Awal bergabung tahun 2000, bersama tim, Elang langsung mengupayakan agar Bin House tidak sekadar dikenal sebagai pembuat batik, melainkan pembuat kain premium. “Produk awal kami syal atau scarf batik sangat dikenal sampai sekarang, karena itu kami dikenal sebagai pembuat batik. Tapi sesungguhnya kami ingin dikenal sebagai pembuat kain,” ujar lulusan jurusan antropologi sosial dari Universitas Brunnnel London itu. Ia pun mengikutsertakan Bin House dalam kegiatan di luar industrinya. “Beberapa tahun lalu Ibu Obin berbicara mengenai batik Indonesia di forum United Nations Framework Convention on Climate Change di Bali,” tutur pehobi travelling dan fotografi ini. Setelah itu, digelar fashion show untuk memperagakan koleksi kain Bin House.

Lokakarya kain Indonesia kecil-kecilan juga digelar di Bin House Menteng, Jakarta Pusat. Tradisi pelayanan Bin House yang bersifat personal dipertahankan. Karena itu, ia mendidik karyawan agar melayani tamu dengan sopan, rendah hati, dan cermat dalam menyarankan kain yang sesuai bagi tamu. Tak lupa ia membangun situs web www.binhouse.com untuk meluaskan akses ke Bin House. Data koleksi produk pun dibenahi, bila sebelumnya dicatat manual, kini dibuatkan data digital dan disimpan di server.