Profile

Benjamin Handradjasa : Tren Masyarakat Cepat Berubah

Benjamin Handradjasa : Tren Masyarakat Cepat Berubah

Benjamin Handrajadjasa bergabung ke adidas sejak delapan tahun lalu sebagai Chief Financial Officer (CFO). Sekitar tiga tahun kemudian, ia naik ke posisi CEO. Bersama dengan timnya, pria yang pernah menempuh pendidikan MBA di London Business and Finance School ini berhasil meningkatkan ekuitas merek perlengkapan olahraga ini. Jika ditanya ke masyarakat, siapa yang tidak kenal merek ini?

Tren di masyarakat yang cepat sekali berubah cukup dirasakan kelahiran 30 Oktober 1972 ini. Meski demikian, adidas dapat terus tumbuh di tangan Ben. Jika ingin kenal lebih lanjut dengan pehobi lari, tennis dan nge-gym ini, simak perbincangan reporter SWA Online, Rifa’tul Mahmudah dengan Ben di sela-sela peluncuran Predator Hunt beberapa waktu lalu berikut ini.

photo(2)

Bagaimana perjalanan karier Anda?

Saya gabung adidas 8 tahun lalu. Pertama kali gabung menjadi CFO, karena latar belakang saya keuangan. Sebelum itu, saya di kantor pusat EF Indonesia di Jakarta. Kurang lebih tiga tahun di sana.

Apa yang membuat Anda betah di adidas?

Yang membuat saya betah di adidas karena di sini terbuka kesempatan untuk semua departemen. Saya pernah di keuangan kemudian pernah di operational, kemudian sales, sekarang pegang semua.

Sejak kapan menjadi CEO adidas Indonesia?

Dari tahun 2010. Hampir lima tahun.

Menurut Anda, apa pencapaian Anda yang paling membanggakan?

Brand equity kami naik pesat. Kami yakin brand kami kuat, tetapi kami lihat gambaran yang lebih besarnya lagi, bagaimana merek ini bukan hanya diterima tetapi bisa menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia. Komitmen adidas adalah mendukung masyarakat bisa menjalani hidup lebih sehat melalui olahraga. Makanya kami terus berinovasi dengan teknologi-teknologi baru supaya produk adidas bisa menjadi bagian dari masyarakat Indonesia.

Apa yang dilakukan agar adidas bisa menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat?

Pertama, harus consumer centric. Harus tahu apa maunya konsumen. Tanpa tahu itu, kita tidak akan tahu strategi apa yang akan dilakukan. Jadi kita mesti tahu apa yang konsumen inginkan, apa yang mereka suka. Dari situ kami bisa berikan input ke regional kemudian dari sana ke HQ. Karena ini kan global brand ya, jadi saya tidak bisa langsung mengeksekusi sendiri. Dari situ nanti baru ditentukan strategi marketing yang bisa diimplementasikan.

Jadi Anda bisa usulkan produk baru ke tingkat global untuk dipasarkan di Indonesia, begitu?

Ya, itu salah satunya. Bukan hanya produk, tetapi juga warna misalnya. Warna apa yang lebih diterima, kemudian pricing yang penting. Makanya rentang harga kami lebar, ada sepatu yang harga Rp 2,5 juta, ada yang Rp 600 ribu. Jadi kami ingin menjangkau semua lapisan masyarakat.

Menurut Anda, apa tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan merek ini di Indonesia?

Tantangannya adalah selera masyarakat berubah cepat. Tren masyarakat itu cepat berubah. Kami harus selalu bisa menyeimbangkan apa yang diinginkan konsumen. Jadi cepat sekali berubah. Misal, saya baru saja berikan input ke regional dan kemudian diteruskan ke global. Itu kan prosesnya cukup memakan waktu, begitu keluar, tren-nya sudah berubah lagi.

Butuh berapa lama untuk mendevelop produk baru?

Kami ada season, seperti fashion. Spring/summer dan fall/winter. Jadi tiap season, biasanya ada satu hero product yang muncul, tidak harus sepak bola tetapi bisa juga running atau original.

Apa rencana dan target yang ingin Anda capai ke depan?

Untuk perkembangan perusahaan, saya punya tanggung jawab untuk memastikan brand equity yang sudah tinggi. Di saat yang sama, saya punya tanggung jawab untuk mengembangkan staf saya untuk maju ke level berikutnya. Pengembangan melalui training development sangat penting. Mereka harus terus berkembang, harus diberi tantangan baru supaya mereka bisa mencapai performa yang lebih bagus.

Kalau saya pribadi, buat saya, saya harus terus belajar. Tiap hari ada sesuatu yang baru, saya jadikan pelajaran.

Karir yang lebih baik di tingkat regional atau global mungkin?

Pertanyaan sulit. Hahaha. Bukan tidak mungkin di regional atau di negara lain yang lebih besar, tantangannya berbeda. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved