My Article

Positive Organization, Pendekatan Psikologi Positif pada Setting Industri/Organisasi

Positive Organization, Pendekatan Psikologi Positif pada Setting Industri/Organisasi

Oleh: Dr. Nurlaila Effendy, M.Si, Ketua Asosiasi Psikologi Positif Indonesia

Email: [email protected]

Dr. Nurlaila Effendy

Dr. Nurlaila Effendy, M.Si, Ketua Asosiasi Psikologi Positif Indonesia

Psikologi Positif

Psikologi Positif memiliki tujuan kehidupan yang baik, kehidupan yang menyenangkan, dan kehidupan yang bermakna (good life, pleasant life, dan meaningfull) yang dikenal dengan flourishing. Sehingga, dalam menghadapi suatu kondisi bukan sekedar berhenti pada penyelesaian masalah, tidak hanya memperbaiki hal-hal buruk saja, tetapi juga fokus ke arah membangun kualitas terbaik dalam hidup. Sehingga, intervensi atau program pada Psikologi Positif menuju tujuan tersebut. Psikologi Positif dapat diterapkan pada setting Organisasi/Industri, Pendidikan, Sosial, Klinis, maupun Perkembangan Personal.

Positive Organization

Perusahaan sering menghadapi karyawan yang memiliki motivasi dominan ekstrinsik, yaitu termotivasi jika ada reward (finance dan non finance). Ada juga karyawan yang tidak menikmati pekerjaannya, sehingga sangat berhitung dengan jam kerja. Orang dapat berprestasi karena menghindari kegagalan. Misalnya, karyawan mencapai KPI dengan skor 80 agar dilihat karyawan lain bahwa dirinya mampu, agar tidak dikeluarkan atau mendapat “hukuman” dari perusahaan atau agar atasan menerimanya/senang dengan dirinya. Tetapi ada karyawan lain, mendapatkan skor KPI sebesar 80 karena ingin berprestasi dan fokus pada usaha maksimal yang dapat dilakukannya. Hasil skor bisa sama, namun proses di dalam individu berbeda.

Pada karyawan tipe pertama proses internalnya adalah force, sehingga rawan stres, cepat kehabisan energi, dan rawan konflik. Karyawan jenis tersebut dapat saja produktif karena mengalami eustress (tekanan yang membuat produktif), namun jika hal tersebut sering terjadi akan membuat dirinya kelelahan dan tidak menikmati prosesnya. Orang yang mengalami force, di dalam tubuhnya akan mengeluarkan hormon-hormon negatif (misalnya adrenalin, kortisol). Hormon tersebut akan membuat dirinya mudah lelah, kehabisan energi jika bekerja pada pekerjaan yang panjang atau pekerjaan yang menantang.

Pada kontinum positif, individu di dalam suatu organisasi memiliki vitalitas untuk bekerja dan mengalami flow dalam menjalankan tugas-tugasnya. Pada organisasi pada tingkat diatas efektif, efisien, yaitu organisasi mengalami flourishing (“nyaman” dan berkembang menuju kesuksesan).

Strategi Positive Leadership pada organisasi

Kepemimpinan positif membangun organisasi dengan landasan positive culture (virtuousness dikaitkan dengan kinerja, human being, moral goodness, dan compassion) positive climate, positive communication, positive relationship, dan positive meaning agar organisasi menuju pada kontinum positif.

Pada komunikasi bukan hanya komunikasi yang baik, tetapi membangun komunikasi positif berdasarkan 1) Integrative communication, yaitu ada inclusiveness (dalam menyampaikan ide, pemikirran, keputusan untuk kekompakan dan saling terkait), Respectfulness (relasi menekankan pada kepercayaan, kejujuran, harga diri, dan menghargai), Supportiveness (mendukung dan menumbuhkan motivasi pada orang lain); dan 2) Constructive communication, yaitu terdapat Solution focus (bertujuan membuat hal-hal menjadi lebih baik, fokus pada solusi bukan pada permasalahan), Future orientation (kesadaran masa depan yang ingin dibangun), collaborative interaction (memberi respon yang kooperatif, memberi kontribusi yang relevan, informatif dan terpercaya sesuai konteks pembicaraan, bukan kritikan/masukan saja namun juga berkolaborasi untuk hasil kerja yang optimal)

Sedangkan pada positive relationship akan membangun high quality connections (HQCs) dengan memperhatikan pikiran terhadap orang lain, ekspresi emosi positif serta pelaksanaan perilaku positif. Pada Positive Meaning yang seharusnya dimulai pada level pemimpin sehingga karyawan melakukan pekerjaan berorientasi manfaat pada orang lain. Karyawan/anggota organisasi pada level calling orientation work. Karyawan tidak berhitung dengan waktu, engaged dengan pekerjaan, dan setiap anggota tim berperan aktif untuk kepuasan bersama.

Perusahaan perlu menerapkan sistem dan kebijakan positif. Sistem reward dibangun dari motivasi ekstrinsik (dari luar diri ) mengarah pada motivasi instrinsik (dari dalam diri). Pemimpin dapat mengevaluasi motivasi karyawan, yaitu motivasi ekstrinsik tersebut termasuk pada : external regulation, introjected regulation, identified regulation, atau sudah integrated regulation yang menuju ke motivasi intrinsik. Pendekatan reward berbeda, karena intensi dan lack of controlnya berbeda, sehingga akan tepat membuat sistem reward sesuai kebutuhan organisasi. Pemimpin dapat membangun Psychological Capital (resilience, hope, optimism, dan self efficacy) agar terjadi keterlibatan di pekerjaan dan meningkatkan kinerja

Metode lain yang dapat dikembangkan adalah Appreciative InquiryCollaborative Workshop ditunjang dengan positive coaching dan positive sharing. Manajemen juga dapat membuat program Mindful Organization. Banyak program yang dapat dikembangkan pada organisasi positif. Selamat menerapkan Psikologi Positif pada dunia kerja !


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved