Profile

Jejak Langkah Nining Kembangkan UKM Center FE UI

Oleh Admin
Jejak Langkah Nining Kembangkan UKM Center FE UI

Universitas Indonesia mempunyai sebuah pusat usaha kecil menengah yang disebut dengan UKM Center (Pusat UKM). Awalnya, Pusat UKM merupakan sebuah proyek universitas. Tapi, tak disangka, kini, lembaga tersebut telah berkembang hingga ke tujuh kota. Ke depan, lembaga nirlaba ini diharapkan bisa melanglang buana.

“Jadi, dulu UKM Center sebenarnya project saja sih. Itu project tiga bulan. Ya, habis itu mau hidup mau mati, ya silahkan saja. Tapi waktu itu saya bertekad jadi besar. Kami nggak dapat funding lagi dari UI, kami cuma dapat untuk tiga bulan itu saja,” terang Nining I Soesilo sebagai pendiri dan penasehat Pusat UKM Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia kepada SWA Online, di Kampus UI, Depok, beberapa waktu lalu.

Nining I Soesilo sebagai pendiri dan penasehat Pusat UKM Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Wanita yang juga berprofesi sebagai dosen di UI ini bercerita, Pusat UKM adalah sebuah proyek yang berdiri berdasarkan SK Dekan Fakultas Ekonomi UI. Tepatnya, lembaga ini terbentuk pada tanggal 20 Mei 2005. Karena sifatnya sebagai proyek untuk tiga bulan, maka pendanaan dari universitas pun didapatkan hanya sampai bulan Juli saja. “Dapat sumbangan dari fakultas itu ya buat honor tiga bulan saja,” lanjutnya.

Mendirikan dan mengembangkan Pusat UKM ini tidak mudah. Nining yang mendapatkan penghargaan Satyalencana Wira Karya di hari Koperasi tahun 2012 ini pun sempat merogoh kocek sendiri demi menghidupi lembaga ini. Namun, usaha yang dilakukannya tidak sia-sia. Pusat UKM sekarang bisa membina banyak UKM tak hanya sebatas wilayah kampus UI, melainkan di sejumlah tempat di Indonesia. Lantas seperti apa lika-liku Nining dan Pusat UKM FE UI berkembang, berikut petikan wawancaranya.

Niat awal mendirikan Pusat UKM itu seperti apa?

Jadi, dulu ada banyak konsep mengenai UKM Center di UI. Lembaga-lembaga suka menyelenggarakan kegiatan UKM, tapi sifatnya sendiri-sendiri. Akhinya, dijadikan satu di tahun 2005. Dan didirikan sebagai proyek dulu. Karena itu, tidak tahu apakah bisa lanjut atau tidak. Tapi, akhirnya berkembang. Ya, karena saya bilang sama pak dekan waktu itu bahwa pokoknya asal saya di-protect saja dari banyak pihak yang mungkin coba mengganggu.

Saya lakukan saja yang terbaik, dan memang kami mencari dana sendiri sampai sekarang. Kemudian kami punya pegawai, dan akhirnya dinamakan UKM Center, di mana ini bukan proyek lagi. Kemudian sejak tahun 2010, pengangkatan Kepala Pusat UKM FE UI langsung dilakukan sama rektor. Jadi, UKM Center itu sekarang adalah organisasi resmi di bawah UI. Dulu, saya sendiri selama tujuh tahun jadi Kepala UKM Center. Habis itu, saya pegang Indonesia Center for Public Policy Study.

Berapa jumlah tenaga kerja Pusat UKM?

Pegawainya sekarang ada sekitar 15 orang. Itu pegawai kami sendiri, di mana yang dari dosen cuma tiga orang. Mahasiswa sebagai tenaga kerja sifatnya hanya ad hoc, maksudnya kalau ada acara saja.

Apa saja kegiatan UKM Center saat ini?

Kegiatan UKM Center itu banyak banget, mulai dari lomba, pemberian kredit, bedah UKM, konsultasi, advokasi, sampai penelitian. Salah satunya, kami membina perempuan miskin sejumlah 95 orang di dekat kampus. Itu dulu ceritanya, kami menang riset unggulan. Kami bikin riset mengenai grameen bank. Hasilnya, kami dapat dana Rp 90 juta. Dari dana itu, sebesar Rp 30 juta, kami pakai untuk memberikan kredit kepada 95 perempuan miskin. Sedangkan Rp 60 juta digunakan untuk kegiatan risetnya sendiri.

Kalau di luar kampus, kami membina Koperasi Mitra Dhuafa. Itu melayani sekitar 100 ribu perempuan miskin. Ini sifatnya sudah profesional. Bahkan diperingkat oleh lembaga pemeringkat di Perancis.

Untuk kegiatan rutin sehari-hari, kami punya kantor sendiri di dalam kampus, di Fakultas Ekonomi. Tapi kami juga membuat trading house di luar kampus. Kami kan sudah kasih kredit hampir lima tahun, maka sekarang kami ingin membantu UKM untuk penetrasi ekspor. Jadi, kami punya showroom-nya untuk kegiatan UKM itu di Permata Hijau namanya Kilaukita. Kantornya sudah beroperasional sejak Desember 2012. Selain ada trading house, ada training center juga.

Sudah berapa banyak UKM yang dibina?

Kami sudah membina sekitar 400 UKM. Ini yang binaan secara langsung, maksudnya yang dapat kredit dari kami. Kalau yang indirect itu ada di seluruh Indonesia.

UKM yang dibina itu dari awal sudah terbentuk atau bagaimana?

Jadi, ada beberapa versi. Awalnya, memang kami menangani UKM yang sudah ada. Dan kalau UKM yang masih baru, mereka harus ikut kegiatan kami yang namanya bedah UKM. Itu adalah kegiatan yang berlangsung setiap bulan di mana kami berupaya membuat UKM menjadi bintang. Kami membuat jaringan, lalu sharing, sehingga UKM yang baru mulai bisa belajar dari situ. Kemudian, kira-kira setelah satu tahun, UKM yang baru itu baru bisa kami berikan kredit.

Penyaluran kredit bagi UKM menggunakan biaya sendiri?

Dalam menyalurkan kredit, Pusat UKM itu sebagai perantara. Mengenai sumber kreditnya, kami pakai CSR-nya BUMN yang disebut PKBL. Kita sudah menyalurkan Rp 8,5 miliar. Sekarang ini, kita kerja sama dengan empat BUMN, yaitu Rekayasa Industri, Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara, dan Antam. Jadi, fungsinya Pusat UKM itu memilih UKM yang bisa diberikan kredit. Itu sampai sekarang ada 400 UKM yang diberikan oleh empat BUMN tersebut. Dan, ada beberapa BUMN lain yang mau masuk ke kami.

Target dari Pusat UKM terhadap UKM yang dibina itu seperti apa?

Target kami, misalnya, UKM berskala kecil bisa jadi menengah ataupun besar. Sudah ada dua yang masuk ke usaha menengah, yang sudah masuk di perusahaan ritel modern Carrefour. Dan, yang sudah berskala menengah atau besar, nantinya diharapkan bisa mengajari yang masih di bawah.

Perlu diketahui juga, kami yang berada di balik diadakannya Wirausaha Muda Mandiri yang diselenggarakan oleh Bank Mandiri. Kami yang membuat itu. Lalu Wirausaha Muda Mandiri yang berhasil biasanya kami tampilkan di acara kami. Dan, kami pula yang membuat rencana induk Kementerian Koperasi dan UKM.

Bagaimana Pusat UKM bisa berkembang tidak hanya di wilayah UI dan sekitarnya?

Kami sekarang sudah buat replikasi UKM Center. Saya pikir kalau di UI saja, kami tidak bisa berkembang. Dan tidak mungkin pula kami membina secara jauh. Akhirnya, kami membuat replikasi sebab kami rencananya ingin agar UKM Center ada di seluruh Indonesia. Lalu, kami buat UKM Center di Universitas Syah Kuala, Aceh. Kemudian Syah Kuala membina Universitas Malikus Saleh. Setelah itu kami replikasi di tujuh kota. Di tujuh kota itu, pendirian UKM Center tidak hanya di universitas saja, misalnya ada di balai besar perikanan di Medan.

Replikasi dilakukan bagi siapa saja yang mau mendirikan UKM center. Kami bebaskan mereka yang mau melakukan kegiatan seperti kami, yakni mengadakan lomba, diskusi, dan lain sebagainya. Kami mengajari mereka yang mau mendirikan UKM Center dari nol. Kami sudah melakukan ini, silahkan dicontek habis. Karena kami bukan profit organization.

Dan dengan UKM-UKM Center yang sudah terbentuk, kami sering melakukan kegiatan bersama-sama. Kami memang membentuk jaringan secara terus-menurus. Kalau sebuah UKM Center sudah bisa mandiri, bukan berarti hubungan kami putus.

Berapa biaya yang dikeluarkan dalam melakukan replikasi Pusat UKM ini?

Dulu, kami sempat mengeluarkan dana Rp 24 juta ke mereka. Itu sebenarnya dari gaji saya. Secara keseluruhan, dalam mengembangkan Pusat UKM ini, kami tidak jarang memakai uang pribadi. Ya namanya pengabdian bagi masyarakat.

Dengan adanya Pusat UKM di kota lain, apakah bisa dikatakan perkembangannya sudah sesuai harapan?

Seperti ini, saya dulu inginnya UKM Center mempunyai bangunan yang bertingkat tujuh. Tapi sekarang bukan bertingkat tujuh, tapi tujuh kota, yang kami pikir sama saja. Saya pikir nggak ada kata sukses. Maksudnya, nggak ada kepuasan, selalu ada yang kurang. Kalau saya, merasa baru sukses kalau di seluruh Indonesia ada UKM Center.

Kami juga ingin replikasi di banyak negara berkembang. Kami sedang penetrasi, kami ingin mengajari negara-negara berkembang. Obsesi saya ingin seperti Muhammad Yunus yang membuat Grameen Bank. Itu kan know-how nya bisa direplikasi di mana-mana, itu obsesi kami. Jadi, kami sedang komunikasi dengan PBB untuk bisa mereplikasi kami di ASEAN hingga Afrika. Memang diharapkan best practice yang kami lakukan itu bisa direplika di tempat lain. Jadi, UKM Center jangan terbatas hanya di satu negara saja. Terkait rencana replikasi ke luar negeri, saya sedang membuat buku berbahasa inggris mengenai UKM Center. Karena saya ingin penetrasi internasional, buku ini saya buat dulu. Jadi, saya ingin mengenalkan UKM Center itu seperti apa. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved