My Article

Pelajaran dari Kutukan Juara Bertahan Piala Dunia

Pelajaran dari Kutukan Juara Bertahan Piala Dunia

Oleh: Ferdi Mirza Oktavian – Trainer, Jasa Pengembangan Eksekutif PPM Manajemen

Ferdi Mirza Oktavian

Saat ini penggemar sepakbola di seluruh belahan dunia sedang berpesta, menyaksikan kemeriahan hajatan empat tahunan, Piala Dunia. Namun sayangnya keceriaan ini tidak penulis lihat (lagi) di para pendukung tim nasional Jerman. Sungguh di luar dugaan, Jerman kalah secara mengejutkan, bahkan bisa dibilang menyakitkan dari tim nasional non-unggulan Korea Selatan dengan skor yang cukup telak, kemasukan dua gol tanpa balas. Bukan itu saja, sedari awal Jerman pun terseok-seok di fase grup tersebut.

Fakta ini menunjukkan bahwa timnas sekelas Jerman pun di Piala Dunia tahun 2018 ini tidak kebal terhadap legenda kutukan juara bertahan Piala Dunia. Ya, Kutukan juara bertahan ini menjadi momok yang sangat menakutkannya karena kemampuannya yang semakin sering menelan korban seiring berjalannya waktu empat tahunan.

Sepanjang sejarah Piala Dunia digelar sejak tahun 1930, baru timnas Italia dan Brasil saja yang mampu mempertahankan predikat juara bertahan atas gelar yang disandangnya pada periode sebelumnya. Bahkan dalam rentang waktu 20 tahun terakhir, hanya Brasil sebagai pemegang predikat juara bertahan yang dapat lolos dari kerasnya penyisihan grup di gelaran Piala Dunia berikutnya dan dari kutukan juara bertahan. Prancis, Spanyol, Italia dan terakhir Jerman, manakala sebagai Juara bertahan gagal lolos dari kutukan. Hal ini akan semakin menambah keangkeran legenda kutukan tersebut.

Menariknya, jika kita bawa ilmu manajemen, kutukan ini ternyata juga terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena ini dinamakan Success Syndrome. Yaitu dampak-dampak, baik positif maupun negatif, yang terjadi seiring dengan pencapaian seseorang, tim, ataupun organisasi atas hasil yang menawan, kemenangan yang membanggakan dan target yang signifikan besar. Ketika seorang individu berhasil, maka dia akan mendapatkan dampak positif berupa kekayaan materi, ketenaran, prestise, kekuasaan, kontrol, dan pengaruh. Namun, secara bersamaan juga akan menanggung dampak negatif berupa berbagai tekanan beban-beban harapan.

Orang yang sukses akan dihantui harapan untuk selalu berhasil menunjukkan tingkat keahlian yang terus meningkat setiap kali dia bekerja. Ini juga yang menjelaskan Ronaldo dan Messi bermain penuh beban saat bersama tim nasionalnya masing-masing.

Pemain megabintang yang berulang kali memenangkan FIFA Player of The Year dan bergelar pemain berpenghasilan tertinggi di dunia, seperti seorang Ronaldo dan Messi, sangat diharapkan sekali oleh rekan se-tim dan seluruh penggemarnya untuk senantiasa konsisten memperagakan keterampilan individu yang tinggi. Mereka dianggap manusia setangah dewa yang mampu memimpin, memberikan inspirasi, dan peluang bagi rekan-rekannya.

Namun seperti diketahui bersama, permainan sepakbola adalah permainan sebuah tim. Tim yang baik tidak akan terlalu tergantung kepada salah satu, dua, atau beberapa pemain bintangnya, sejatinya sangatlah juga bergantung kepada kolaborasi seluruh timnya.

Menariknya, seperti yang disaksikan bersama-sama, pemain-pemain berbintang ini selalu mendapatkan kepercayaan dari rekan-rekan se-timnya berupa aliran operan bola. Di sisi lain mereka ini juga mendapatkan penjagaan yang super ketat dari lawan-lawannya. Terkadang hal ini dapat membuat para pemain bintang ini frustasi dan emosional ketika tak kunjung berhasil melepaskan diri dari penjagaan lawan.

Ketika pemain-pemain bintang ini emosional maka dapat dipastikan kreativitas, kejernihan berpikir dan bertindak akan sirna. Pada akhirnya mereka tidak berhasil menunjukkan performa terbaiknya.

Dampak negatif Success Syndrome ini semakin diperparah apabila ketika pertandingan usai, pemain-pemain bintang ini dicap sebagai sumber kekalahan tim. Bagi orang-orang yang tidak kuat menanggung beban tersebut, akan berubah menjadi egois, depresi. Mulai terjerumus ke pemakaian obat terlarang dan minuman keras seperti yang terjadi pada George Best misalnya, seorang legenda Manchester United yang menjadi peminum berat sesaat setelah gantung sepatu.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved