Profile

Ganjaran Manis Toyota untuk Loyalitas Putra Pati

Ganjaran Manis Toyota untuk Loyalitas Putra Pati
Warih Andang Tjahjono

Warih Andang Tjahjono, Presdir PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia

Sejak awal berdiri, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) selalu memilih pemimpin puncaknya dari Jepang. Kejutan menggembirakan terjadi pada 1 April 2017 ketika Warih Andang Tjahjono terpilih sebagai Presiden Direktur TMMIN. Akhirnya, putra Indonesia sukses meraih posisi tertinggi di perusahaan yang merakit mobil pemimpin pasar di Indonesia.

Pria berjanggut putih yang akrab disapa Warih itu adalah kelahiran Pati, Jawa Tengah, tahun 1963 dan telah berkarier di Toyota selama 28 tahun. Sebelumnya, dia telah menduduki berbagai posisi penting seperti Direktur SDM, General Affairs, Operation Management Consulting, serta Direktur Vehicle Manufacturing Karawang Plant dan Production Engineering. Sebelum menggantikan Masahiro Nonami yang menjabat Presdir TMMIN sejak 2010, Warih menjabat sebagai Wapresdir TMMIN sejak 2014. Dengan rekam jejak tersebut, tak mengherankan, sarjana teknik kimia dari Universitas Diponegoro lulusan 1989 itu fasih dengan peran dan tanggung jawab baru yang diembannya.

Bagi Warih, jalan ekspansi Toyota di Indonesia masih terbuka lebar. Pasalnya, rasio kepemilikan mobil di Indonesia baru separuh negeri tetangga seperti Thailand. Memang, salah satu parameter penting industri otomotif di suatu negara adalah kepemilikan mobil per seribu orang. Di Indonesia, angkanya baru mencapai sekitar 80 pemilik mobil per seribu penduduk. Bandingkan dengan Thailand yang telah mencapai 200 orang dan tiga kali lipatnya di Jepang. Karena itu, target industri otomotif masih bisa mengejar kondisi seperti di Thailand dengan estimasi pasar mencapai 2,5 juta unit mobil. “Jadi, besar sekali potensi market di Indonesia. Tentu saja, industri harus ikut peran serta dalam mengisi market yang besar ini,” tutur Warih kepada SWA.

Di Indonesia, Toyota tidak hanya mengandalkan pasar dalam negeri. Malah, tahun ini menjadi salah satu penanda kedigdayaan Toyota Indonesia di pasar luar negeri dengan rentang sejarah mencapai tiga dekade ekspor ke mancanegara. TMMIN yang hadir sejak 1987 pun tak cuma mengekspor kendaraan utuh dan terurai, tetapi juga komponen, mesin, dies dan jigs. “Pada 1987 kami ekspor perdana Kijang Minibus ke Brunei Darussalam, lalu pada 1988 ekspor mesin ke Jepang,” kata Warih.

Selama tiga dekade terakhir, total ekspor Toyota mencapai lebih dari 1,1 juta unit kendaraan utuh (completely buit up/CBU), 833.500 unit kendaraan terurai (completely knock down/CKD), 1,47 juta unit mesin utuh, serta lebih dari 648 juta potong komponen dengan total nilai mencapai US$ 19 miliar atau sekitar Rp 250 triliun.

Kinerja ekspor kendaraan merek Toyota pada semester I/2017 mencapai 99.000 unit atau meningkat 18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sejumlah 84.000 unit. Pencapaian ini ditopang oleh ekspor Toyota Fortuner sebesar 33.000 unit, Toyota Vios 15.000 unit, Kijang Innova 6.000 unit, serta Yaris dan Sienta sebesar 4.000 unit. Angka ekspor untuk Avanza, Rush, Town/Lite Ace dan Agya mencapai 41.000 unit. Sepanjang semester I/2017, ekspor kendaraan dalam bentuk terurai (CKD) mencapai 24.000 unit, komponen mencapai 48 juta buah, serta ekspor mesin tipe TR dan NR baik bensin maupun etanol mencapai 68.000 unit. “Tingginya minat konsumen di ASEAN terhadap model All New Fortuner menjadi salah satu faktor pendongkrak kinerja ekspor ini,” Warih menjelaskan.

Ekspor kendaraan secara utuh (CBU) pada semester I/2017 lebih dari 113.300 unit. Berdasarkan data Gaikindo itu, dapat disimpulkan ekspor kendaraan bermerek Toyota pada semester I/2017 telah mencapai 87% dari total ekspor kendaraan Indonesia. “Tahun ini Toyota menargetkan peningkatan ekspor kendaraan utuh bermerek Toyota sebesar 10% dibandingkan angka ekspor pada 2016,” ungkap Warih memaparkan salah satu targetnya sebagai Presdir TMMIN.

Saat ini, lebih dari 80 negara di kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika menjadi tujuan ekspor Toyota. Untuk mobil CBU, TMMIN telah mengekspor ke 14 negara, yakni Malaysia, India, Filipina, Thailand, Taiwan, Vietnam, Myanmar, Laos, Kamboja, Oman, Bahrain, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Qatar. Beberapa destinasi ekspor baru pun mulai terealisasi, seperti Singapura, Maroko, dan Argentina. Menurut Warih, pencapaian ini penting untuk menjaga kapasitas pabrik TMMIN terutilisasi optimal di tengah persaingan domestik yang terus meningkat. “Untuk memacu pertumbuhan ekspor, tidak kalah penting kami harus meningkatkan sumber daya manusia, baik di kalangan internal maupun supplier, mulai dari tier 1 sampai tier 3 yang kini berjumlah sekitar 300 perusahaan,” ungkap Warih.

TMMIN pun gencar meningkatkan kandungan lokal yang membuat produknya lebih kompetitif di pasar ekspor. Perbedaannya bak langit dan bumi jika dilihat pencapaian kandungan lokal ketika awal TMMIN mengekspor dibandingkan saat ini. Saat ekspor perdana pada 1987, kandungan lokalnya baru sekitar 19%, sekarang mencapai 85%. “Kami terus berkomitmen meningkatkan kandungan lokal dengan melakukan terobosan seperti melokalkan raw material seperti baja, resin, synthetic rubber. Kami meningkatkan supply chain yang saat ini jumlahnya 139 supplier dengan terus membina mereka agar setara dengan level global.

Produksi kendaraan TMMIN pada semester I/2017 mencapai 114.000 unit. Tiga angka produksi tertinggi dicapai Toyota Fortuner (44.000 unit), Toyota Kijang Innova (33.000 unit), dan Toyota Vios (16.000 unit). Produksi Etios Valco, Yaris, dan Sienta mencapai 21.000 unit. Secara keseluruhan, pabrik TMMIN Karawang 1 dan 2 memiliki komposisi yang berimbang 50:50 untuk memproduksi kendaraan bagi pasar domestik maupun ekspor. “Ini sekaligus menunjukkan upaya perusahaan untuk berperan aktif terhadap perekonomian nasional dengan menjaga operasi bisnis sebagai perusahaan otomotif yang berorientasi ekspor,” Warih menandaskan.

Saat ini lebih dari 90% produk Toyota yang dipasarkan Grup Toyota di Indonesia merupakan produksi dalam negeri. Model kendaraan yang diproduksi pabrik TMMIN, yaitu Etios Valco, Vios, Yaris, dan Sienta, menggunakan komponen lokal 60-80%. Adapun di segmen MPV dan SUV, penggunaan komponen lokal Kijang Innova mencapai 85% dan Fortuner 75%. “Sampai saat ini, Toyota terus melakukan upaya untuk meningkatkan rasio kandungan dalam negeri,” katanya.

Sejumlah kemajuan dicapai TMMIN dalam mewujudkan target peningkatan kandungan lokal. Pada semester I/2017, contohnya, TMMIN baru saja menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan pemasok lokal level 2 terkait produksi lokal resin dan material non-woven. Selain itu, TMMIN memberikan transfer teknologi kepada para pemasoknya lewat beragam pelatihan dan kompetisi. Salah satu kompetisi yang digelar yakni Manufacturing Skill Interchange Festival (MASIF) yang dilakukan untuk pertama kali pada 21 Februari 2017 di Karawang.

Menurut Warih, saat ini total kapasitas produksi industri otomotif di Indonesia mencapai 2 juta unit kendaraan per tahun, sementara pasar domestik baru mampu menyerap 1,2 juta unit kendaraan per tahun. Kondisi ini, imbuh dia, merupakan pertanda bahwa ke depan pasar otomotif di Indonesia terus menjanjikan. “Kebijakan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir lebih kondusif, termasuk iklim usaha bagi perkembangan industri otomotif, sehingga peran industri otomotif dalam perekonomian nasional bisa terus meningkat. Tidak hanya Toyota, prinsipal otomotif lain pun telah menjadikan Indonesia sebagai basis produksi, sehingga potensi industri ini semakin besar,” tutur Warih memaparkan optimismenya terhadap industri otomotif roda empat di dalam negeri.(*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved