Menjadi salah satu pewaris bisnis ternyata tak membuat Mario Khoe betah berkarier di bisnis keluarga. Bungsu dari Lim Tjeng Hong, pemilik PT Denpoo Mandiri Indonesia, ini justru memilih menjadi profesional di bidang konsultan branding. Ia meninggalkan posisinya sebagai General Manager and Buyer di Denpoo, yang juga bertugas mengelola operasional, SDM, keuangan dan teknologi. Lajang berusia 27 tahun ini rupanya tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang menghampirinya. Tawaran menjadi Konsultan Merek Senior di DM-IDHolland pada 2010 langsung diambilnya.

Sarjana Hukum Bisnis dari Universitas Pelita Harapan ini bertanggung jawab memberikan solusi kepada pemilik merek berkaitan dengan isu-isu merek. “Konsultan merek tidak seperti agen periklanan. Kami harus bisa mengombinasikan business mind with your creative mind untuk menciptakan branding distinctive and on demand,” ujar Mario yang juga Konsultan Senior-Country Manager DM-IDHolland di kantor cabang Singapura.

Sebagai konsultan merek, Mario sadar bahwa untuk membangkitkan merek yang bermasalah, rejuvenasi tidak bisa serta-merta mendorong merek itu melakukan big leap. Ia pernah menangani beberapa merek, seperti Batik Semar, Ina Hotel (PT Hotel Indonesia Natur), Achilles Radial, The Jakarta Post, serta J & Partners. “Saat ini saya diserahi tugas di Divisi Green Branding,” kata Mario soal tantangan barunya. Tugasnya, membantu strategi branding secara eksklusif dengan metodologi dan pendekatan berbeda untuk setiap merek dalam mencapai green. Salah satu portofolionya adalah TUV Rheinland, perusahaan sertifikasi asal Jerman.

Dalam tiga tahun ke depan, Mario menargetkan menjadi Consulting Director untuk Asia Tenggara. Dan, posisi direktur pengelola menjadi targetnya dalam lima tahun ke depan. “Akhirnya, saya akan membuat partnership dengan Pak Daniel Surya (Chairman DM-IDHolland). Karena, kolaborasi antara passion, taste dan ownership akan memperkuat akar jiwa branding saya,” ujarnya.

Sigit A. Nugroho