu dari 32% menjadi hanya 11%. Peritel lainnya yang juga menjual busana dengan target market menengah bawah, yaitu Ramayana juga mengalami pertumbuhan melemah lebih dari setengahnya, yaitu dari 25% menjadi hanya 10%. Sedangkan peritel yang menyasar menengah ke atas, yaitu MAPI melemah sedikit dari 20% menjadi 16%. Terakhir, MIDI pengelola Alfamidi, tumbuh melemah dari 27% menjadi 18% dan RANC pengelola Ranch Market dan Farmers Market tumbuh melemah dari 11% menjadi 6%.

Silahkan simak data lengkapnya di tabel 2.

Tabel 2. Pendapatan Bersih Semester 1 di 2015 – 2017

Laba Komprehensif Semester Satu 2015 – 2017

Di bagian ini mari kita lanjutkan, bagaimana kondisi laba yang diraih oleh masing-masing perusahaan ritel di atas.

Kita mulai dari dua perusahaan yang tumbuh bagus dalam pendapatan di atas, yaitu ACES dan CSAP. Dari dua perusahaan ini, yang mempertahahkan pertumbuhan positif laba konsisten dengan pertumbuhan pendapatan hanya diraih oleh ACES. Laba ACES di semester satu 2017 tumbuh menjadi 37.6% dibandingkan pertumbuhan negatif di semester satu 2016, yaitu negatif 3%. Sedangkan CSAP mengalami pertumbuhan laba melemah di semester satu 2017 ini, yaitu hanya 17% dibandingkan pertumbuhan di semester satu 2016 yang menyentuh 87%. Pertumbuhan laba melemah dikarenakan beban perusahaan yang lebih besar di tahun ini dibandingkan di tahun sebelumnya.

Bisa disimpulkan sampai sejauh ini, hanya ACES yang mengalami pertumbuhan positif dari kinerja pendapatan dan laba selama semester satu 2017.

Mari kita lanjutkan melihat data laba peritel lainnya.

Walaupun pertumbuhan pendapatan melemah di semester satu 2017, namun ada dua peritel yang berhasil menaikkan pertumbuhan labanya di semester ini, yaitu HERO dan MAPI. HERO berhasil tumbuh menjadi 228% dibandingkan di 2016 yang hanya 16%, sedangkan MAPI tumbuh menjadi 345% dibandingkan di 2016 yang hanya 60%. Keduanya menunjukkan sinyal positif bagi perusahaan karena beban-beban berhasil ditekan sehingga laba naik sangat signifikan di semester satu 2017 dibandingan di semester satu 2016.

Kemudian, siapa peritel yang labanya sangat menurun? Bahkan kondisinya adalah rugi besar. Anda sudah lihat tabel 3, MPPA merupakan peritel dengan laba minus besar sampai Rp 169 milyar di semester satu 2017. Bila melihat semester satu 2016 yang masih membukukan laba positif sebesar Rp 24 milyar, maka ini adalah sinyal tanda bahaya bagi MPPA karena labanya sangat menurun sampai minus 782%.

Dua peritel lainnya walau belum sampai minus labanya, namun pertumbuhan labanya sangat merosot dibandingkan di tahun 2016, yaitu dua peritel minimarket, Alfamart dan Indomaret, dimana masing-masing merosot minus 55% dan minus 82% dari segi kinerja pertumbuhan laba di semester satu tahun ini. Indomaret merosot lebih besar daripada Alfamart. Di semester satu 2016, Indomaret sempat tumbuh sampai 113%, namun kini merosot minus 82%. Sedangkan Alfamart sempat tumbuh 66% di tahun 2016, kini labanya merosot minus 55%.

Selain dua peritel minimarket di atas, satu peritel lagi yang mengalami kemerosotan laba hingga minus 32%, dari sebelumnya sempat tumbuh besar sampai 1030%, yaitu dialami oleh RANC, yang mengelola jaringan ritel Ranch Market dan Farmers Market.

Pertumbuhan laba melemah dialami oleh empat peritel. Laba komprehensif di semester satu 2017 masih tumbuh namun melemah dibandingkan pertumbuhan laba di semester satu tahun lalu. Di tabel saya beri warna kuning, yaitu peritel CSAP, LPPF, MIDI dan RALS.

Simak data lengkap di tabel 3 bawah ini.

Tabel 3. Laba Komprehensif Semester 1 di 2015 – 2017

Kesimpulan:

Dari data di atas dan analisa sebelas perusahaan ritel yang sebagian besar adalah perusahaan publik bisa disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

Hanya Ace Hardware Tbk. yang mengalami pertumbuhan pendapatan dan laba yang lebih besar di semester satu 2017 dibandingkan semester satu tahun 2016.

Catur Sentosa Adiprana Tbk, pengelola Mitra10 mengalami pertumbuhan pendapatan di semester satu 2017, namun labanya tumbuh melemah dibandingkan semester satu tahun lalu.

Sembilan peritel mengalami pertumbuhan pendapatan melemah di semester satu 2017 dibandingkan semester satu tahun 2016, dimana dua diantaranya mengalami pertumbuhan minus, yaitu Matahari Department Store Tbk. dan Matahari Putra Prima Tbk.

Tiga peritel mengalami pertumbuhan laba positif lebih besar di semester satu 2017 dibandingkan tahun lalu, yaitu ACES, HERO dan MAPI.

Empat peritel mengalami pertumbuhan laba minus dimana yang terburuk di derita oleh Matahari Putra Prima Tbk. Tiga ainnya adalah Alfamart, Indomaret dan Supra Boga Lestari Tbk.

Empat peritel lainnya mengalami pertumbuhan melemah dimana pertumbuhan laba di semester satu 2017 lebih rendah dari pertumbuhan laba di semester satu 2016, yaitu CSAP, LPPF, MIDI dan RALS.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved