Profile

Eko Heryanto, Tidak Ingin Berhenti Hanya di Industri TI

Eko Heryanto, Tidak Ingin Berhenti Hanya di Industri TI

Sebagai seorang yang sudah kawakan di dunia IT, Eko Heryanto, CEO Equine Technologies Group, merasakan bahwa perbedaan era di dalam dunia kerja semakin signifikan. Dengan banyaknya generasi muda yang biasa disebut dengan Gen Y dan Gen Z, maka pembinaan sumber daya manusia yang diterapkan sudah tidak bisa lagi mengikuti gaya lama. Dari idealisme tentang “people” itulah pria berusia 37 tahun tersebut mendirikan PT Equine Global, yaitu perusahaan yang bergerak di bidang IT, bersama lima orang temannya.

Tren bisnis IT sendiri, menurut Eko, tidak akan kehilangan proyek. “Kami tidak takut mendapat proyek, tapi bagaimana kami menyelesaikan proyek tadi dengan sumber daya manusia yang mulai beda-beda usianya,” ujarnya.

Ketertarikan pria yang hobi membaca koran ini kepada bidang IT dimulai pada saat ia kuliah di Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Setelah lulus tahun 1999, pekerjaan pertama Eko adalah sebagai staff IT support. “Jadi karena background itu, kerjanya di IT juga, tapi di tengah perjalanan saya banyak mengalami perubahan,” dia menambahkan.

Jadi karier Eko itu 2 tahun IT support, 2 tahun programmer, 2 tahun manager department, 2 tahun division head, 2 tahun direktur, 1 tahun presiden direktur, dan selama di grup ini ia menjadi CEO nya sejak April 2011. Yang pertama dia pimpin itu adalah PT Equine Global tahun 2011.

Eko Heryanto, CEO PT Equine Global

Eko Heryanto, CEO Equine Technologies Group

Perjalanan PT Equnie Global sendiri bisa dibilang cukup sukses. Dalam waktu 3 tahun, perusahaan ini menunjukkan bahwa strategi bisnisnya berjalan dengan baik. Pada tahun pertama, Eko mengatakan, Equine Global masih dalam tahap inisiasi, yaitu perkenalan kepada pasar. Lalu, tahun kedua, perusahaan IT ini mengatur program ekspansi. Setelah itu, tahun ketiga, Equine Global mulai meledak dengan mengakuisisi dua perusahaan.

Sampai saat ini, Eko menyadari bahwa perkembangan dari Equine adalah dari sisi sumber daya manusia, yang di mulai dari 5 orang, sekarang jumlah karyawan dengan anak perusahaannya mencapai 500 karyawan.

Untuk lebih jelasnya, simak wawancara Ferdi Julias Chandra, reporter SWA Online, dengan Eko Heryanto berikut ini.

Sejak kapan mengelola Equine?

Saya mengelola Equine dari tahun 2011, tapi di industri IT ini tahun ke 16. Equine sendiri saya dirikan bersama 5 orang teman, itu mungkin sedikit beda dengan IT company lain. Mungkin IT company lain mendirikan perusahaan karena punya teknologi, solusi yang lebih bagus, marketnya ini dan itu, tetapi kalau Equine itu sebenarnya dari idealisme tentang people, tentang sumber daya manusia, dan kita adalah orang-orang IT yang sudah punya pengalaman di IT.

Jujur harus diakui sebagian besar kami ini alumni dari perusahaan yang sama sebelumya. Jadi, kami punya prinsip pembinaan sumber daya manusia yang beda. Sebab kami melihat ada Gen X, Gen Y, Gen Z, sekarang angkatan kerja saya. Lihat di demografi karyawan, anak-anak (kelahiran) tahun 91, 92, 93, 94, sudah mulai kerja, yang lahir tahun 1980-an sudah jadi manager. Saya merasakan itu di perusahaan sebelumnya, kebetulan saya dipromosikan menjadi direksi paling muda pada usia 29 tahun saat itu. Kami melihat bahwa pembinaan sumber daya manusianya tidak bisa menggunakan gaya lama. Dari situ kami punya prinsip kerja, dan kami mulai lah Equine di tahun 2011.

Seperti apakah idealismenya?

Kami melihat kalau di IT itu tidak usah takut tidak mendapat proyek, karena proyek itu banyak, pasti ada. Tidak mungkin perusahaan IT bangkrut karena tidak mendapat proyek. Tapi kalau perusahaan IT bangkrut karena salah milih proyek, itu banyak. Seperti barang diambil tidak dibayar, implementasi tidak selesai-selesai, dan lain sebagainya. Jadi hubungannya adalah kita tidak takut mendapat proyek, tapi bagaimana menyelesaikan proyek tadi dengan sumber daya manusia yang mulai beda-beda usianya.

Contohnya dengan generasi yang lahir angkatan tahun 60an, yang umumnya sekarang menjadi direksi atau pimpinan. Katakan mereka dilahirkan di tahun mencari kerja yang masih susah, mungkin kalau mau berangkat kerja orang tuanya pesan “Dek, kalau kerja baik-baik, jangan sampai dimarahin bos,” tetapi kalau anak sekarang kan sudah lain, contohnya jika ditanya “Kenapa berhenti?” jawabannya adalah “Ah payah banget perusahaannya, mau mengakses Facebook doang ga boleh,” seperti itu.

Lalu contohnya lagi adalah ketika teman saya mengisi kuliah umum di kampus, waktu itu kalau ada anak baru lulus terus mau kerja, ada 2 pilihan, mau kerja di perusahaan IT tapi perusahaan yang tidak dikenal, gajinya anggaplah Rp5 juta, dan pekerjaan satu lagi anggaplah sebagai barista di starbucks, gajinya Rp2 juta saja. Dia akan cenderung pilih di Starbucks karena bisa tampil. Jadi mindset anak sekarang sudah berubah.

Kaitannya ke idealisme adalah dengan melihat people ini sudah berubah maka perlu pendekatan yang berubah. Tidak bisa lagi kita bilang “mas, kalau 10 kali tidak masuk diberi SP 1,” itu tidak bisa. Kita sudah harus pakai result oriented. Jadi prinsip-prinsip dasar idealisme itu yang tidak kita temukan di perusahaan sebelumnya, dan kami ingin wujudkan di sini. Bagaimana kita bisa mengerti sumber daya manusia yang menjadi andalan penyelesaian di bidang IT ini dan mengoptimalisasikan kekuatan mereka di tengah-tengah perubahan mindset antar generasi tadi.

Contoh, sekarang saya punya karyawan, general manager angkatan 70, staffnya sudah kelahiran 1990. Jadi idealismenya lebih kepada perubahan era dan harus ditopang dengan cara manage yang berbeda, pelatihan-pelatihan yang berbeda.

Bagaimana cara pelatihannya?

Saya masih percaya bahwa value itu penting dalam sebuah korporasi, karena di IT kan seperti kutu loncat karyawannya. Saya punya estimasi karyawan IT itu paling lama bertahan 3 tahun dalam satu company, dan itu sudah bagus. Jadi kita harus punya strategi pembinaan yang baik. Pembinaannya harus kita sesuaikan dengan karyawan, tidak bisa kita paksa. Keinginan karyawan kita sesuaikan dengan kebutuhan perusahaannya. Jadi kita harus menyesuaikan agar menjadi salah satu kekuatan yang saling mengisi.

Mengapa tertarik di bidang IT?

Yang pertama karena background saya. Saya lulusan dari Binus, lulusan tahun 1999. Pekerjaan pertama saya staff IT support. Jadi karena background itu, kerjanya di IT juga, tapi di tengah perjalanan saya banyak mengalami perubahan.

Perusahaan apa saja yang sudah diakuisisi Equine?

Yang satu mohon maaf saya tidak bisa menyebutkan. Yang kedua itu PT Xsis Mitra Utama, sekitar 400 karyawannya, lalu yang ketiga itu adalah PT Optima Data Internasional. atas dasar sudah ada beberapa company, kami merasa harus ada grouping. Mulailah tahun ini ada Equine Technologie Group secara penamaan, yang dimunculkan ke market 9 bulan yang lalu, per 1 Januari 2014.

Perjalanan kariernya bagaimana?

Saya 1 tahun 7 bulan pertama sebagai IT support di perusahaan tekstil , namanya PT Pelangi Cimandiri Textile, terus saya pindah ke salah satu perusahaan IT Tbk (2 tahun programmer, lalu pindah sebagai sales person selama 2 tahun, setelah itu promosi sebagai bisnis manager 2 tahun, promosi sebagai division head 2 tahun, promosi lagi menjadi direktur selama 2 tahun, dan promosi lagi menjadi Presiden Direktur PT Mitra Integrasi Informatika selama 1 tahun), saya sebelas tahun disana. Dari Perusahaan IT Tbk tersebut lalu saya pindah ke Equine.

Selama 3 tahun di Equine, apa saja perkembangannya?

Perkembangannya adalah dari sisi sumber daya manusia, yang saya mulai dari 5 orang, sekarang karyawan kita dengan anak perusahaan ini ada 500 karyawan. Kedua saya bisa mengimplementasikan idealisme saya tentang people tadi. Di Equine mau ke kantor dengan celana jeans setiap hari juga boleh, tidak masalah. Pakai sepatu sport juga boleh. Tetapi peraturan-peraturan perusahaan juga ada, kita janjian agar bisa komitmen. Contohnya jika ingin bertemu customer, disesuaikan dengan customernya. Jika customer formal, kita juga harus menyesuaikan. Jadi saya menghargai kedewasaan.

Apa strategi bisnisnya?

Kalau kami lihat dari 3 tahun pertama sudah di- plan, misalnya di tahun pertama perkenalan ke market, dan tahun kedua ekspansi. Jadi memang kami sudah sadar bahwa kami akan meledakannya di tahun ke 3. Artinya kami tidak bisa tumbuh organik, seperti revenue, merekrut karyawan, makanya ambil strategi akuisisi, dan kami tidak akan berhenti untuk akuisisi.

Dalam waktu dekat ini adakah yang akan diakuisisi?

Ada penjajakan dengan beberapa, tetapi membeli perusahaan sama dengan membeli rumah, jodoh-jodohan. Kita sedang ada penjajakan di beberapa bidang yang tentunya kita harapkan melengkapi yang sudah ada. Karena kalau kita bagi 3 kan Equine itu di belakangnya ada tulisan strategic consulting dan system integrater, artinya main di hardware dan konsultasi.

PT Xsis Mitra Utama itu lebih fokus ke IT Expert Services, yang dilakukan adalah kami punya jaringan ke kampus booth camp. Jadi model bisnisnya rekrut dari kampus, lalu pelatihan satu sampai dua bulan, kami tempatkan ke customers. Kampusnya juga tidak tertentu, tetapi memang sudah ada beberapa yang regular setiap tahunnya.

Tahun ini ingin mengakuisisi berapa perusahaan?

Satu sampai dua saja.

Bagaimana peningkatan pendapatan Equine selama 3 tahun ini?

Untuk Equine Group yang pasti tiap satu tahun itu kita growth nya di atas 100%.

Apakah memikirkan untuk menjadi perusahaan terbuka? Arahnya kita terus terang melihat ke arah sana. Kira-kira inginnya 10 tahun sejak berdiri.

Apa target dari Anda untuk perusahaan ini?

Secara luas saya tidak ingin berhenti di industri TI. Jadi target secara pribadi mungkin saya ingin ada Equine Property Group, Equine Kuliner Group. Saya juga bukan orang yang ingin berkuasa terus, tapi ada kesenangan sendiri pada saat set up dan berhasil. Dari tidak ada, berkembang, besar, disistematiskan, lalu diserahkan ke generasi berikutnya.

Kenapa memilih IT?

Lebih ke orangtua saya, karena saya satu-satunya yang S1. Jadi yang terkhir orangtua saya bilang “Eko, kamu satu-satunya yang S1, bisa kuliah pun gotong royong.” Jadi saya mau katakan bahwa orang tua saya bukan yang intelektual memilihkan jurusan anaknya. Beliau cuma sering melihat dulu saya suka main game, lalu simple saja bilang “nanti kuliah komputer ya” gitu. Saya manut-manut saja.

Apa yang ingin Anda capai dari diri sendiri?

Saya hanya ingin tenang saja, ingin punya waktu dengan keluarga, ingin liburan, ingin meditasi. Pada suatu hari, karena sebagai manusia biasa saya butuh uang, jadi kalau sudah dirasa cukup saya mau bertani saja. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved