Profile Editor's Choice

Pahala N. Mansury, Rela Jadi The Bad Guy

Pahala N. Mansury, Rela Jadi The Bad Guy

Seorang Direktur Keuangan harus memiliki hati yang lapang. Lho kok? Direktur Keuangan PT Bank Mandiri Tbk, Pahala N. Mansury mengatakan, dirinya tak bisa memuaskan banyak kalangan di bank pelat merah terbesar di Tanah Air itu.

“Dinamika dalam mengelola itu (keuangan, red), kami tidak bisa memuaskan semua orang. CFO itu bisa jadi orang yang paling disebelin sama banyak orang,” kata alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini sembari terbahak.

Direktur Keuangan PT Bank Mandiri Tbk, Pahala N. Mansury

Direktur Keuangan PT Bank Mandiri Tbk, Pahala N. Mansury

Sebagai seorang CFO, lanjut dia, dirinya mesti bisa mengendalikan rencana perusahaan, termasuk pengendalian keuangannya, operasional keuangan, memastikan alokasi sumber daya yang ada dengan benar, alias sesuai dengan strategi perusahaan.

“Memastikan target yang dicanangkan itu tercapai dan membantu budaya berbasis kinerja. Mengelola anak perusahaan. Yang pasti, memastikan semua yang ada di organisasi itu berjalan sesuai dengan arahan dari perusahaan,” katanya.

Tak heran, kalau pria kelahiran 8 April 1971 ini merasa tidak bisa memuaskan banyak orang seperti Sinterklas. Setiap keputusan selalu berat untuk diambil. Apalagi, jika target perseroan dinaikkan dan sebaliknya anggaran dipangkas.

“Yang namanya uang, ya terbatas. Untuk mengalokasikan resource itu ada tray of-nya, tidak bisa semuanya bisa kita spent. Kita kadang harus menjadi bad guy-nya. Negosiasi yang berat-berat,” ujarnya.

Dengan demikian, kata pria yang meraih gelar MBA Finance dari Stern School of Business, New York University, Amerika Serikat ini, diperlukan pengelolaan yang baik. Baik pengelola di dalam yang mencoba untuk bernegosiasi, maupun bagaimana orang yang diserahkan uang itu benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik.

Kemampuan seorang CFO kian teruji saat terjadi gejolak di pasar keuangan. Seperti yang saat ini terjadi, saat likuiditas di pasar keuangan mengering, terutama dolar AS. Sehingga, rupiah terus-menerus dalam posisi yang lemah.

“Jadi, bagaimana menyesuaikan atau mengelola keuangan dengan menghadapi (kondisi di) pasar modal. Yang lain, bagaimana memastikan kinerja anak perusahaan, memonitor alokasi modal yang diberikan benar-benar digunakan dengan baik,” ujarnya. (Reportase: Destiwati Sitanggang)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved