Profile Technology Entrepreneur

Kisah Jajang, Pedagang Thamcit yang Berusaha Melek Online

Perkembangan teknologi informasi mempermudah orang bertransaksi untuk belanja barang-barang yang dibutuhkan. Tidak harus mengunjungi toko, cukup lewat gadget semua barang yang kita butuhkan bisa langsung dipesan dan dibayar.

Sebagai pelaku industri UMKM, Jajang Nurzamzam, 30 tahun, cukup merasa gusar ketika tren belanja online mulai marak. Ia khawatir lapaknya di Thamrin City, sepi lantaran orang-orang beralih ke online dan malas bercapek-capek belanja offline “Dulu, saya tahu nya jualan ya di lapak saja, tidak mengerti sama sekali dengan online-online-nan,” ungkap pria asli Sumedang tersebut.

Karena kekhawatirannya itu, ia pun berusaha keluar dari zona nyaman. Ia sadar betul bahwa ia harus bisa memasarkan usaha souvenirnya, Batik Njawani, secara online. Dengan begitu ia bisa mensinergikan antara penjualan online dan offline secara bersama-sama. “Saya ini lulusan SMK otomotif,” cerita dia. Maka itu untuk bisa go-online, semua hal ia pelajari secara manual dengan cara browsing di Google dengan smartphone.. “Saya cari kata kunci-kata kunci bagaimana cara berdagang online,” cerita dia.

Tanpa pengetahuan sedikit pun mengenai digital marketing, ia banyak menghabiskan waktunya untuk melakukan riset. Dari sanalah kemudian ia paham bagaimana caranya agar bisnisnya bisa masuk dalam listing Google . “Sekarang kalau orang tulis keyword Batik Njawani, itu akan langsung muncul di sebelah kanan profil bisnis saya, alamat di mana, buka jam berapa hingga foto-foto produk dan ulasan,” ungkapnya.

Tak cukup masuk dalam listing Google Bisnisku, perlahan ia juga mulai berkenalan dengan dunia e-commerce. Secara perlahan tapi pasti, Jajang mulai mempelajari bagaimana cara agar bisa bergabung dalam situs marketplace seperti Tokopedia. “Saya baru melek online itu di tahun 2017,” ungkapnya.

Meskipun masih baru menjajal berdagang online, namun ia merasakann dampak yang luar biasa terhadap omset. Saat ini 50% persen penjualan, kata dia, berasal dari penjualan di online. Dalam sebulan ia bisa mendapatkan omset sekitar 20 juta baik itu dari online maupun offline. “Ini meningkat pesat,” ungkap dia.

Ia bercerita pernah mendapatkan order sebanyak 6.000 pieces dari seorang pelanggan yang mengaku mengetahui usahanya dari hasil browsing di Google. Orang tersebut, kata Jajang, memesan sebanyak itu, karena barang-barang tersebut akan diboyong dalam sebuah pameran yang diadakan di luar negeri. “Saya kaget, orangnya gampang saja untuk diminta transfer,” ungkapnya.

Lambat laun ia menyadari mungkin orang itu dengan mudahnya percaya kepada dirinya lantaran bisnisnya sudah terdaftar di Google Bisnisku. Dengan tergabung di sana, maka setiap orang yang pernah berkunjung ke lapaknya secara otomatis akan diminta kesukarelaannya oleh Google untuk me-review tempat tersebut. Saat ini sudah hampir sekitar 400 review yang bercokol di laman Batik Njawani dengan nilai 4.1 dari 5. “Mungkin karena itu orang jadi lebih terpercaya,” ungkapnya.

Walaupun kini sudah bisa berdagang secara online, ia tidak berniat untuk menutup lapaknya di offline dan 100 persen fokus di online. Keberadaan toko offline ia anggap masih sangat penting sebagai etalase produk dan juga sebagai posisi bargaining power lebih tinggi. “Kalau ada offline-nya orang lebih percaya.”

Sebagai gambaran, ia mengatakan saat ini, masih banyak pedagang di Thamrin City yang belum mengerti berjualan online dan hanya mengandalkan lapak offline. Namun begitu tidak sedikit juga yang mulai coba-coba berjualan di online. “Saya salah satunya, dan kalau di lantai 3 itu lumayan banyak yang sudah online,” ungkapnya.

Jason Tedjasukmana, Head of Communications Google Indonesia, secara terpisah mengatakan bahwa Jajang adalah satu dari banyak contoh UMKM yang telah terbantu dengan adanya fitur Google tersebut.” Kami harap lebih banyak lagi bisnis yang bisa sukses. Kami telah menambahkan 280,000 bisnis ke dalam Maps dan Search dalam beberapa tahun terakhir dan kami harap, angka ini bisa terus bertambah,” ujar Jason .

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved