Profile

Lea Kusumawijaya: Gender Bukan Halangan untuk Memimpin

Lea

Lea Kusumawijaya, CFO Standard Chartered

Isu gender selalu menjadi isu yang menarik untuk dibicarakan. Topik bahasannya tentu saja perempuan. Seiring dengan perubahan zaman, anggapan mengenai perempuan sebagai seorang pemimpin terus mengalami pergeseran. Ada yang berpendapat bahwa perempuan sebaiknya hanya berada di ranah domestik saja. Sementara pandangan lain yang lebih modern menyatakan bahwa perempuan berhak melakukan aktualisasi diri dengan cara mengembangkan potensinya sebagai pemimpin.

Dewasa ini, jumlah pemimpin berjenis kelamin perempuan mulai mengalami peningkatan. Di Indonesia, sektor industrial perbankan memiliki persentase sebanyak 50%. Salah satunya adalah Lea Kusumawijaya, CFO dari Standard Chartered Indonesia. Dalam kesempatan kali ini, SWA Online berkesempatan untuk melakukan interview terhadap Lea. Berikut cuplikannya;

Bisa diceritakan awal mula karier Anda mulai dari lulus sekolah hingga saat ini?

Saya lulus S1 dari Universitas Trisakti. Kemudian bekerja di KPMG, Konsultan pada tahun 1994 hingga tahun 2000. Setelah itu tahun 2000 hingga 2006 saya di PWC. Di sini saya berkesempatan untuk melanjutkan S2 saya pada tahun 2006 di Universitas Birmingham UK. Setelahnya, saya pindah ke Lippo Bank sebagai Vice President selama 2 tahun sebelum pindah ke Standard Chartered. Saya mengawali karier saya di Standard Chartered Filipina tahun 2013. Di sana saya selama satu tahun. Baru pada tahun 2014 saya ditugaskan untuk menjadi CFO di Standard Chartered Indonesia.

Apa saja tantangan mengemban tugas sebagai seorang CFO?

Tantangannya adalah menyesuaikan dengan isu-isu politik. Sepeti tahun kemarin. Stabilitas politik yang sedang terganggu berpengaruh pada situasi dari makro ekonomi. Dari sinilah tantangannya bagi semua CFO. Bagaimana caranya mengantisipasi hal ini agar bisnis perbankan bisa tetap baik dan profitable.

Pernah menjadi ekspatriat di Filipina, adakah perbedannya?

Kalau perbedaan saya rasa tidak ada baik dari segi politik maupun makro ekonominya. Kulturnya juga kurang lebih sama. Keduanya merupakan tempat yang saya rasa cukup chalengging untuk para CFO.

Selama di Standard Chartered, terobosan apa yang sudah Anda lakukan?

Saat ini kami akui bahwa perbankan masih dalam situasi yang cukup menantang. Oleh itu, yang saya lakukan adalah menjalankan fungsi tersebut secara pruden dan sesuai dengan fokus utama kami. Kami tidak ingin gegabah. On board dari nasabah juga harus sesuai dengan fungsinya.

Menurut Anda, kompetensi apa saja yang harus dimiliki CFO?

Yang pasti adalah kombinasi antara hard skill dengan soft skill karena CFO itu merupakan Deputi dari CEO. Jadi tidak hanya harus mengerti teknis perbankan, tapi juga harus mengerti dinamika market dan juga regulasi yang harus dipenuhi karena tanggung jawab CFO itu merambah ke semua area.

Bagaimana cara Anda membagi waktu bekerja dengan waktu pribadi?

Kebetulan saya belum menikah, jadi lebih mudah bagi saya. Namun tetap saja saya memiliki orang tua yang harus dikunjungi. Caranya membagi ya dengan cara balance saja. Saat saya di Filipina, saya sering sekali pulang ke Indonesia hanya untuk mengunjungi orangtua saya.

Bagaimana pendapat Anda mengenai seorang pemimpin perempuan?

Isu gender seharusnya saat ini sudah tidak ada lagi. Terbukti di beberapa wilayah Asia, pemimpin perempuan lebih banyak jumlahnya. Seperti di Thailand dan Filipina yang mencapai 60%. jadi untuk konteks dan konsep kepemimpinan, harusnya kembali lagi ke Individu. Tidak ada yang bisa mengatakan bahwa perempuan lebih tidak bisa. Karena perempuan touchnya lebih besar dari laki laki, ini akan menjadi sebuah nilai tambah. Apalagi di industri perbankan yang aset sebenarnya adalah manusia. Kepemimpinan tersebut menjadi lebih lengkap.

Apa mimpi dan harapan ke depannya baik untuk Standard Chartered maupun karier Anda?

Saya berharap bahwa ke depannya Standard Chartered dapat menjadi top 10 bank di dunia maupun Indonesia. Kondisi makro ekonomi yang membaik sehingga demand jadi normal. Kalau untuk karier tentu saja bisa menjadi CEO. Namun semuanya dijalankan dahulu saja secara santai. Tidak terburu buru.(EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved