Profile

Harsya Prasetyo, Prioritaskan Continuous Learning

Harsya Prasetyo, Prioritaskan Continuous Learning

Usianya masih tergolong muda. Tapi, lompatan kariernya jangan ditanya. Associate Principal McKinsey Indonesia, Harsya W. Prasetyo telah malang melintang di beberapa perusahaan, mulai dari perbankan, manajer investasi, hingga yang teranyar adalah konsultan manajemen internasional.

Apa rahasianya? Seorang eksekutif harus selalu melakukan continuous learning lewat berbagai media seperti buku, konferensi dan juga networking. Baik ilmu tentang kepemimpinan maupun kemampuan penting lainnya.

“Kebetulan saya di McKinsey, yang namanya belajar itu luar biasa. McKinsey punya a great bank of knowledge, tempat kami bisa belajar. Perpustakaan McKinsey benar-benar komplet. Kami butuh atau mau tanya apa pun, dari yang paling sederhana sampai yang kompleks, ada,” kata dia.

Di level eksekutif, kemampuan yang paling penting adalah berkomunikasi dan menata organisasi. Misalnya saja, bagaimana memotivasi tim, membentuk followership (kepengikutan), hingga menginspirasi tim untuk menuju ke perubahan yang telah dirumuskan.

r_Harsya p

Kemampuan ini harus terus dikembangkan mengingat perubahan adalah keniscayaan. Tugas eksekutif adalah mengikuti tren perubahan seperti tren industri, selera pasar, teknologi, hingga pola konsumsi konsumen. Perubahan ini jelas menuntut perusahaan untuk mengikuti, baik arah dan tujuan hingga profil karyawannya.

“Itulah kenapa kaum eksekutif semakin dituntut untuk bisa merangkul erat karyawan dari generasi yang berbeda, seperti Gen X dan Gen Y, serta pemangku kepentingan seperti pemasok, distributor, rekan bisnis, hingga pengambil kebijakan,” katanya.

Sebelum itu, personal branding harus dibentuk sejak dini dengan langkah-langkah yang harus mencerminkan target yang ingin dicapai, misalnya pada 20 tahun mendatang. Di awal karier, tentu para bakat muda harus membentuk branding yang kuat berdasarkan kompetensinya, misalnya jago di bidang pemasaran.

Selanjutnya, perlahan-lahan branding ini diubah dengan nilai-nilai leadership skills yang menjadi kekuatan sang karyawan. Jangan lupa, kredibilitas akan nilai-nilai leadership tersebut sangatlah penting. Personal branding yang ingin diciptakan harus terefleksikan di posting-postingan media sosial.

“Internet dan media sosial adalah salah satu kanal untuk melakukan due dilligence dalam tahap talent/executive search. Posting di social media, atau internet coverage sebaiknya tidak mengeluarkan pesan yang berbeda dengan personal branding,” kata dia.

Sehingga, lebih baik merilis tulisan, artikel, atau karya menyangkut topik yang aman seperti hobi, buku, keluarga, dan olahraga. Selain hanya menceritakan sedikit tentang sang talent, juga bisa diketahui siapa saja sahabat yang punya minat serupa. (Reportase: Arie Liliyah)

Perjalanan Karier PT McKinsey Indonesia: Associate Principal (Des 2014-sekarang) PT First State Investments: Head of Sales and Marketing (Apr 2013-Nov 2014) Binus Business School, Jakarta, Indonesia: Dosen Keuangan Internasional Program Pascasarjana (Nov 2011-sekarang) Citibank, Jakarta, Indonesia: Direktur – Retail Investment, and Consumer Treasury Head (Jan 2013-Apr 2013)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved