Profile Management Strategy

Bruce Delteil, Si Jago Formula M&A dari Accenture

Bruce Delteil, Si Jago Formula M&A dari Accenture

Nama Bruce Delteil sudah tidak asing lagi di bisnis jasa konsultan. Melalui bendera Accenture, pria berusia 41 tahun ini, telah malang melintang memberikan masukan-masukan sebagai sparring partner pembuat keputusan bisnis.

Pemahamannya mengenai situasi bisnis dan perkembangan ekonomi dikawasan Asia Pasifik telah mengantarkannya kepada jabatan strategis. Ia kini menduduki jabatan Merger & Acquisition Lead, Accenture, untuk kawasan Asia Pasifik. “Sudah dua tahun saya menduduki jabatan tersebut,” ujarnya ketika berbincang dengan SWA Online di Jakarta 11 Agustus 2015.

Bruce Delteil

M&A memang sudah menjadi praktik lazim dilakukan di dunia usaha. Melalui M&A pelaku usaha dapat melakukan ekspansi usaha, memperbesar aset, hingga restrukturisasi kesulitan finansial.

Namun Apakah setiap M&A pasti berujung pada kesuksesan? Jawabannya tentu saja, tidak selalu. Banyak contoh kasus dimana M&A tidak berjalan sesuai harapan, bahkan gagal.

Keberadaan industri consulting lah yang kemudian mengambil peran guna mengurangi risiko kegagalan. “Jadi tugas utama saya itu membantu klien-klien di Asia Pasifik untuk bisa melakukan M&A dengan sukses,” ujar pria berkebangsaan Perancis tersebut.

Ia pun menjelaskan aktifitas bisnis yang dijalankan Accenture dalam meracik formula keberhasilan M&A. Aktifitas itu terdiri dari tiga pilar, berupa identifikasi target, valuasi harga dan implementasi integrasi. “Kami ikut disemua proses,” ujarnya.

Di dalam identifikasi target misalnya, ia mengatakan harus ada revolusi dalam memandang target perusahaan yang akan diakuisisi atau merger. Perubahan paradigma harus dikedepankan untuk menjawab tantangan di masa akan datang. “Ke depan tidak cukup hanya mengakuisisi kompetitor atau perusahaan sejenis untuk memperbesar skala bisnis, itu cara pandang lama,” ia menegaskan.

Jauh dari pada itu, perusahaan-perusahaan, kata dia, harus bisa berpikir bagaimana M&A bisa berkontribusi mendukung evolusi bisnis model. Perubahan zaman, kata dia, terbukti telah menuntut banyak perusahaan untuk mengubah bisnis modelnya.

Contoh saja yang terjadi pada perusahaan multinasional otomotif dari Jerman Daimler AG. Alih-alih mengakuisi perusahaan otomotif lain, pada tahun lalu, Daimler, lebih memilih mengakuisisi perusahaan aplikasi untuk ponsel pintar, yaitu Mytaxi dan RideScout.

Tujuannya jelas, karena mereka paham bahwa ada prediksi bahwa penjualan mobil akan menurun di masa akan datang dengan evolusi teknologi berupa aplikasi yang memungkinkan sharing kendaraan atau jasa transportasi. “Dan model-model seperti itu menurut kami akan jadi masa depan merger dan akuisisi,” jelasnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved