Profile

Lukman S. Alfarisi, Gali Konsep Bank Retailer

Lukman S. Alfarisi, Gali Konsep Bank Retailer

Lukman Shiddiq Alfarisi adalah salah satu putra daerah yang sukses mengejar karier di Jakarta. Pria asal Binjai, Sumatera Utara ini memang haus akan tantangan. Tak berpuas diri dengan pencapaiannya sebagai Marketing Manager di beberapa perusahaan advertising, kelahiran 9 Juni 1985 ini lantas menggeluti bidang baru yakni perbankan.

Bagaimana lika-liku ayah dari Rayyan Aurelliano Shah dan Keefe Abyanrafa Shah ini bergelut di perbankan dengan posisi sebagai Brand Credit Retail Manager PT Bank Mega Tbk ini? Berikut penuturan dari penggemar traveling dan main musik ini kepada SWA Online:

Bagaimana perjalanan karier Anda dari lulus kuliah hingga saat ini?

Waktu itu saya lulus dari Universitas Sumatera Utara jurusan Akuntansi tahun 2003. Kemudian pindah ke Jakarta dan melanjutkan S2 di UI dengan konsentrasi Pemasaran. Tahun 2005 saya lulus dan bekerja di perusahaan agensi periklanan sebagai Marketing Manager sampai tahun 2008. Memang spesialisasi saya kala itu ada di ATL dan BTL.

Tahun 2008, saya berpikir untuk pindah haluan. Saya coba masuk ke perbankan dan untuk pertama kalinya masuk ke Danamon. Di sana saya menjabat sebagai Relationship Manager untuk privilage banking. Tahun berikutnya, saya dipercaya untuk pegang cabang mulai dari Kota Medan hingga Jakarta. Jadi mutermuter sih. Tahun 2011, saya bergabung dengan Bank Mega area Kelapa Gading sampai dengan saat ini. Awal di Bank Mega, saya pegang consumer, seperti SME. Tapi karena sekarang ada pemecahan segmentasi, akhirnya saya pegang ke retail banking khusus untuk credit retail-nya.

Lukman Shiddiq Alfarisi, Branch Credit Retail Manager PT Bank Mega Tbk. photo by Gustyanita Pratiwi

Lukman Shiddiq Alfarisi, Branch Credit Retail Manager PT Bank Mega Tbk. photo by Gustyanita Pratiwi

Apa yang akhirnya membuat Anda tertarik bekerja ke sektor perbankan?

Banyak faktor sebenarnya. Salah satunya adalah peranan bank yang sangat membantu masyarakat. Bagus tidaknya suatu negara kan bisa dilihat dari perbankannya. Kalau dia punya perbankan yang bagus, maka akan bagus pula negaranya. Bank juga bersifat sebagai intemediator antara orang yang punya kelebihan uang untuk disalurkan kepada orang-orang yang membutuhkan pinjaman.

Selain itu, bekerja di sektor ini merupakan salah satu kegiatan yang cukup mulia, misalnya karena kita bisa tembus ke pasar UMKM. Kenapa sasarannya ke sini? Sebab di Indonesia sendiri, UMKM sudah terbukti kebal dari dampak krisis seperti yang terjadi di tahun 2008. Untuk itu kami harus masuk ke sana lebih giat lagi.

Pandangan Anda tentang consumer banking saat ini?

Potensinya masih sangat luas. Kalau yang saya lihat dari data, dari 240 juta jiwa penduduk yang ada di Indonesia, 50%-nya masih belum tersentuh bank. Ini yang saya sayangkan. Makanya saya kemukakan ide supaya bank bisa masuk ke kalangan ini. Salah satunya melalui konsep bank retailer. Sebenarnya konsep ini adalah bisnis keagenan. Jadi bank memberikan hak keagenan seperti halnya waralaba. Siapapun bisa menjadi keagenan untuk menjual produknya.

Capaian prestasi Anda yang membanggakan?

Saya rasa sama saja sih. Cuma prestasi yang menurut saya paling signifikan adalah pada saat pertama kali bergabung di perbankan, saya hanya 1 kali menjadi bagian dari tim marketing, sisanya (8 bulan), saya dipercaya untuk pindah ke cabang. Kenapa membanggakan? Karena di situ banyak teman-teman yang lebih senior dari saya.

Apa saja tantangan yang Anda hadapi di posisi sekarang?

Yang pertama, karena saya fokus ke credit retail, maka saya banyak berhadapan dengan customer. Persaingan antar bank sendiri kan amat ketat. Saya bilang berdarah-darah lah. Bahkan customer sekarang sudah banyak yang pintar-pintar ya. Beda suku bunga 0,5% saja mereka suda pindah ke lain hati. Tapi itu tantangan sih bagi kami supaya bisa membina hubungan baik dengan mereka. Kami mantain mereka supaya bisa loyal dengan kami. Kedua, challenge people di cabang. Semakin banyak prioritas penjualan, semakin banyak pula orang-orang pintar di dalamnya. Mau tidak mau kami juga harus belajar lagi supaya bisa memanaje teman yang ada.

Tim yang Anda bawahi?

Cukup banyak, lebih kurang 10 untuk credit retail.

Bagaimana cara Anda untuk meningkatkan kompetensi?

Sama sih. Yang akan saya lakukan pertama kali adalah selalu meng-up date diri. Saya akan banyak membaca buku. Itu memang sudah jadi kegiatan saya setiap hari. Lalu saya juga harus banyak berdiskusi dengan orang. Saya sendiri tidak malu untuk bertanya dengan senior-senior saya.

Ambisi dan obsesi Anda ke depan?

Pertama, kalau Alloh mengizinkan, saya ingin menjadi pemimpin di suatu perbankan. Itu ambisi saya. Setelah itu saya ingin berwiraswasta di bidang retail sebab bisnis ini tidak ada habisnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved