My Article

Refleksi untuk Resolusi

Refleksi untuk Resolusi

Oleh: Eka Isabella, S.Psi, M.M. – HR Consultant PPM Manajemen

“Apa resolusimu di tahun baru?” adalah pertanyaan yang sering kita dengar di awal tahun seperti ini. Orang membangun resolusi dengan berbagai landasan. Ada yang berdasarkan refleksi serta evaluasi terhadap pengalaman setahun yang sudah dialaminya, sehingga resolusi merupakan niat penyempurnaan diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Ada juga yang berdasarkan keinginan yang belum tercapai, sehingga resolusi menjadi sebuah motivasi dan target yang menantang untuk dicapai. Ada pula yang berdasarkan mimpi jangka panjang, dengan demikian resolusi merupakan sebuah langkah strategis untuk mencapai cita-cita di masa depan.

Begitu banyak alasan yang mendasari seseorang membangun resolusi, pada intinya resolusi dibangun untuk mencapai sebuah harapan. Pertanyaannya, dalam menetapkan resolusi tersebut, apakah Anda pernah mengeksplorasi diri secara mendalam, mempertanyakan apakah harapan yang ingin dicapai itu betul-betul tepat untuk diri?

Jangan sampai Anda menghabiskan banyak energi, waktu, dan sumber daya untuk mencapai harapan orang lain. Harapan yang dibentuk oleh masyarakat untuk diri Anda, bukan harapan yang betul-betul muncul dari dalam diri Anda yang otentik. Banyak orang yang sukses ketika di bangku sekolah, namun kinerjanya tidak maksimal bahkan gagal dalam karir, bukan berarti ia kurang bekerja keras, hanya saja apa yang diupayakan bukanlah sesuatu yang sesuai untuk dirinya melainkan mimpi arus deras masyarakat.

Peter Drucker, seorang pakar manajemen modern mengatakan, kunci untuk mencapai kesuksesan adalah mengenali “kekuatan” Anda. Orang hanya dapat berkinerja secara maksimal jika ia bekerja berdasarkan kemampuannya. Seseorang tidak dapat membangun kinerja berdasarkan kelemahannya, apalagi berdasarkan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sama sekali. Oleh karena itu, eksplorasi untuk pengenalan akan kelemahan dan kekuatan diri menjadi sangat penting agar Anda fokus pada apa yang menjadi kelebihan diri.

Pertanyaan berikutnya, bagaimana jika Anda adalah seseorang yang tidak memiliki kemampuan khusus yang dominan dan mudah dikenali, apakah Anda tidak akan bisa menjadi orang yang sukses? Jawabannya tentu saja tidak. Mengetahui kekuatan diri tidak semata-mata membuat orang menjadi sukses. Banyak orang yang sangat potensial dan dikaruniai bakat alami yang sangat dominan, namun tetap tidak berhasil baik dalam pendidikan maupun karirnya. Untuk menjadi sukses dalam kehidupan, dibutuhkan motivasi dan perspektif psikologis tertentu.

Seorang peneliti dan psikolog, Angela Duckworth, memperkenalkan sebuah istilah yang menjadi kunci kesuksesan banyak orang, yaitu Grit, merupakan perpaduan gairah (Passion) dan ketekunan (perseverance) yang dimiliki seseorang untuk mencapai sasaran jangka panjangnya.

Penelitian yang dilakukan Angela terhadap para tentara di kamp pelatihan West Point, peserta kompetisi National Spelling Bee, serta tim American Football Seattle Seahawks menunjukkan bahwa orang-orang yang sukses bukanlah mereka yang memiliki IQ yang tinggi, penampilan fisik yang menarik, fisik yang prima, bakat yang luar biasa, ataupun kecerdasan sosial yang tinggi, melainkan mereka yang memiliki gairah dan ketekunan yang luar biasa untuk mencapai sasaran jangka panjangnya.

Grit berarti memiliki stamina untuk fokus mencapai tujuan jangka panjang hari demi hari selama sepanjang tahun. Grit berarti juga usaha yang terus menerus untuk mewujudkan harapan menjadi kenyataan. Grit diibaratkan sebagai pelari maraton, bukan seorang sprinter. Grit menjadi suatu indikator yang signifikan terhadap kesuksesan seseorang.

Pertanyaan berikutnya, bagimana menumbuhkan Grit? Sampai saat ini belum ada hasil penelitian yang menemukan bagaimana tips and trick menumbuhkan Grit. Akan tetapi sejauh ini diyakini Grit dapat dikembangkan dengan memiliki pola berpikir (mindset) tertentu, yaitu mindset tumbuh (growth mindset).

Growth Mindset diperkenalkan oleh Carol Dweck, seorang profesor psikologi dari Standford University. Adalah sebuah keyakinan bahwa kemampuan belajar bukanlah sesuatu yang tetap, melainkan dapat diubah melalui upaya terus menerus.

Hasil penelitian Profesor Dweck menyimpulkan terdapat dua jenis mindset, yaitu mindset tetap (fixed mindset) dan mindset tumbuh (growth mindset). Fixed mindset merupakan pola pikir yang meyakini bahwa sifat dan kualitas seseorang adalah tetap dan sulit berubah. Orang-orang yang memiliki fixed mindset meyakini bahwa karakter, keterampilan, kecerdasan, serta bakat mereka, merupakan sesuatu yang sudah tetapkan sadari awal dan sulit dikembangkan. Mereka fokus terhadap sifat-sifat permanen, merasa takut terhadap tantangan dan tidak menghargai upaya kerja keras.

Sebaliknya, growth mindset merupakan pola pikir yang meyakini bahwa kualitas dasar seseorang dapat dikembangkan melalui upaya-upaya tertentu seperti semangat, kerja keras, latihan, dan belajar terus-menerus. Orang yang memiliki mindset ini memandang kegagalan di masa kini bukanlah cerminan masa yang akan datang. Kegagalan bukanlah bukti ketidakmampuan, melainkan sebagai kesempatan untuk belajar, bertumbuh, serta meningkatkan kemampuan yang ada.

Adapun ciri-ciri orang yang memiliki Growth Mindset antara lain: (1)berupaya terus berkembang dalam proses pembelajaran berkelanjutan (continuous learning); (2)menerima tantangan dan ketidakpastian; (3)tidak takut gagal; (4)mengeluarkan banyak energi untuk belajar; (5)memandang umpan balik sebagai tolak ukur kapasitas saat ini, namun bukan batasan terhadap potensi masa depan.

Orang yang memiliki Growth Mindset lebih optimis terhadap kapasitas dirinya, serta berani mencoba hal-hal yang belum pernah mereka lakukan. Mereka sangat menghargai proses belajar dan kerja keras. Jika terjadi kegagalan, alih-alih merasa malu dan harga dirinya direndahkan, mereka akan bangkit dan kembali berusaha. Oleh karena itu, tidak heran jika tokoh-tokoh yang memiliki growth mindset lebih mampu mempertahankan kesuksesan dan kegembiraan dalam hidupnya.

Profesor Dweck mengatakan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan, bakat, serta usaha seseorang, melainkan juga ditentukan oleh cara orang memandang kehidupan, dunia, dan dirinya sendiri. Oleh karena itu, pola pikir yang sehat menjadi penting dalam kehidupan ini.

Sebelum tahun 2019 berjalan lebih jauh, ada tiga hal yang perlu dikaji lebih lanjut dalam sebuah resolusi. Pertama, perhatikan apakah cita-cita yang Anda tetapkan, apakah sudah sesuai dengan kekuatan Anda atau belum. Kedua, pastikan Anda memiliki GRIT, hasrat yang kuat untuk menjalaninya serta mau bertekun dan berkerja keras untuk mencapainya. Ketiga, eksplorasi lagi mindset apa yang Anda miliki saat ini, jika Anda masih memiliki fixed mindset, maka segeralah mengubahnya menjadi growth mindset. Dengan demikian, Anda tidak akan mudah menyerah untuk mewujudkan resolusi Anda, sekalipun menghadapi tantangan ataupun kegagalan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved