Profile

Cerita Catherine Hindra Sutjahyo Kepincut E-Commerce

Cerita Catherine Hindra Sutjahyo Kepincut E-Commerce

Dunia belanja online sangat menarik perhatian Catherine Hindra Sutjahyo. Dengan jumlah penduduk lebih dari 240 juta jiwa, Indonesia adalah pasar yang potensial untuk e-commerce. Tak heran, banyak marketplace online maupun ritel online tumbuh subur di Tanah Air.

“Sebagai negara kepulauan yang luas, Indonesia sangat cocok untuk e-commerce. Jika harus membuat toko ritel di seluruh wilayah RI, butuh investasi dan waktu yang tidak sedikit,” kata Catherine, CEO Alfaonline (PT Sumber Trijaya Lestari).

Mengawali karier sebagai konsultan di McKinsey Singapura, Catherine yang merupakan lulusan Bachelor of Business (Banking & Finance) dari Nanyang Technological University ini sempat meniti karier di perusahaan IT di Bungalor, India, dan startup di Amerika Serikat. Puncak kariernya adalah menjadi orang nomor satu Zalora.

“Masalah perbedaan harga yang sangat tinggi antara di Jakarta dan Papua seperti sekarang tidak akan ada lagi. Dengan e-commerce, harga barang menjadi lebih equal di wilayah Indonesia yang berbeda-beda,” kata wanita yang menerima amanah sebagai CEO Alfaonline sejak April 2016 ini.

Catherine Hindra Sutjahyo, CEO Alfaonline (PT Sumber Trijaya Lestari)

Catherine Hindra Sutjahyo, CEO Alfaonline (PT Sumber Trijaya Lestari)

Wanita usia 33 tahun ini punya mimpi besar, yakni membuat e-commerce menjadi solusi agar konsumen punya akses untuk produk ritel dengan cara yang lebih mudah, harga bersaing, dan juga berkualitas. Ia beruntung bisa menjajal profesi sebagai konsultan di perusahaan ternama seperti McKinsey.

“Di dunia konsultan, kita kaya akan pengalaman kasus bisnis. Tapi, di manapun industrinya, problem terbesar selalu di managing people. Saya memberikan kesempatan luas pada pengembangan hal ini,” ujarnya.

Alfaonline kini telah memiliki lebih dari 200 orang karyawan. Padahal, pada awal berdirinya pada Februari 2013, karyawannya tidak lebih dari 10 orang. Kinerja Grup Alfa itu melaju kencang berkat pesatnya pertumbuhan e-commerce dan tingkat kesadaran masyarakat untuk belanja online yang terus naik.

“Tantangan selanjutnya adalah bagaimana membuat pie atau kue ini lebih besar, agar jumlah orang yang mau berbelanja online lebih besar lagi. Saat ini, yang berbelanja online sebenarnya orangnya itu-itu saja. Saat ini yang melek online belum besar,” katanya.

Ia beruntung merek Alfa sudah sangat dipercaya di Indonesia. Buktinya, setiap sudut wilayah RI ada gerai Alfamart. Inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk melebarkan pasar Alfaonline. Gerai fisik Alfamart dijadikan sebagai delivery point, pick-up, payment point, dan drop-off point untuk para pembeli Alfaonline.

“Metode O2O ini akan mendorong yang belum mau belanja online hingga mau mencobanya. Target jumlah O2O Alfaonline 1.000-2.000 dari saat ini baru 700 point O2O. Toko Alfamart yang sudah terkoneksi dengan Alfaonline hampir 7.000,” katanya.

Menariknya, saat ini Alfaonline tidak hanya menjual produk-produk yang ada di gerai Alfamart, tetapi juga menjual produk fesyen seperti baju, sepatu dan lainnya, produk elektronik seperti ponsel, dan lainnya. Ada juga grocery dan mainan. Alfaonline juga menjadi marketplace bagi UMKM. “Kami tidak hanya memperbesar kue konsumennya, tetapi juga pemainnya,” ujarnya. (Reportase: Herning Banirestu)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved