Profile

Anita Widjadja, Membuat Banyak Tempat Bermain untuk Gen Y

20150205_115159

Di tangan Anita Widjadja, Bank Mandiri mengalami beberapa perubahan terutama di bidang teknologi. Anita yang merupakan alumni Teknik Elektro di Universitas Trisakti (1996) dan Master of Engineering Science di University of New South Wales (2003) mengubah sistem kertas di Bank Mandiri menjadi paperless. Wanita berparas cantik dan berpenampilan modis ini sekarang menjabat sebagai Head of Human Capital Strategic Initiative & Technology di Bank Mandiri. Berikut penuturannya dengan Maria Azzahra dari SWA online.

Bagaimana keadaan human capital di Bank Mandiri sebelum dan sesudah Anda bergabung dengan Bank Mandiri?

Sebelumnya saya bekerja sebagai konsultan di Accenture Singapura, lalu saya bergabung dengan Bank Mandiri pada akhir tahun 2010. Mandiri sudah mengalami tiga transformasi, saya masuk saat akhir transformasi kedua. Anchor-anchor sudah banyak yang jadi pada transformasi kedua.

Pada saat saya masuk, komunikasi langsung atasan dengan karyawan belum secara langsung, komunikasi dilakukan melalui kertas. Lalu saya membuat project Mandiri I-Share. Mandiri I-Share seperti nge-tweet dari kantor, jadi atasan dan karyawan dapat berkomunikasi secara langsung melalui ini. Semua kegiatan tidak lagi melalui kertas melainkan lewat sistem dan ada track record sehingga data tidak akan hilang. Itulah turning point dari Bank Mandiri, di sisi teknologi tahun 2011 pada saat kami memutuskan untuk memakai cloud solution.

Apakah ada kendala dalam membuat perubahan di human capital Bank Mandiri?

Kendalanya biasa terjadi di change management. Karena sistem tidak akan berjalan jika tidak ada change management dan support dari Pak Sanjay.

Adakah kiat-kiat untuk menjaga karyawan agar betah bekerja?

Betah itu tergantung kepada line manager. Kita harus membuat line manager yang bisa mengakomodir pekerjaan di sub-sub bagian. Karena kebanyakan karyawan bekerja untuk managernya bukan untuk perusahaan. Ada tiga hal yang harus dilakukan: communication, active listener, dan consitent recognization. Untuk gen Y, Mandiri membuat banyak tempat bermain (ekstrakulikuler) seperti Photography Mandiri, Klub Jalan Mandiri, dan Mandiri Peca Kuca. Tujuannya agar gen Y merasa seperti tidak bekerja di kantor dan tidak meninggalkan perusahaan. Bahkan banyak karyawan yang berlama-lama tinggal di kantor agar bisa main.

Di antara blue world, green world, dan orange world, di manakah Mandiri memosisikan diri di antara tiga dunia tersebut? Apakah ada rencana untuk menuju dunia yang lain?

Kami tidak bisa memungkiri bahwa kami termasuk ke dalam blue world, dan kami tidak akan berubah menjadi green world atau orange world. Namun, bagian dari kami juga ada yang green world dan orange world. Kami juga tidak membatasi karyawan untuk memiliki warnanya sendiri.

Apakah ada tantangan dalam mengelola human capital di Bank Mandiri?

Tantangannya adalah to make our line manager being consistent. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved