My Article

Menjadi Adaptif di Tahun 2017

Oleh Admin
Menjadi Adaptif di Tahun 2017

Oleh: Tasya Juwita, M.M. – Trainer, Executive Development Program PPM Manajemen

Presiden Joko Widodo menganggap harus ada perubahan dalam mekanisme perencanaan program dan implementasinya. Oleh sebab itu, pemerintah mengubah prinsip penetapan anggaran dari money follow function menjadi money follow program. Artinya, di tahun depan, anggaran tidak lagi dibagi merata kepada seluruh Kementerian/Lembaga (K/L), tetapi disesuaikan dengan program yang diajukan oleh masing-masing K/L. Sehingga semakin baik program yang diajukan oleh sebuah K/L, maka semakin tinggi jatah anggaran yang didapatnya.

Dapat dilihat, fokus pemerintah tahun ini adalah pembangunan infrastruktur, penambahan kesempatan kerja, serta penurunan tingkat kemiskinan dan kesenjangan antar-wilayah. Sejalan dengan itu, pemerintah juga telah menetapkan tiga aspek pendekatan spasial yang menjadi perhatian pembangunan nasional.

Tasya Juwita

Tasya Juwita, M.M. – Trainer, Executive Development Program PPM Manajemen

Aspek pertama adalah pengembangan kawasan ekonomi khusus industri, tujuan wisata, dan daerah tertinggal. Aspek kedua, perencanaan yang terkoordinasi dengan daerah, antara lain pencetakan ekspansi lahan pertanian dan infrastruktur konektivitas. Aspek yang terakhir yaitu perencanaan yang menyebar di daerah, seperti pendidikan, perumahan, dan kesehatan. Inti dari Rencana Kerja Pemerintah (RKP) di tahun 2017 ialah sinergi anggaran antara pusat dan daerah.

Pada praktiknya, APBN 2017 akan banyak diarahkan untuk sektor infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Alokasinya dilakukan dengan transfer ke daerah dan dana desa. Pemerintah memang sedang berupaya mewujudkan janji Kabinet Kerja untuk mengurangi kemiskinan dan kesenjangan. Hal ini dapat menjadi angin positif bagi investor yang ingin menanamkan modal di daerah-daerah.

Hal tersebut menjadi penting karena pemerintah berniat memanfaatkan peran swasta untuk menyokong sebagian besar keseluruhan rencana pembangunan, terutama di bidang infrastruktur. Sementara APBN hanya mampu menopang sepertiga dari rencana tersebut.

Rencana pemerintah mendorong pembangunan infrastruktur akan sangat memungkinkan timbulnya multiplier effect. Yang pertama terkena dampak adalah peningkatan permintaan jasa konstruksi, material konstruksi, dan alat berat. Keseriusan pemerintah ini dapat direfleksikan dari peningkatan anggaran pembangunan infrastruktur sebesar 30% dibandingkan tahun lalu.

Sebagai awalan, beberapa perusahaan konglomerasi sudah merambah bisnis jalan tol. Begitu juga dengan pengelolaan pelabuhan yang mulai diserahkan kepada swasta mulai akhir tahun 2016.

Lalu bagaimana dengan bisnis di daerah-daerah? Kredit mikro dan asuransi mikro yang awalnya diprakarsai oleh pemerintah demi mendorong industri kecil menengah tampaknya memiliki masa depan cerah di tahun 2017. Pasalnya, beberapa perbankan menargetkan angka pertumbuhan yang cukup tinggi untuk kredit mikro. Rata-rata perbankan optimis mendapatkan pertumbuhan 15-20%. Beberapa bank syariah pun akan melakukan ekspansi ke kredit mikro. Bahkan beberapa bank yang baru akan hijrah menjadi Bank Umum Syariah (BUS) yang akan langsung menyasar kredit mikro.

Ranah properti dikabarkan akan mengalami peningkatan yang signifikan di tahun 2017-2018, terutama peningkatan yang disebabkan pengampunan pajak. Konsumen akan meningkatkan investasinya di sektor properti, terutama apartemen. Pengembang pun di tahun-tahun tersebut akan semakin percaya diri membangun, bukan hanya properti kelas menengah ke bawah, namun juga menengah ke atas.

Hal ini juga ditunjang dengan peningkatan loan-to-value (LTV) yang memungkinkan konsumen untuk memberikan uang muka lebih kecil mendorong peningkatan pengajuan KPR/KPA. Dengan kata lain, volume penjualan properti diprediksi meningkat.

Tren lain yang perlu diperhatikan adalah financial technology atau fintech. Setelah diatur secara resmi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), minat perusahaan untuk memasuki bisnis ini meningkat tajam. Baik sebagai komoditas utama maupun sebagai fitur untuk mendukung penjualan.

Perusahaan berlomba-lomba mengembangkan fintech-nya. Beberapa perusahaan swasta nasional besar telah menanamkan investasi ke startup fintech dari Singapura. Selain itu, ada 32 e-commerce lainnya yang telah mendapatkan suntikan investasi. Wujud pengembangan fintech lainnya dari perusahaan adalah pelayanan metode pembayaran yang semakin mengarah kepada non-tunai.

Maka tidak salah jika dikatakan bahwa mulai tahun 2017 pergerakan ekonomi diperkirakan akan semakin dinamis di daerah-daerah yang jauh dari pusat-pusat perekonomian. Jika perusahaan merasa bahwa saluran distribusinya di daerah tersebut belum kuat, segeralah pastikan saluran distribusi tersebut dapat memenuhi permintaan masyarakat sebelum kompetitor merebutnya.

Tahun depan pun daya beli masyarakat diperkirakan meningkat, diiringi dengan kenaikan tingkat kepercayaan konsumen. Rendahnya inflasi dan kuatnya nilai tukar rupiah menjadi motivasi bagi konsumen. Faktor tersebut mendorong peningkatan permintaan akan barang, khususnya konsumsi, automotif, dan properti.

Untuk menjadi adaptif, sudah selayaknya perusahaan mampu membaca tren yang akan naik di tahun depan. Untuk perusahaan yang menggeluti sektor konstruksi, dapat menggandeng pemerintah untuk mewujudkan cita-cita bangsa memenuhi kebutuhan infrastruktur dari Sabang sampai Merauke. Begitu juga perusahaan di sektor lain, segeralah tentukan celah mana yang akan dimaksimalkan demi performa terbaik tahun depan.

Karena investor asing semakin tertarik dengan pasar Indonesia dan dapat dipastikan kompetisi akan semakin panas.

Bagaimana dengan perusahaan Anda, siapkah menghadapi tahun Ayam Api?


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved