Profile

Ernest V. Hutagalung , CFO Harus Bisa Jadi Advisor CEO

Ernest V. Hutagalung , CFO Harus Bisa Jadi Advisor CEO

Bagi Ernest Vincent Hutagalung, sekarang ini teknologi semakin canggih dan cepat. Sebagai CFO di Fujitsu Indonesia, ia mengaku perlu mengimbangi perubahan itu. Dalam pengertian bahwa CFO harus bisa menempatkan dirinya sebagai advisor untuk CEO. Karena CEO harus mengambil keputusan dimana dunia bergerak dengan cepat. CFO harus bisa berpikir seperti seorang bussinessman dan pada saat yang sama bisa tetap menjaga integritas perusahaan. Lantas seperti apa kiprah pria kelahiran Medan, 27 Januari 1969 silam ini sebagai CFO? Berikut ayah dari Regina Elaine Hutagalung ini menuturkannya kepada Gustyanita Pratiwi dari Swa Online :

Ernest V. Hutagalung

Ernest V. Hutagalung

Seperti apa perjalanan karier Anda hingga sampai pada posisi sekarang?

Sebelumnya saya bekerja di Nokia Siemens, Bangkok, Thailand sebagai Head of Finance and Control. Di sana saya membawahi 4 negara. Setelah itu, Fujitsu mendekati saya, lalu menawarkan role di Indonesia di tahun 2012. Tentunya Fujitsu punya rencana besar di Indonesia untuk menawarkan role ini. Akhirnya di November 2012, saya joint di Fujitsu.

Tantangan di IT terkait tugas Anda sebagai CFO?

Tentunya sebagai CFO, tugas saya adalah membantu CEO untuk menjaga profitability perusahaan, cash flow, working capital, make sure bahwa cash untuk perusahaan cukup serta memimpin tim finance dan accounting supaya mereka bisa bekerja efisien dan efektif dalam mendukung perusahaan. Dan pada saat yang sama adalah people. Karena saya bekerja dengan orang-orang, maka tentu saya perlu memikirkan banyak hal untuk develope tim saya. Sebagai salah satu leader asal Indonesia, saya ingin mendevelope semua orang yang ada di Fujitsu dan me-retain talent-nya.

Seperti apa kiprah Anda sebagai CFO Fujitsu dalam 1 tahun ini?

Sebenarnya mengubah mindset juga dalam complience dan control. Sekarang kami bisa melihat perubahan yang signifikan di perusahaan juga dengan pendekatan yang sudah kami buat. Impact-nya bisa terlihat dari cash flow yang benar, dll. Tapi the biggest achievment, saya akan bilang adalah kami berbisnis di industri yang very challenging, comparison is very though, but kami masih bisa survive.

Kompetensi yang seharusnya dimiliki seorang CFO seperti apa?

Tentunya harus punya financial skill. Financial analysist is a a must karena kami berhubungan dengan number. Itu sebabnya kami menjadi CFO. Yang kedua adalah harus mengerti akan tax, legal, dan yang paling penting adalah kami membutuhkan orang yang jujur. Orang yang pintar di Indonesia banyak. Tapi yang terpenting adalah soal integritas. Karena itu yang saya alami. Saya sudah pernah bekerja di luar negeri dan saya yakin orang Indonesia sebenarnya bisa bekerja seperti orang lain juga, seperti orang bule, Amerika, Eropa, dll. Tapi kenapa kita tidak dapat pekerjaan? Karena orang masih beranggapan Indonesia itu masih ada isu dengan integritas. Jadi modal yang paling penting adalah soal kejujuran, giat, dan pantang mundur.

Kalau dibandingkan bekerja sebagai ekspat, kemudian kembali lagi ke sini apakah menemui perbedaan yang signifikan?

Ada. Karena kan sebagai ekspat, kami di negara orang. Ketika itu, saya membawahi 4 negara seperti Korea Selatan, Vietnam, Bangladesh, dan Thailand. Beda negara itu, beda orang. Contohnya di Thailand, kita harus ngomong sopan. Mereka sangat respek dengan orang yang lebih tua. Mereka juga tidak terlalu suka ngomong.

Di Vietnam, saya juga bertemu dengan budaya yang berbeda lagi dan harus push mereka. di Bangladesh, orang-orangnya mirip seperti orang India. Sedangkan orang Korea, mereka sudah terlahir fighter. Jadi kami juga harus menyesuaikan diri. Di negeri orang, kami harus memperhatikan dari mana orang datang dan mengerti cara berpikirnya. Di sini juga sama. Enak-enak orangnya, gampang cara ngobrolnya, dll. Cuma kadang suka menunda sesuatu. Dan juga tuntutannya beda.

Ketika kita bekerja sebagai ekspat, tuntutannya adalah kita harus bekerja melebihi lokal di sana. Jadi kita harus berpikir 2 kali. Kalau bekerja 2 kali, maka kita harus bekerja mati-matian karena harus menunjukkan bahwa kita layak. Contohnya waktu ketemu dengan orang Korea, saya me-recruite banyak orang di Korea. Di sana, kan orang Indonesia-nya banyak yang menjadi buruh. Dan begitu dibilang bos dari Indonesia datang, ada yang aneh-aneh juga. Mereka bilang kok harus panggil orang dari Indonesia. Tapi begitu kerja sama, dan melihat kami bisa kerja, mereka respect juga. Saya juga pernah punya anak buah orang Perancis dan Jerman juga.

Dream Anda ke depan?

Saya ingin berkembang dengan Fujitsu karena perusahaan ini juga punya cita-cita yang bagus di Indonesia. Dan bagi saya, hal yang paling penting di hari tua saya adalah saya ingin jadi pengajar. Jadi bekerja sama dengan anak-anak muda Indonesia untuk men-share apa yang sudah saya ketahui, walaupun sedikit. Saya lihat anak-anak yang baru tamat sudah kelihatan pintar-pintar. Bahasa Inggris tidak kalah. Dulu, 10 tahun yang lalu, banyak orang Filipina di Indonesia. Sekarang sudah berkurang. Dan saya yakin, 5 tahun ke depan, anak-anak kita ini luar biasa. Mereka bisa menghandle important rules di Indonesia. Saya sudah lihat. Itu sebabnya, saya ingin jadi guru untuk membantu mereka.

Seperti apa rutinitas Anda sehari-hari?

Saya ke kantor setiap Senin-Jumat. Long hours, karena sekarang sedang banyak pekerjaan. Jadi saya berangkat ke kantor dari jam 06.00 WIB sampai kantor jam 08.00-09.00 WIB. Cuma karena kantor saya di Wisma KEAI, di Jalan Sudirman yang dekat tempat gym di Citywalk, jadi saya lunch sambil nge-gym. Atau pas malam sebelum pulang nge-gym juga. Ya sebenarnya keharusan saja, karena saya suka hidup sehat. Walaupun sibuk, harus sempat olah raga. Kalau hari Minggu saya suka lari di luar rumah. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved