Profile

Irvani Risyda, Terapkan Strategi Edukasi untuk Tingkatkan Penjualan

Irvani Risyda, Terapkan Strategi Edukasi untuk Tingkatkan Penjualan

Menjadi brand manager untuk produk yang baru pertama kali diluncurkan di Indonesia, memberikan tantangan sendiri untuk Irvani Risyda. Brand Manager Dematix ini menerapkan strategi edukasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bekas luka. Hasilnya, wanita lulusan Apoteker Universitas Pancasila, Jakarta ini sukses meningkatkan penjualan Dermatix, 50%-60% setiap tahunnya. Tidak terlena dengan pencapaian, Risda, masih ingin meningkatkan penjualan Dermatix hingga tiga kali lipat serta mempertahankan status market leader hingga satu dekade.

Irvani Risyda

Berikut pemaparan lengkap Risda kepada reporter SWAonline, Destiwati Sitanggang.

Bisa diceritakan perjalanan karier Anda?

Sekarang saya menjabat sebagai Brand Manager Dermatix sejak Dermatix diluncurkan pertama kali tahun 2011. Sebelumnya saya memegang produk acne.

Lantas apa alasan pindah bidang?

Saya melihat pasar bekas luka ini lebih menantang. Jika dilihat, pasar untuk produk acne sendiri sudah jenuh, sedangkan pasar untuk bekas luka ini masih banyak, karena memang belum banyak yang mengetahui. Jadi tantangan untuk melakukan edukasi masih tinggi sekali.

Lalu, apa yang Anda lakukan untuk produk ini?

Yang saya lakukan ada melakukan edukasi, mengingat sebelum produk-produk seperti Dermatix beredar di pasaran, masyarakat masih belum mengetahuhi cara mengatasi bekas luka. Mereka juga terkadang mencari ke apotik, tetapi mereka juga kebingungan obat seperti apa yang mereka inginkan dan orang apotiknya pun tidak tahu obatnya apa. Yang paling lazim dilakukan adalah konsultasi ke dokter dan biasanya treatment yang diberikan adalah suntik, laser yang membutuhkan biaya dan waktu. Dari sini, kita ingin mengedukasi masyarakat dalam mengatasi bekas luka.

Kami cukup surprise dengan respon dari masyarakat sebegitu kencangnya, di luar ekspektasi kami. Ketika awal-awal kita mulai mendapatkan komplen karena tidak sembuh, ternyata cara pemakaiannya yang salah. Di situ merupakan waktu kita memulai lakukan edukasi kepada masyarakat, tentang kapan penggunaan produk ini, yaitu ketika luka sudah mongering dan sembuh. Ketika pemahaman ini sudah muncul, komplen kita kita juga menurun.

Apakah cara ini efektif meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bekas luka?

Jelas meningkat, karena kita melakukan interaksi dengan masyarakat yang memiliki masalah dengan bekas luka seperti terkena knalpot atau minyak panas melalui social media yang kita punya, seperti website, facebook, dan twitter. Dari hasil report mereka tersebut, kami menantang mereka untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan Dermatix. Semenjak kita melakukan edukasi tentang kasus-kasus luka bakar mereka mulai antusias.

Apakah program ini dilakukan secara rutin?

Dalam melakukan program ini, minimal dalam setahun kita lakukan tiga kali.

Program ini dijalankan bekerja sama dengan pihak mana saja?

Sekarang kita melakukan kerja sama dengan Perhimpunan Dokter Spesial Bedah Plastik dan Estetik Indonesia (PERAPI) tetapi ke depannya kita akan bekerja sama dengan Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) dan UGD-UGD di Indonesia karena kasus-kasus kecelakaan banyak terjadi.

Cara apalagi yang digunakan oleh Dermatix untuk meningkatkan kesadaran masyarakat?

Kami juga melakukan dengan iklan. Berdasarkan survei rutin yang kita lakukan setiap 6 bulan sekali, 90% masyarakat sudah mengetahui bahwa Dermatix itu fungsinya untuk perawatan bekas luka.

Berapa peningkatan penjualan pasca melakukan edukasi?

Berdasarkan data yang kita miliki peningkatannya bisa mencapai 50%-60% peningkatan penjualan setiap tahunnya.

Dengan strategi ini target apa yang Anda inginkan?

Kita ingin penjualan kita bisa double atau triple karena hasil yang kita dapat sekarang masih seperdelapan dari total popuasi luka yang ada di Indonesia. Masih banyak market yang belum kita garap. Jika dipersentasekan, sekarang kita baru menguasai 10% dari total populasi luka, target kita dalam 2 atau 3 tahun ke depan kita menguasai 25%. Mengingat tingkat kejadian luka akan semakin meningkat, yang dilihat dari tingkat mobilitas masyarakat dan tingkat kecelakaan dunia kerja semakin tinggi, dan itu pasar yang sangat potensial untuk digarap secara lebih.

Selain itu, saya juga ingin Dermatix menjadi market leader selama satu decade. Sekarang kita sudah menjadi market leader memasuki tahun ke empat.

Sekarang sudah mulai bermunculan produk sejenis Dermatix, apakah ada kekhawatiran?

Yang namanya competitor tidak bisa kita hindari, karena competitor juga pasti juga melihat Dermatix yang mulai memperhatikan pasar untuk bekas luka. Kekhawatiran pasti ada, karena masyarakat Indonesia loyalitasnya rendah dan keinginan disiplin dalam memakai juga rendah. Kita sudah siapkan strategi-strategi untuk menghadapi competitor.

Sedikit bocoran tentang strateginya?

Yang jelas, kita kuatkan posisi Dematix di masyarakat. Kemudian satu hal yang ingin kita kuatkan adalah Dermatix satu-satunya produk yang memiliki uji klinis. Uji klinis kami levenya sudah meta analysis. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved