My Article

Kolaborasi Strategis Antar Pihak Kunci Sukses Industri 4.0

Kolaborasi Strategis Antar Pihak Kunci Sukses Industri 4.0

Oleh: All Mulk, Trusted Digital Advisor

Perindustrian Indonesia mempunyai aspirasi nasional pada tahun 2030, yaitu berada pada posisi ekonomi 10 besar di dunia, kontribusi ekspor bersih terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 10%, produktivitas ketenagakerjaan meningkat dua kali lipat, kegiatan penelitan dan pengembangan (research & development/R&D) mendapatkan dana 2% dari PDB. Kementerian Perindustrian mengatakan bahwa dengan adanya peta jalan Industri 4.0, target ini dapat tercapai.

Untuk mempercepat tercapainya target-target tersebut, dibutuhkan kerjasama yang erat antara pemerintah, industri serta akademisi. Pemerintah perlu memastikan adanya kebijakan dan insentif memadai yang pro Indonesia 4.0. Bidang industri harus mendorong diri mereka sendiri untuk mengembangkan teknologi industri 4.0 saat berproduksi di mana hal ini dapat dilakukan dengan berkolaborasi dengan perusahaan lain. Akademisi dapat melakukan penelitian-penelitian untuk pencarian pengembangan potensi yang sesuai dengan industri 4.0. Ini adalah prasyarat-prasyarat yang perlu dipenuhi Indonesia agar tercapainya aspirasi 2030.

Industri 4.0 menciptakan katalis bagi pemerintah untuk menstimulasi perubahan melalui adopsi teknologi. Ini adalah tren global karena semua pemerintahan ingin meningkatkan kesetaraan dan stabilitas ekonomi. Akan adanya dampak positif pada masyarakat karena meningkatkan peluang bagi masyarakat pinggiran dan yang paling miskin melalui akses yang lebih baik ke pendidikan, peluang kerja, dan finansial. Selain itu memungkinkan terjadinya mobilitas sosial dan geografis serta akan terjadi perbaikan produktivitas yang mendorong pertumbuhan sehingga kualitas hidup masyarakat dapat lebih ditingkatkan. Di pemerintahan, apapun yang mengurangi pajak pendapatan per kapita akan mendorong pertumbuhan. Hal ini semua memungkinkan melalui penerapan teknologi.

Peran pemerintah dalam regulasi terkait industri 4.0 sangat besar, termasuk dalam memberikan insentif fiskal (tax holiday, tax allowance, dan tax deduction) dan regulasi terkait pengelolaan keamanaan dan proteksi data. Kebijakan fiskal dapat dialokasikan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan, serta pendidikan vokasi. Selain itu, Pemerintah perlu membangun infrastruktur pendukung implementasi teknologi di era Internet of Things (IoT), termasuk jaringan TI dan pusat data. Pemerintah juga diharapkan dapat lebih berkomitmen untuk memastikan pemerataan manfaat dari implementasi inisiatif strategis agar dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat. Lebih daripada itu, pemerintah perlu memfasilitasi komunikasi yang efektif antara pelaku industri, akademisi dan badan-badan pemerintahan terkait untuk menyelaraskan visi, misi, dan pencapaian kegiatan strategis yang terukur terkait penerapan industri 4.0.

Revitalisasi sektor manufaktur menjadi penting dan mendesak bagi Indonesia. Industri 4.0 berbasis Cyber Physical Production Systems (CPPSs) – mengaburkan batasan dunia nyata dan maya didukung dengan keberadaan teknologi yang terus tumbuh secara eksponensial, misalnya teknologi sensor, robotik, artificial intelligence, 3D printing, drones, dan nanotechnology. Industri manufaktur harus memetik manfaat dari teknologi tersebut yang memungkinkan membantu integrasi sistem mata rantai bisnis secara vertikal di internal perusahaan dan juga secara horisontal dengan partner bisnis dan pelanggan untuk mencapai tingkat efesiensi yang lebih tinggi. Pelaku industri perlu memikirkan ulang model bisnis, proses bisnis dan cara pengelolaan sumber daya yang ada sehingga selaras dengan ekosistem yang mendukung tumbuhnya inovasi. Investasi untuk penerapan teknologi terkini yang sesuai dengan skala dan kebutuhan bisnis perlu dilakukan justifikasi business case dan Return of Investment (RoI) yang jelas.

Penyedia jasa konsultasi manajemen dan teknologi dapat berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan terkait proses evaluasi kompetensi dan kesiapan digital, serta mengembangkan kapabilitas industri 4.0-nya. Sedangkan penyedia solusi teknologi dan komunikasi dapat membantu dalam pemilihan solusi perangkat lunak, perangkat keras serta arsitektur teknologi industri 4.0 yang sesuai dengan skala dan kebutuhan perusahaan.

Hal lain yang tidak kalah penting yaitu peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) dan kegiatan penelitian dan pengembangan. Pemerintah dan pihak akademisi perlu melakukan evaluasi terkait kegiatan penelitian, kurikulum dan kompetensi SDM yang siap bekerja pada lingkungan industri 4.0.

Tahun 2018, tahun kritis Making Indonesia 4.0

Pada 4 April 2018, pemerintah Indonesia meluncurkan Making Indonesia 4.0, sebuah peta jalan dan strategi Indonesia menjawab tantangan di era digital. Strategi tersebut ditopang dengan lima (5) teknologi utama: Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), 3D printing, advanced robotics and wearable (augmented reality or virtual reality).

Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan di lima sektor industri manufaktur sebagai proyek prioritas, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, serta industri elektronik.

Pemerintah mengharapkan implementasi Making Indonesia 4.0 akan membuka sekitar 10 juta lowongan baru pada tahun 2030 sebagai hasil dari peningkatan permintaan ekspor serta peningkatan kontribusi manufaktur ke PDB, yang diproyeksikan mencapai antara 21% dan 26% pada tahun 2030.

Penerapan industri 4.0 merupakan proses transformasi yang membutuhkan waktu (multi years) dan konsentrasi penuh. Kesiapan strategi perlu didukung dengan detil rencana kegiatan riil sebagai penjabaran dari peta jalan yang telah disusun. Kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri dan akademisi menjadi salah satu kunci utama keberhasilan.

Beberapa langkah konkrit yang perlu diambil yaitu:

Pemerintah memastikan koordinasi menyeluruh antar kementerian terkait, misalnya Kementerian Perindustrian, Keuangan, Perdagangan, Komunikasi dan Informatika, Kemenristekdikti serta BPPT.

Pemerintah menetapkan proyek percontohan awal yang melibatkan perusahaan-perusahaan terpilih dengan tingkat kesiapan industri 4.0 tertinggi yang mewakili lima sektor industri yang telah ditetapkan.

Forum Group Discussion

Pemerintah mengadakan Forum Group Discussion (FGD) sebagai wadah kolaborasi rutin antara pemerintah, pelaku industri, akademisi, penyedia jasa konsultasi manajemen dan teknologi, serta penyedia solusi teknologi dan komunikasi. Pada forum ini, pemerintah dapat

tax allowancebig data

Penyedia jasa konsultasi manajemen dan teknologi dapat menggunakan FGD untuk memaparkan pendekatan efektif yang dapat dijalankan oleh pelaku industri dalam melakukan proses evaluasi kematangan perusahaan menuju industri 4.0 (kondisi saat ini, kondisi yang akan dituju, analisa kesenjangan dan rekomendasi untuk mencapai kapabilitas industri 4.0 yang diinginkan). Pelaku industri dapat berkolaborasi lebih lanjut dengan penyedia jasa konsultan dan teknologi untuk peninjauan lebih detil dan akselerasi pencapaian kapabilitas industri 4.0.

Penyedia solusi teknologi dan komunikasi dalam FGD dapat memaparkan solusi teknologi yang dibutuhkan oleh industri 4.0, termasuk Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), 3D printing, advanced robotics and wearable (augmented reality or virtual reality) yang telah tersedia dan terbukti digunakan pada lima sektor industri terpilih untuk skala perusahaan yang telah ditetapkan.

Pemerintah dan pihak akademisi dapat membahas perlunya evaluasi menyeluruh terkait relevansi industri 4.0 dengan kegiatan penelitian dan pengembangan, kurikulum, kompetensi SDM dan terobosan inovasi yang diperlukan termasuk akses yang memadai ke teknologi terkini yang tersedia untuk perguruan tinggi di Indonesia. Kolaborasi lebih lanjut dengan penyedia teknologi sangat diperlukan, khususnya pembekalan pengetahuan lebih mendalam tentang teknologi terkini dan sarana untuk inovasi.

Pelaku industri dapat membahas terkait model bisnis yang mendukung inovasi dan industri 4.0, investasi untuk teknologi baru yang diperlukan, business case dan ROI yang diharapkan.

Langkah tersebut di atas menjadi kritikal untuk dijalankan di tahun 2018 dan secara berkala diukur kemajuannya sebagai rancangan pragmatis pendukung Making Indonesia 4.0 untuk percepatan pembangunan ekosistem yang mendukung inovasi. Selain semua yang telah dipaparkan, kita harus melangkah dengan pikiran yang terbuka jika tidak kita akan kalah kompetisi. Pelaksanan strategi dan kegiatan kongkrit harus secara berkelanjutan sehingga Making Indonesia 4.0 tidak hanya mejadi sebuah konsep dan peta jalan saja, akan tetapi ditetapkan sebagai target yang akan dicapai dan memberikan dampak sosial yang positif di mana kesetaraan dan stabilitas ekonomi dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

*) Opini kolom ini adalah pendapat pribadi penulis, tidak mewakili institusi apa pun.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved