Profile

Redmer Schukken, Siap Menjadikan ICE House Leader TI Indonesia

Redmer Schukken, Siap Menjadikan ICE House Leader TI Indonesia

Mengembangkan bisnis mobile aplikasi di Indonesia tentunya akan menjadi tantangan tersendiri. Meskipun memiliki pasar yang besar, namun perbedaan tradisi dan kultur membuat Redmer Schukken, CEO ICE House Indonesia banyak melakukan terobosan untuk mengembangan ICE House sebagai salah satu perusahaan mobile developer terbesar di Indonesia, berikut penuturannya kepada wartawan SWA Online.

Sejak kapan Anda bergerak di bidang Teknologi Informasi (TI)?

Sudah sejak dulu sebenarnya. Saya lahir di Australia, tapi usia 3 tahun saya tinggal di Belanda karenaa punya rumah di sana. Lalu, saya bersekolah di Belanda mulai dengan city car tetapi setelah dua tahun saya pindah ke TI. Pekerjaan saya sendiri selalu di bidang TI. Awalnya saya mulai di IBM Belanda, namun bertahan 6 bulan karena perusahaan yang besar terlalu banyak birokrasi.

Setelah 6 bulan, saya mulai dengan perusahaan start up Inforay yang berasal dari Amerika sekitar tahun 1998, lalu saya tinggal di Amerika selama 2 tahun. Tahun 2002 saya pindah ke Indonesia, berarti sudah sepuluh tahun lebih saya bergerak di bidang TI.

Redmer

Redemer Schukken, CEO ICE House Indonesia

Bagaimana peran dan tanggung jawab Anda di ICE House Indonesia?

Mendirikan suatu perusahaan tentunya sangat sulit, terutama perusahaan teknologi, cukup sulit, kelebihannya orang Indonesia cukup kreatif, seperti batik dan segala macamnya. Di Indonesia kalau masuk ke mal interiornya lebih bagus daripada di Amerika. Sayangnya biar bagus tapi kalau ngga kreatif tentu akan kurang menarik bagi konsumen. Itulah salah satu penyebabnya kenapa kami memilih Indonesia karena orang Indonesia punya eye for design, sayangnya ada beberapa hal yang perlu dikembangkan seperti project management.

Menurut saya sistem edukasi di Indonesia sangat baku, seperti matematik, bahasa, dan lain-lain. Tapi untuk segi desain gambar dan proses kreatif lainnya perlu dilakukan training terlebih dahulu.

Ada yang bilang kalau engineer Indonesia sangat kreatif namun jarang ada perusahaan yang melihat potensi ini, menurut Anda bagaimana?

Kalau kreatif ya kreatif, tapi itu kalau saya mau mengubah harus dilihat juga efek ke depannya seperti apa. Ada masalah kultur juga di mana kalau ada masalah mereka cenderung takut untuk kasih tahu dan hanya diam. Saya sendiri sudah bilang kalau orang mau belajar pasti akan saya bantu, itu tidak masalah.

Hanya saja kalau saya menemukan ada masalah dua minggu sebelumnya dan tidak ada yang bilang maka saya marah. Seandainya dua minggu sebelumnya tahu ada masah pasti bisa kami perbaiki, tapi kalau sudah lewat tida bisa diapa-apakan. Pandangan saya wanita lebih mudah untuk diberi tahu dan lebih detail. Laki-lakinya perlu digali lebih dalam lagi baru bisa terbuka.

Perubahan apa yang Anda bawa ke ICE House sebelum dan sesudah kehadiran Anda?

Sistem. Pada awalnya tidak ada sistem sama sekali, untuk engineering ok, tapi tidak ada sistem. Tidak ada jam kerja, pembagiannya seperti apa, berbayar atau tidak. Mungkin awalnya tidak ada peraturan yang jelas dari perusahaanya. Saat saya datang semua langsung menggunakan sistem, seperti soal soal sistem Akuntansi, dan berbagai sistem lainnya yang saya anggap kurang. Keduanya metodologi juga, jangan maunya yang murah saja tetapi harus ada metodologi, persiapan terlebih dahulu, seprti desain yang seperti apa yang ingin digunakan. Semuanya harus ada langkah-langkahnya.

Setelah Anda di ICE House prestasi apa saja yang sudah dicapai?

Target kita adalah ingin membuat center of excellence, yaitu perusahaan yang bisa membuat aplikasi dengan kualitas eskpor. Tentunya dengan Star Trek yang bekerja sama dengan ICE House, hal ini sudah tercapai. Kedua, yaitu berkembang menjadi leader nya dunia TI di Indonesia.

Jika ICE House bisa membuat quote engineer orang sudah tahu bahkan kita tidak perlu membuat promosi , tapi orang-orang sudah tahu kalau ICE House itu bagus. Sekarang juga sedang mengembangkan platform yang di mana terkait dengan hubungan society di Indonesia, untuk yang ini target belum tercapai karena baru mulai. Menurut saya pencapaian perusahaan adalah pencapaian saya juga. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved