My Article

Pentingnya Wawasan Keuangan Internasional

Oleh Admin
Pentingnya Wawasan Keuangan Internasional

Oleh: Ronald Nangoi, pemerhati Bisnis Internasional

Sejak berakhirnya Perang Dunia II, keuangan internasional telah berkembang pesat mengikuti pertumbuhan ekonomi internasional. Bahkan “kapital” atau “uang” tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran perdagangan luar negeri tetapi juga aset yang diperdagangkan dalam volume yang tidak kecil. Dengan demikian, keuangan internasional menjadi semakin penting dalam kegiatan ekonomi dunia. Bukankah krisis yang melanda ekonomi Asia dan ekonomi dunia berturut-turut pada tahun 1997 dan 2008 dan harus dibayar mahal dengan menurunnya output, depresi ekonomi dan kebankrutan korporasi-korporasi berskala besar sarat akan persoalan keuangan?

Berkembangnya keuangan dengan bertumbuhnya pasar modal internasional jelas memiliki multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi dunia. Namun, perkembangan menciptakan interkoneksi antar pasar modal yang mengandung risiko dan berada di balik krisis keuangan dunia, selain kekeliruan para pelaku pasar modal dalam mengelola keuangan yang beresiko. Untuk itu, para pelaku bisnis internasional perlu memiliki wawasan keuangan sekaligus ekonomi internasional. Tanpa wawasan tersebut, korporat akan sulit menghadapi eksposur keuangan sekaligus sulit memanfaatkan peluang-peluang pasar modal internasional. Kiranya perspektif keuangan, bisnis dan ekonomi internasional menjadi kata kunci.

Perspektif Ekonomi Internasional

Dalam perkembangan, kian jelas bahwa keuangan berkaitan erat dengan bisnis dan ekonomi internasional. Ekonomi internasional meliputi kegiatan perdagangan internasional, investasi asing dan pinjaman internasional yang sarat akan transaksi keuangan. Keterkaitan antara keuangan dan perdagangan internasional yang melintasi batas negara ini tercermin pada:

Efek perdagangan internasional terhadap neraca pembayaran dalam hal pendapatan, harga, tingkat bunga dan moneter, yang menjadi unsur-unsur ekonomi dan keuangan yang penting.  Efek tersebut didasarkan atas beberapa mekanisme, yakni mekanisme pendapatan, mekanisme harga dan mekanisme moneter yang mengacu pada “mekanisme price-specie-flow” yang dipelopori David Hume. Dengan mekanisme tersebut, suplai uang bisa merosot di negara defisit dan meningkat di negara surplus. Mekanisme ini bisa menjatuhkan harga di negara defisit dan menaikkan harga di negara surplus. Secara historis, perdagangan dilakukan suatu negara dalam upaya pemupukan “modal” atau kekayaan.

Sistem pembayaran internasional dalam melakukan transaksi perdagangan atau ekspor-impor (cash in advance, maupun open account, kredit, dll.).

Efek fluktuasi valuta asing yang sulit terhindarkan dalam pembayaran internasional dan dapat menguntungkan atau sebaliknya merugikan eksportir atau importir.

(foto: www.masterstudies.co.id)

Investasi asing pun sarat akan transaksi keuangan. Investasi asing, baik dalam bentuk investasi asing langsung ataupun investasi portofolio, memungkinkan perusahaan internasional memindahkan modal ke negara lain. Investasi asing langsung menekankan keikutsertaan manajemen atas pabrik, barang modal atau lahan dibarengi pemindahan modal, sementara itu, bentuk investasi portfolio berupa perpindahan aset keuangan seperti obligasi dan saham. Meluasnya investasi asing didorong oleh motivasi ekonomi untuk mendapat laba atau pengembalian secara lebih menguntungkan di luar negeri daripada investasi di dalam negeri atau laba yang diperoleh melalui perdagangan luar negeri. Selain itu, perusahaan melakukan investasi asing untuk mengurangi risiko bisnis dengan melakukan diversifikasi bisnis. Namun secara teoretikal, perpindahan modal melalui investasi asing dapat meningkatkan output dan kesejahteraan masyarakat negara tuan rumah.

Terlebih liberalisasi perdagangan telah berakibat pada pertumbuhan dan integrasi ekonomi dunia. Masyarakat dunia terkoneksi satu sama lain akibat kemajuan telekomunikasi dan keterbukaan ekonomi. Dari perspektif ini, kiranya keterbukaan ekonomi memberi peluang bagi beberapa negara di dunia, khususnya di Asia, untuk memperkuat ekonomi. Kita saksikan bertumbuhnya ekonomi dunia akibat kemajuan negara-negara yang tadinya berbasis pertanian beralih menjadi kekuatan-kekuatan ekonomi berbasis industri dengan sistem ekonomi terbuka. Peralihan ini dipelopori oleh Jepang, yang diikuti Korea Selatan, Singapura, China, India, dll. Kemajuan ekonomi negara-negara tersebut menyumbang bagi pertumbuhan ekonomi dunia.

Inter-koneksi yang mengintegrasikan masyarakat ekonomi dunia tercermin pada liberalisasi perdagangan, investasi asing dan pinjaman internasional. Banyak negara, terutama Jepang, Korea Selatan dan belakangan ini China, yang kini menduduki ranking 2 sebagai negara eksportir utama, berhasil memajukan ekonomi dengan menerapkan kebijakan perdagangan atau ekspor. China dalam modernisasi ekonomi telah membangun industri/ manufakturing dengan membuka diri bagi investasi asing.

Perspektif Keuangan internasional

Sejalan dengan globalisasi ekonomi, bertumbuh pasar modal internasional yang menghubungkan pasar-pasar modal antar negara. Globalisasi keuangan mencerminkan interkoneksi antar pasar modal. Bertumbuhnya pasar modal internasional memperlancar perdagangan valuta asing dan perpindahan modal atau aset antar negara di bawah kegiatan investasi portofolio.

Penyaluran modal beberapa negara seperti negara-negara kaya minyak di Timur Tengah, Jepang dan kemudian China ke bank-bank internasional ikut andil di balik pertumbuhan pasar modal. Negara-negara tersebut telah menyalurkan penghasilan yang diperoleh dari ekspor ke luar negeri. Jepang misalnya pada tahun 1980an mengalihkan sebagian modal dari negara-negara berkembang di Asia Tenggara ke Amerika Serikat dan Eropa. Bank-bank luar negeri pun menyalurkan pinjaman-pinjaman ke berbagai negara di dunia. Kemajuan komunikasi/telekomunikasi mempercepat arus modal atau aset antar negara menghubungkan jaringan-jaringan pusat keuangan dunia. Berkembangnya pasar modal bahkan kini memungkinkan korporasi bahkan individu melakukan perdagangan aset dalam jumlah yang tidak kecil.

Terintegrasi dan terinterkoneksinya keuangan global dalam bentuk pasar modal internasional memudahkan transaksi-transaksi keuangan termasuk pinjaman internasional. Pasar modal internasional meningkatkan peluang bagi korporasi atau pemerintah untuk berhutang baik langsung dari kalangan perbankan maupun hutang dalam bentuk obligasi atau surat-surat berharga, selain memiliki saham perusahaan-perusahaan melalui pasar modal.

Sayangnya dengan terintegrasi dan terinterkoneksinya keuangan global, krisis keuangan yang dihadapi oleh suatu negara, seperti Thailand dan Amerika Serikat, telah merembet dan menimbulkan krisis Asia pada 1997 dan krisis global pada 2008. Krisis Asia berawal dari krisis keuangan Thailand sehubungan dengan kebijakan Pemerintah Thailand untuk melakukan devaluasi mata uang pada tahun 1997. Paul Krugman dalam bukunya The Return of Depression Economics and the Crisis of 2008 mengungkapkan adanya lingkaran setan di balik krisis keuangan Thailand, yakni

Hilangnya kepercayaan diri/kepanikan

Masalah keuangan bagi perusahaan, bank dan rumah tangga

Jatuhnya nilai tukar, naiknya suku bunga dan anjloknya ekonomi Thailand.

Krisis keuangan Thailand telah menular ke negara-negara tetangga di Asia, khususnya Malaysia, Indonesia dan Korea Selatan. Dari berbagai teori penyebab krisis keuangan Asia, termasuk isu moral menyangkut kolusi dan nepotisme di kalangan dunia usaha Thailand, Krugman berkeyakinan bahwa penyebab utama krisis keuangan Thailand dan Asia adalah kepanikan. Namun analisisnya menunjukkan bahwa spekulasi usaha dan melemahnya ekspor bersentuhan dengan isu keuangan. Melemahnya ekspor disebabkan antara lain oleh jatuhnya nilai tukar Yen terhadap USD yang menurunkan daya saing ekspor Jepang di pasar Asia

Krisis Asia dengan berbagai dampak resesi ekonomi di beberapa negara Asia tidak menghambat pertumbuhan pasar modal internasional. Setelah Asia dan Amerika Latin, krisis melanda negara Paman Sam di mana pada tahun 2000an bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan memberi banyak kemudahan kepada masyarakat, termasuk masyarakat yang sebenarnya tidak layak untuk mendapat pinjaman kredit rumah dengan bunga rendah pada awalnya (subprime mortgage). Para debitur ternyata mengajukan pinjaman untuk membiayai kredit rumah yang kemudian dijual untuk mendapat keuntungan tanpa mempertimbangkan prospek penjualan real estate. Pada awalnya transaksi-transaksi menguntungkan karena permintaan rumah melonjak tetapi dengan kejenuhan pasar real estate, harga rumah ‘anjlok’ yang berakibat pada gagal bayar di kalangan debitur.

Fasilitas kredit yang diberikan dengan instrumen-instrumen penjaminan yang bersifat spekulatif akhirnya berakibat fatal dengan hancurnya pasar modal Amerika Serikat. Kalangan perbankan, lembaga keuangan dan perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor riil, terutama otomotif (karena memiliki hutang bank) di Amerika Serikat terkena dampak. Dengan terinterkoneksinya pasar modal, krisis keuangan Amerika Serikat dengan cepat menimbulkan gejolak ekonomi di banyak negara di kawasan Uni Eropa dan Asia.

Catatan penutup

Keterbukaan adalah ciri ekonomi yang kini diterima masyarakat dunia. Jepang dan China menerapkan kebijakan ekspor dan investasi dalam membangun ekonomi sekaligus memupuk kekayaan negara. Kedua negara Asia telah menduduki ranking yang tinggi sebagai negara-negara pengekspor utama. Keterbukaan ekonomi berdampak pada bertumbuhnya keuangan global. Namun keterbukaan mengandung risiko yang telah menimbulkan berbagai masalah keuangan di sana-sini dan memuncak pada krisis keuangan Asia dan krisis keuangan 2008.

Krisis-krisis keuangan mestinya memberi pelajaran penting. Tanpa menyampingkan unsur kepanikan, krisis dipicu oleh interkoneksi keuangan dan ekonomi dunia. Kemudian, pengelolaan keuangan secara tidak hati-hati dan spekulatif sebagaimana terjadi di Thailand dan negara-negara tetangga berakibat fatal bagi ekonomi Thailand dan negara-negara Asia lainnya. Berbagai spekulasi dalam bentuk kredit perumahan (subprime mortgage), derivatif dan terbelitnya hutang yang dipermudah oleh pertumbuhan pasar modal internasional juga telah menimbulkan krisis keuangan Amerika Serikat dengan segala dampak kerugian keuangan dan ekonomi di kawasan-kawasan lainnya.

Krisis-krisis memperlihatkan bahwa spekulasi dan hutang yang digunakan secara tidak hati-hati tanpa dukungan manajemen risiko juga merugikan pasar modal internasional. Kejatuhan bank-bank terkemuka dan korporat-korporat akibat krisis jelas sempat menurunkan reputasi para pelaku pasar modal karena pasar kehilangan kepercayaan (trust) yang menjadi prasyarat dasar bisnis. Apa yang ingin di sampaikan adalah bahwa korporat yang menjalankan usaha dengan wawasan keuangan dan ekonomi internasional akan memanfaatkan peluang pasar modal internasional secara taat asas dan melengkapi diri dengan sarana manajemen risiko. Dengan wawasan keuangan dan juga ekonomi internasional, para pelaku korporat telah melengkapi dirinya untuk tidak hanya mampu mengantisipasi krisis tetapi juga memanfaatkan peluang-peluang keuangan, bisnis dan ekonomi internasional.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved