My Article

Work Ethics, Pentingkah?

Work Ethics, Pentingkah?

Oleh: Ratu Eneng Kusumaningrat, M.M. – Trainer, Jasa Pengembangan Eksekutif PPM Manajemen

Rapat koordinasi pagi itu berjalan dengan suasana menegangkan. Rosi dan Della terlibat suatu percakapan yang sangat alot. Keduanya bersitegang mempertahankan pendapat masing – masing.

“Anda seharusnya merasa terbantu dengan hasil kerja unit kami selama ini. Kita seharusnya bisa bekerja sebagai satu teamwork yang baik, bukan seperti yang selama ini Anda lakukan. Instruksi, instruksi, dan hanya instruksi. Ini target kita bersama!” nada suara Rosi sangat tinggi dan terlihat sangat marah.

Ratu Eneng Kusumaningrat, M.M. – Trainer, Jasa Pengembangan Eksekutif PPM Manajemen

“Loh, saya justru pihak yang dirugikan, itu tugas Anda! Seharusnya bisa lebih cepat selesai!” Della membalas dengan nada yang tak kalah tinggi.

Seisi ruangan terdiam, suasana benar – benar panas. Sebuah rapat yang tidak sesuai dengan judulnya “Rapat Koordinasi”, namun di dalamnya tidak terjalin koordinasi.

Pemandangan seperti di atas mungkin acapkali kita jumpai dalam pekerjaan sehari – hari. Hubungan dengan rekan kerja tidak berjalan dengan harmonis, ada pihak – pihak yang tidak mampu bekerja dalam tim dengan baik sehingga kita menjadi demotivasi dan tidak sepenuh hati dalam membantu kelancaran pekerjaan. Pada akhirnya target unit kerja, atau bahkan target organisasi secara keseluruhan yang menjadi korban, tidak tercapai karena tidak terbentuk suatu tim yang solid dalam organisasi.

Penyebab ‘drama’ yang terjadi antara Rosi dan Della bisa muncul dari berbagai faktor, mungkin Sistem Penilaian Kinerja yang harus diperbaiki, penentuan Key Performance Indicator yang tidak clear atau tidak fair, atau Standard Operating Procedure pekerjaan yang tidak jelas, tidak adanya Service Level Agreement yang mengikat unit – unit terkait, atau mungkin leadership style yang tidak mendukung, atau bisa jadi karena karyawan tidak memiliki work ethics yang kuat di dalam organisasi.

Work ethics terdiri dari prinsip–prinsip dan standar perilaku yang terkait dengan moral yang dianut seseorang atau sekelompok orang dalam bekerja. Work ethics terkait dengan cara bagaimana seseorang menjalankan hubungan baik di dalam maupun di luar organsiasi, termasuk rekan kerja, team member, atasan, kompetitor, shareholders, suppliers, dll.

Bagaimana karakter serta respon seseorang menghadapi situasi tertentu akan menunjukkan nilai – nilai work ethics seperti apa yang ia terapkan dalam pekerjaan. Work ethics menunjukkan siapa diri seseorang sebenarnya. Tentu saja hal ini akan memengaruhi bagaimana pandangan orang lain terhadap karakter diri seseorang. Jika seseorang ingin menjadi karyawan yang memberi kontribusi positif terhadap organisasi, maka ia harus memiliki work ethics yang baik dan menjadikannya sebagai prinsip secara kuat. Dari sisi organisasi, memiliki karyawan dengan work ethics yang solid akan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pencapaian sasaran organisasi.

Berikut ini adalah beberapa karakteristik work ethics yang kuat:

Integritas seharusnya merupakan sikap yang sudah melekat pada setiap karyawan. Integritas hal yang tak bisa ditawar – tawar. Integritas sangat erat kaitannya dengan motivasi diri, kejujuran, konsistensi, komitmen, ketekunan, disiplin, bentuk rasa tangung jawab, sifat dapat dipercaya, serta bagaimana menunjukkan sikap adil. Sikap integritas dapat ditunjukkan melalui cara bagaimana seseorang memperlakukan rekan kerja, team member, berinteraksi dengan atasan, serta melakukan relationship dengan pelanggan.

Efek dari integritas yang paling terlihat adalah result dari cara bagaimana hubungan seseorang dengan orang lain, dimana pada akhirnya hasil dari integritas yang ia tunjukkan adalah diperolehnya trust dari sekelilingnya.

Para ahli sependapat, bahwa sikap integritas karyawan memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Seseorang yang memiliki integritas yang tinggi, cenderung menunjukkan kinerja yang memuaskan.

Suatu organisasi yang profesional akan memberikan perhatian yang serius secara konsisten terhadap kualitas dari proses, produk, maupun layanan yang diberikan kepada pelanggan. Beberapa riset menunjukkan bahwa karyawan yang menghasilkan kualitas pekerjaan yang tinggi dengan pencapaian target yang excellent cenderung memiliki work ethics yang kuat. Sebaliknya, karyawan yang memiliki kebiasaan melempar pekerjaan kepada unit lain, tidak mau bekerjasama dengan orang lain, atau menunda – nunda pekerjaan, atau secara umum tidak memegang teguh work ethics yang positif dalam melaksanakan pekerjaannya menunjukkan performance yang rendah.

Profesionalisme bukan hanya sekedar ditunjukkan dari penampilan, namun lebih daripada itu, profesionalisme ditunjukkan dengan rasa tanggung jawab dan sikap cara pembawaan diri saat berhadapan dengan orang lain serta bagaimana ia mampu menyelesaikan tugas dan tangung jawabnya dengan baik. Profesionalisme dan tanggung jawab bukan hanya tugas atasan ataupun top management, hal tersebut dibutuhkan pada setiap individu dalam organisasi.

Pada saat seseorang menjadi bagian dari suatu organisasi dan diserahi tugas serta tanggung jawab oleh perusahaan, maka ia harus memenuhi target dan penugasan yang telah diberikan. Ketika seseorang memiliki work ethics yang tinggi, maka ia akan merasa bertanggung jawab sepenuhnya atas pencapaian target – target tersebut. Ia akan berkontribusi seoptimal mungkin untuk pencapaian target tersebut. Dalam contoh kasus di atas, Della menunjukkan sikap yang tidak profesional dan tidak bertangung jawab karena ia tidak menunjukkan sikap yang mendukung dan tidak mau bekerjasama, sehingga Rosi merasa kecewa dan marah. Della tidak merasa bertanggung jawab terhadap pencapaian target unit kerjanya yang membutuhkan koordinasi dengan unit lain, sehingga melemparkan tanggungjawabnya kepada unit kerjanya Rosi.

Untuk mendorong adanya sense of responsibility yang tinggi dalam setiap karyawan, organisasi juga dituntut perannya dalam menciptakan budaya organisasi serta menetapkan suatu work ethics yang positif. Saat hal ini sudah menjadi kebiasaan setiap orang, maka dengan sendirinya efisiensi dan efektivitas dalam organisasi akan terwujud.

Disiplin melibatkan fokus, dedikasi terhadap pekerjaan dan organisasi. Seorang karyawan yang disiplin maka ia cenderung akan fokus pada pencapaian sasaran kerjanya dan berusaha seoptimal mungkin mencapai hasil yang terbaik sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal ini membutuhkan komitmen yang tinggi terhadap work ethics.

Work ethics merupakan sesuatu yang datang dari dalam diri, sifatnya sangat intrinsic. Diperlukan kerjasama antara perusahaan dan masing – masing individu dalam mewujudkan work ethics yang positif. Organisasi berperan melalui regulasi yang mendukung serta budaya perusahaan yang mendorong work ethics yang positif sedangkan individu dituntut masing – masing untuk memiliki rasa disiplin yang tinggi.

teamwork

Sebagai karyawan, Anda adalah bagian dari organisasi, sehingga tidak mungkin bisa menjalankan semua fungsi organisasi sendiri. Jika Anda tidak memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain, maka bagaimana pencapaian target unit kerja Anda?

Work ethics terbentuk dari relationships dengan orang lain, secara spesifik bagaimana Anda meng-handle pekerjaan melalui teamwork dalam mencapai sasaran individu, unit kerja dan organisasi secara keseluruhan.

Teamwork juga sangat mendukung dalam peningkatan kinerja karyawan berdasarkan beberapa studi. Berbagai riset dan pendapat ahli juga menunjukkan bahwa teamwork memberikan benefit yang signifikan terhadap perusahaan dalam hal meningkatkan produktivitas, kreativitas dan kinerja karyawan. Meskipun keberhasilan teamwork ini dipengaruhi oleh Leaderhsip Style dari masing – masing leader, namun secara individu setiap orang dituntut harus menyadari bahwa melaui teamwork yang efektif maka pencapaian sasaran menjadi lebih optimal. Coba saja Anda bayangkan jika Anda tidak dibantu oleh unit lain, atau team member Anda, apakah sasaran unit kerja akan tercapai?

Teamwork yang efektif hanya akan tercapai melalui komunikasi yang efektif, sikap saling menghargai dengan orang lain, baik itu team member, atasan, ataupun unit lain, koordinasi yang baik dan saling membantu, kontribusi yang optimal sebagai team members, serta adanya rasa solidaritas. Adanya kesadaran berada dalam satu entity organisasi, setiap unit kerja dan individu adalah merupakan bagian dari organisasi yang dituntut harus saling mendukung dan bekerjasama dengan baik, sehingga visi misi dan tujuan bersama dapat terwujud. Bukan individu yang bekerja sendiri – sendiri yang tidak membutuhkan orang lain dan mengabaikan kepentingan organisasi.

Jadi, apakah Anda sudah menjalankan work ethics organisasi Anda dengan baik ? Mari kita koreksi diri bersama. Mulai dari diri kita masing – masing. Selamat berefleksi.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved