My Article

Supply Chain Management dalam Tantangan

Oleh Editor
Supply Chain Management dalam Tantangan

Oleh: Ronald Nangoi, Pemerhati Bisnis Internasional

Ronald Nangoi, Pemerhati Bisnis Internasional

Selama beberapa dekade ini, supply chain management (SCM) telah digunakan secara strategis oleh banyak perusahaan manufaktur dan jasa internasional. Motivasi perusahaan-perusahaan tersebut tentu adalah untuk mempertajam daya saing bisnis. Dengan SCM, perusahaan dapat menghasilkan barang atau jasa yang bernilai ekonomi (economic value). Pencapaian nilai ekonomi ini ditunjang oleh eratnya ikatan integrasi perusahaan dengan mitra pemasok dan perusahaan logistik, dan mitra distributor.

Namun, pandemi Covid-19 dan beberapa gangguan transportasi, seperti insiden tertutupnya Terusan Suez di awal tahun 2021, telah mengganggu kelancaran logistik dan transportasi barang. Kelangkaan peti kemas dan port congestion di Amerika Serikat, Inggeris, Australia, dan beberapa negara di Asia, berdampak pada SCM perusahaan. Jadi, alih-alih melakukan pengurangan biaya, perusahaan bisa-bisa harus menanggung biaya transportasi yang tinggi dan melakukan operasi yang tidak efisien.

SUPPLY CHAIN

SCM cenderung menggantikan manajemen produksi dan operasi konvensional. Jika manajemen produksi dan operasi terfokus pada proses konversi dalam memproduksi barang atau jasa, maka SCM mengintegrasikan operasi dengan pemasaran dan fungsi-fungsi manajerial lainnya. Integrasi ini tersirat dalam definisi supply chain sebagai “jaringan yang menghubungkan berbagai aspek rantai nilai (value chain), dari sumber dan pengadaan hingga konversi melalui operasi ke konsumen akhir” (Daniels, Radebaugh, & Sullivan, 2013, hal. 540).

Jadi, integrasi dan interdependensi merupakan ciri khas SCM. Dari definisi di atas, jelas SCM menciptakan integrasi internal, dengan menghubungkan fungsi-fungsi primer perusahaan, seperti desain produk, manufaktur dan perakitan, dan fungsi-fungsi pendukung, seperti manajemen, sumber daya manusia, pengadaan dan teknologi. Kemudian, SCM ini mengintegrasikan fungsi-fungsi internal perusahaan dengan pemasok, distributor/pelanggan sebagai pihak eksternal, dengan dukungan logistik inbound dan outbound. Integrasi tersebut menyiratkan interdependensi antar fungsi dan pihak terkait baik di tingkat mikro-bisnis maupun di tingkat makro-ekonomi.

SCM sendiri tidak hanya melayani kegiatan ekonomi, yaitu perdagangan luar negeri, penanaman modal asing, dan logistik, tetapi juga mengaitkan satu sama lain. Sebagai ilustrasi, SCM memfasilitasi perusahaan dalam kegiatan perdagangan luar negeri, produksi barang atau jasa di berbagai lokasi/negara. Sebagian besar barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan di luar negeri tersebut diekspor secara global ke negara-negara lain.

Integrasi bisnis dan interdependensi dalam SCM memungkinkan perusahaan untuk melakukan operasi global dalam bentuk kolaborasi. Dengan demikian, SCM mampu menciptakan nilai ekonomi berupa pengurangan biaya, produktivitas dan kualitas tinggi, fleksibilitas, dan pengiriman secara cepat. Dengan menerapkan outsourcing di bawah SCM, perusahaan dapat menikmati keunggulan biaya dalam operasi dan pemasaran karena memperoleh bahan atau komponen dari mitra outsourcing terpercaya dan juga melakukan kegiatan tanpa investasi modal. Dalam proses throughput, perusahaan dapat mengurangi biaya dengan menerapkan zero-inventory di bawah SCM. Kemudian, barang yang diproduksi perusahaan dapat menjangkau pelanggan lebih cepat melalui logistik atau operator angkutan yang handal dan terkait erat dengan supply chain perusahaan.

DAYA EKONOMI DAN TEKNOLOGI

Meluasnya penggunaan SCM terkait dengan globalisasi ekonomi dan kemajuan teknologi. Globalisasi ekonomi yang berimplikasi pada dunia bisnis telah mengintegrasikan barang, teknologi, informasi, tenaga kerja dan modal lain (Ball et al, 2012, hal. 15). Maka, makin terbuka peluang bagi para pelaku bisnis untuk memanfaatkan model bisnis yang terintegrasi, seperti SCM, dalam kegiatan operasi dan pemasaran. Keterkaitan antar kegiatan-kegiatan tersebut cukup jelas.

Kemajuan teknologi berdampak pada perkembangan bisnis. Sejumlah studi bisnis menunjukkan kecenderungan bisnis yang makin padat teknologi dan pengetahuan. Heinz Weihrich dan Harold Koontz dalam buku Management: A Global Perspective (2005, hal. 40) menyatakan bahwa teknologi berarti total pengetahuan kita tentang cara melakukan sesuatu, mencakup temuan, teknik, dan gudang pengetahuan yang terorganisir tentang segala hal mulai dari aerodinamika hingga zoologi. Mereka menunjukkan bahwa pengaruh utama teknologi adalah cara melakukan sesuatu, merancang, memproduksi, mendistribusikan, dan menjual barang serta jasa.

Menurut hemat saya, sistem supply chain, yang bersifat padat teknologi dan pengetahuan serta berfokus pada penciptaan nilai ekonomi ini, merupakan produk kemajuan teknologi. Ekonomi pun kian sarat akan pengetahuan yang tentu berkaitan dengan teknologi. Teknologi seakan-akan tidak terlepas dari bahkan menjadi sangat menonjol dalam kemajuan bisnis. Peter F Drucker (2010, hal. 57) bahkan menunjukkan pentingnya manajemen teknologi dengan menyatakan bahwa pengelolaan teknologi tidak lagi terpisah dan tidak lagi merupakan kegiatan pelengkap yang diserahkan ke tenaga-tenaga “litbang.” Kegiatan ini kini menjadi tugas utama manajemen.

Dengan kemajuan teknologi di tengah masyarakat berpengetahuan, kita menyaksikan meluasnya teknologi informasi yang menciptakan inter-koneksi di berbagai penjuru dunia. Teknologi informasi memfasilitasi komunikasi intranet (untuk komunikasi dalam organisasi) dan juga ekstranet (untuk komunikasi dengan pihak-pihak luar perusahaan) (Weihrich & Koontz, 2005, hal. 557). Kemajuan teknologi tercermin pada pesatnya perkembangan digitalisasi, komputerisasi, telekomunikasi, dan internet yang menghubungkan berbagai fungsi bisnis dan operasional.

DUKUNGAN TEKNOLOGI CANGGIH DI SCM

Teknologi canggih tidak terpisah dari proses manufaktur perusahaan mulai dari penyediaan bahan dan komponen, seluruh proses, dan dalam distribusi dan pemasaran produk jadi ke pasar global. Semua fungsi telah terintegrasi oleh teknologi digital dan internet, yang mendukung penggunaan otomatisasi dan robotika dalam operasi dan SCM.

Penggunaan Electronic Data Interchange (EDI) mendukung perusahaan logistik dan transportasi, yang menghubungkan perusahaan dengan kantor bea cukai dalam melakukan penanganan kargo (cargo handling) dan dokumen, sehingga proses pengiriman makin cepat dan ekonomis. EDI juga mendekatkan perusahaan secara terintegrasi dengan pihak pemasok untuk memastikan kelancaran pengiriman bahan dan komponen; dan juga dengan pihak distributor atau konsumen sehingga mempercepat pengiriman barang jadi.

Di samping itu, perusahaan logistik dan transportasi sebagai mitra bisnis perusahaan bersaing dengan memanfaatkan smart technology, seperti Digital Route Management of Ships dalam meningkatkan durasi dan efisiensi perjalanan dan Smart Maneuvering Control/ Autonomous Control. Smart teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) dan machine learning terintegrasi dalam sistem manuver yang memungkinkan kapal secara akurat berada di jalur tanpa harus memerlukan masukan dari juru mudi atau kapten. Teknologi ini mengurangi kemungkinan kesalahan manusia, dan juga memungkinkan informasi rute secara real-time untuk segera diimplementasikan (Menon, 2021).

EDI juga mendukung proses throughput di dalam perusahaan. Menurut Hokey Min (2000), EDI adalah sistem informasi antar-organisasi yang dimaksudkan untuk memfasilitasi pertukaran data komputer-ke-komputer antar beberapa mitra dagang bisnis dalam format standar yang dapat dibaca mesin melalui web komunikasi bisnis-ke-bisnis. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas, perusahaan juga telah memanfaatkan otomatisasi dan robotika yang didorong oleh penggunaan machine learning, artificial intelligence (AI), dan internet of things (IoT) (Stackpole, 2020). Kemudian, aplikasi Enterprise Resource Planning (ERP) yang berkembang dari Material Requirement Planning (MRP) juga digunakan dalam operasi manufaktur perusahaan. Aplikasi MRP sendiri merupakan sistem informasi terkomputerisasi yang menangani persediaan yang kompleks dan menghitung permintaan suku cadang dari jadwal produksi perusahaan yang menggunakannya (Daniels, Radebaugh, & Sullivan, 2013, hlm. 549). Aplikasi ini digunakan untuk mencapai zero-inventory dan menunjuang just-in-time dalam operasi perusahaan dan SCM.

DISRUPSI LOGISTIK

Keterkaitan fungsi operasi dan pemasaran di bawah SCM dengan keterlibatan smart technology berimplikasi pada kinerja bisnis perusahaan. Dengan sistem teknologi yang terintegrasi ini, perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif global dalam hal pengurangan biaya dan penciptaan nilai konsumen. Teknologi tersebut telah menghubungkan fungsi dan bagian bisnis perusahaan dengan sangat baik sehingga operasi bisnis dapat terganggu jika salah satu fungsi atau bagian terganggu.

Berkenaan dengan isu SCM dalam bisnis global dewasa ini, kiranya perusahaan global menghadapi beberapa gangguan logistik dan transportasi akibat pandemi Covid-19. Kelangkaan peti kemas terjadi juga di berbagai pelabuhan di Asia akibat tersangkutnya ratusan ribu peti kemas di pelabuhan AS dan Eropa (Rusdi, 2021). Kelangkaan peti kemas dan port congestion dapat menyebabkan keterlambatan pengiriman, yang tidak hanya melipatgandakan biaya transportasi tetapi juga mengganggu SCM yang dianggap sebagai sistem manajemen terbaik bagi perusahaan multinasional.

Masalah operasi dan rantai pasokan saat ini meyakinkan bahwa logistik dan transportasi yang berada di luar kendali perusahaan dapat berdampak besar pada kegiatan operasional perusahaan. Betapa pun efekfif dan efisiennya SCM dan kemajuan teknologi perusahaan, penyediaan dan pendistribusian material dan komponen serta barang jadi bisa terganggu dengan adanya disrupsi logistik dan transportasi yang berada di luar kendali perusahaan. Gangguan logistik tidak hanya menjadi tantangan bisnis global tetapi juga tantangan bagi kemajuan teknologi.

Kelangkaan peti kemas telah mempengaruhi bisnis perusahaan setidaknya dalam dua hal, yaitu lonjakan tarif angkutan yang berefek pada peningkatan biaya produksi dan harga produk. Kemudian, keterlambatan pengiriman material atau komponen dapat menunda proses operasi dan rantai nilai, sehingga melipatgandakan biaya operasi. Hal tersebut dapat mengganggu aktivitas global perusahaan, khususnya perdagangan luar negeri yang sangat bergantung pada industri logistik dan transportasi laut.

BEBERAPA TEROBOSAN

Menghadapi disrupsi transportasi di masa pandemi ini, beberapa terobosan telah dilakukan untuk meningkatkan kapasitas industri logistik dan transportasi. Beberapa perusahaan telah melakukan upaya mereka untuk mengoperasikan peti kemas mereka sendiri guna mengurangi risiko bisnis dan menghindari biaya transportasi yang tinggi. Misalnya, perusahaan global Amerika, Amazon, telah mengoperasikan kapal kontainer sendiri, berinvestasi dalam pengadaan peti kemas, dan menjalin hubungan lebih dekat dengan mitra aliansi strategisnya untuk keamanan logistiknya dalam mengamankan SCM perusahaan.

Langkah strategis semacam itu memiliki rasionalitas. Tetapi dengan mempertimbangkan integrasi dan interdependensi operasi bisnis dan industri logistik dan transportasi, solusi permasalahan seharusnya tidak sepenuhnya menjadi beban kalangan perusahaan industri atau perdagangan, tetapi perlu mendapat perhatian dari kalangan perusahaan logistik dan transportasi atau masyarakat maritim. Mengingat kelancaran logistik dan transportasi bergantung pada pelabuhan sebagai bagian penting dari infrastruktur maritim, peningkatan kapasitas pelabuhan merupakan terobosan jangka panjang yang mampu memperkuat transportasi laut yang secara strategik menunjang bisnis dan perdagangan. China mengambil langkah ini. Terlebih pelabuhan-pelabuhan di negara ini ditinjau sebagai pihak yang terpukul berat oleh masalah kelangkaan peti kemas (Rusdi, 2021). China diberitakan telah mengambil inisiatif untuk memperluas terminal peti kemas, dengan mulai membangun terminal peti kemas baru di Pelabuhan Yantian yang didukung oleh teknologi digital, tempat berlabuh peti kemas otomatis dan penghubung kereta api baru antara pelabuhan dan kota (Dara, 2021).

Peningkatan kapasitas logistik dan transportasi kiranya membenarkan pandangan umum bahwa gangguan logistik menjadi tantangan utama operasi dan SCM dewasa ini. Disrupsi logistik secara substansial dapat mempengaruhi integrasi operasi global perusahaan multinasional dalam menciptakan keunggulan kompetitif dan nilai ekonomi yang berharga bagi pasar global. Oleh karena itu, terobosan logistik dan transportasi laut diperlukan untuk menunjukkan keterlibatan strategis para pelaku logistik dan transportasi dalam mencari solusi permasalahan operasi dan SCM yang berimplikasi pada bisnis global. Karena terintegrasi dan saling bergantung oleh SCM, keterlibatan tersebut diharapkan ikut berkontribusi pada penciptaan nilai ekonomi, daripada menjadi penghambat, bagi perkembangan pasar global.

Referensi

Daniels, J. D., Radebaugh, L. H., & Sullivan, D. P. (2013). International Business: Environments and Operations. Harlow: Pearson Education Limited.

Dara, V. (2021, 13 Desember). Yantian Port breaks ground on new container terminals. Diambil dari Container-News: https://container-news.com/yantian-port-breaks-ground-on-new-container-terminals/

Menon, A. (2021, 2 September). 10 Smart Ship Technologies For The Maritime Industry. Diambil dari MarineInsight: https://www.marineinsight.com/know-more/10-smart-ship-technologies-that-maritime-industry/

Min, H. (2000). ELECTRONIC DATA INTERCHANGE IN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT. Diambil dari Swamidass P.M. (eds) Encyclopedia of Production and Manufacturing Management. Springer, Boston, MA.: https://doi.org/10.1007/1-4020-0612-8_284

Rusdi, S. (2021, Agustus 14). Membedah Krisis Pelayaran Peti Kemas Jilid II. Investor Daily.

Stackpole, B. (2020, 14 Februari). 5 supply chain technologies that deliver competitive advantage. Diambil dari mitsloan.mit: https://mitsloan.mit.edu/ideas-made-to-matter/5-supply-chain-technologies-deliver-competitive-advantage

Weihrich, H., & Koontz, H. (2005). Management: A Global Perspective. New York: McGraw-Hill.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved